Kumpulan Catatan, Artikel, Renungan, dan Studi Doktrinal Pribadi Dalam Bingkai Teologi dan Filsafat Kristen.
Minggu, 21 Januari 2018
RENUNGAN : BUKAN SEMBARANG PERCAYA
Nats: Kejadian 15:6 (TB) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
_________
Abraham merupakan tokoh sentral dari tiga agama besar dunia; Yudaisme, Kristen, dan Islam. Ia adalah tokoh yang sangat dihormati karena melaluinyalah semua bangsa di dunia memperoleh berkat Tuhan (Kej.22:18). Dalam keyakianan iman Kristen Abraham dikenal sebagai “sahabat Allah” (2 Taw. 20:7), dan juga “bapa orang beriman” (Rm. 4:11). Iman Abraham bukan sembarang iman. Lahir dan dibesarkan dari lingkungan keluarga pagan, meninggalkan sanak kelurga, hidup dengan berpindah-pindah tempat sesuai perintah Tuhan tanpa protes, Istri yang mandul, bergumul dengan janji Tuhan yang bertahun-tahun tak kunjung digenapi, hingga mempertaruhkan anak kandung satu-satunya demi imannya, namun tidak sedikitpun dari hal-hal ini mampu mengendorkan iman percaya Abraham kepada Tuhan.
. Paul Copan, seorang Apologet Kristen memberikan komentar yang sangat menggugah hati penulis. Copan menulis bahwa alasan mendasar mengapa Abraham disebut sebagai bapa Orang percaya adalah karena dia rela mempertaruhkan pengharapan masa lalulunya, (dengan cara ia meninggalkan keluarganya), dan juga masa depannya, (dengan cara ia rela mempersembahkan anak tunggalnya) ke dalam tangan Tuhan. Dengan demikian secara kasat mata Abraham hidup tanpa mengandalkan siapapun, hidupnya benar-benar hanya digantungkan kepada Tuhan! Di dalam ayat ini, firman Tuhan memberikan satu kesaksian iman yang sangat luar biasa. Frasa “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN” memberikan kesan yang sangat mendalam tentang iman Abraham. Pertama, kalimat “Lalu percayalah Abram” tidak sedang menggambarkan bahwa Abraham baru percaya kepada Tuhan pada peristiwa ini. Melainkan Abraham terus percaya kepada Tuhan secara konsisten seperti pada saat ia dipanggil pertama kalinya (Lihat: versi NKJV, “believed”). Iman yang konsisten adalah alasan pertama. Kedua, Abraham memiliki objek iman yang benar. Sekali lagi mari kita memperhatikan frasa ini dengan seksama, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN”. “percaya kepada TUHAN” adalah kuncinya! Beriman, taat, tulus, dan setia, itu adalah unsur-unsur dalam agama yang sangat baik, namun perhatikan, kebaikan-kebaikan itu jika ditujukan kepada objek yang keliru maka semuanya sia-sia! Penyembahan, ibadah, kebaikan, ketulusan, kemurahan, ketaatan yang sempurna sekalipun jika ditujukan kepada objek yang bukan Allah, maka tentu saja keliru. Lantas bagaimana mengenal Allah Abraham yang benar itu? Saudara dapat menjumpainya dalam Pribadi Agung Kristus dan firman-Nya. Satu-satunya jalan menuju kepada Bapa di sorga (Yoh. 14:6). Objek dari iman dan penyembahan kita menentukan hasil akhir dari apa yang kita yakini, oleh sebab itu selagi ada kesempatan bergumullah dengan serius tentang iman Saudara. Dan ketiga, adalah perkenan Allah. “…maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Frasa ini merupakan konklusi dan hasil akhir dari dua hal di atas. Iman yang sejati serta objek yang benar menghasilkan perkenanan Allah pada Abraham. Demikian halnya dengan kita. Hanya melalui kedua hal ini, kita dapat sampai kepada anugerah dan perkenanan Allah.
. Saudara terkasih, Abraham digelari bapa orang percaya karena Abraham tidak sekedar percaya, Ia tidak sembarang percaya, dan dia tahu kepada siapa ia percaya! Inilah bentuk dan makna dari iman kristiani yang sejati. Kepercayaan yang bukan hanya percaya, namun juga mempercayakan hidup kita sepenuhnya ke dalam tangan kasih Tuhan. Hiduplah dengan keyakinan iman Abraham yang bukan sembarang percaya. Amin.
Salam,
Yb.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar