Rabu, 10 Januari 2018

Renungan : "Hidup dengan bijak"


Nats : Amsal 27:20; 30:15 (TB)  "Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas.;  Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!"..."

_____

        Dalam suatu khotbah, Seorang hamba Tuhan membandingkan hal-hal nyeleneh antara manusia dan hewan. Setelah menjelaskan perbedaan mendasar antara hewan dan manusia soal akal budi dan moralitas, Ia kemudian melanjutkan dengan kalimat yang menjadi pukulan telak bagi kecenderungan prilaku manusia modern. Ia mengatakan demikian, "Saudara, binatang meskipun mereka tidak memiliki akal budi dan moralitas akan tetapi ketika mereka makan dan kenyang mereka pasti akan berhenti. Namun tidak demikian dengan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah Ia makan dan miliki."

          Tragis memang. Namun hal ini merupakan gambaran umum manusia akhir zaman yang hanya hidup untuk diri sendiri, dan tidak pernah merasa puas serta cukup dengan apa yang dimiliki. Lebih takut ditolak dalam lingkungan sosial(ita), daripada menerima keadaan hidup yang Sebenarnya. Perhatikanlah bagaimana para pebisnis memanfaatkan hal yang satu ini, mulai dari hand phone, fashion, kuliner, kendaraan, perumahan, hingga hal-hal sepele, semuanya "dibedaki" agar memikat mata manusia. Ini realita hari-hari ini. Kata "cukup" tampaknya sudah tidak dijumpai pada kamus masyarakat postmodern saat ini.

          Dalam bacaan di atas, kitab Amsal jauh-jauh hari sudah mengkonfirmasikan kepada kita bahwa "mata manusia tidak akan pernah puas", semuanya berlomba memuaskan keinginan hati dan mata sambil merengek bagaikan anak kecil, "Untukku ... untukku!". Saudara, jika kita tidak memiliki hati yang bersyukur atas berkat Tuhan yang Ia sediakan (seberapa pun itu!), maka isi dunia ini pun tidak pernah akan cukup untuk memenuhi nafsu kita. Maka Dengarkanlah nasihat Rasul Paulus berikut ini, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Tim. 6:8). Berkat Tuhan atas kehidupan kita  masing-masing memang berbeda, namun prinsip dasar untuk hidup sebagai umat Tuhan seharusnya sama, yaitu mencukupkan diri dengan berkat Tuhan. Mencukupkan diri dengan apa yang ada, akan mencegah langkah kita untuk terjerumus dalam berbagai macam tawaran dunia yang memikat namun menjebak. Maka, mari, Hiduplah dengan bijak dan bersyukur untuk berkat Tuhan dalam hidup kita meskipun tampak sederhana.

Tuhan memberkati kita.

Salam...
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar