Jumat, 19 Januari 2018

RENUNGAN: MENARA BABEL MODERN

Nats : Kejadian 11:4 (TB) Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

_____

         Menara Babel merupakan symbol perlawanan manusia purba terhadap Allah. Namun secara naluriah, manusia yang berdosa memang memiliki kecenderungan akan hal ini seperti yang juga tampak pada manusia modern saat ini. Beberapa ciri yang tetap relevan bagi kita mengenai Orang-orang yang hidupnya jauh dari Tuhan serta buah yang dihasilkan dalam kehidupan mereka, secara eksplisit dijabarkan dalam ayat ini. Sedikitnya terdapat tiga ciri yang dapat kita pelajari, yaitu,

        1. "Mendirikan menara yang puncaknya sampai ke langit". Suatu Kesombongan intelektual yang ingin menyamakan diri dengan Allah. Kata langit dalam ayat ini menggunakan kata "shâmayim", yang juga dapat berarti "Sorga". Maka dalam konteks ini terlihat dengan jelas bahwa keangkuhan intelektual di zaman purba pun sama mengerikan dengan para ateis zaman ini yang seolah-olah sedang membangun menara babel untuk mengkudeta Tuhan. Perhatikan, kecardasan intelektual kita harus didasari atas sikap hati yang Takut akan Tuhan. Tanpa sikap hati yang benar, hidup kita akan disesatkan.

      2. "Marilah kita mencari nama". Ciri berikutnya adalah suka mencari pengakuan dari orang lain atas kehebatan mereka. Virus ini merupakan virus yang paling mematikan namun tidak pernah disadari banyak orang, bahkan hamba Tuhan sekalipun. Saudara, jika Saudara memperhatikan status-status di media sosial, dengan mudah Saudara akan menjumpai pesan implisit tentang berbagai macam gambaran status yang ingin menunjukan bahwa "Gw gitu loh". Tak jarang praktik demikian juga bahkan melanda Anak-anak Tuhan. Mulai dari kesaksian tentang kebaikan Tuhan dan ternyata berakhir dengan "Pamer aset pribadi". Saya mohon maaf jika terlalu keras. Tapi inilah sebuah fakta yang miris. Kesaksian hidup kita harus meninggikan Tuhan, bukan meninggikan diri sendiri, apalagi hanya demi "mencari nama" alias pencitraan. Sangat berbahaya.

      3. "Supaya kita jangan terserak Ke seluruh bumi". Kalimat ini merupakan gambaran dari betapa malasnya manusia untuk beranjak dari kenyamanan hidup. Dalam ayat ini mereka ingin membangun kota dan menara untuk tempat tinggal mereka. Suatu kota metropolitan yang nyaman sehingga tidak perlu berdoa memohon-mohon kepada Tuhan. Perhatikan kata "kita" dalam ayat ini. Terdapat empat kali kata "kita" dalam hubungannya dengan usaha mereka. Apa artinya? Artinya adalah mereka merasa dirinya mampu melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan, dan Hari-hari ini Manusia modern sedang digiring ke arah sana.

         Di sisi lain, kita Anak-anak Tuhan dituntut untuk berjuang keras untuk melawan Hal ini. Saudara, jika dengan jujur kita bertanya, "berapa banyak dari saudara yang bersedia meninggalkan kenyamanan hidup perkotaan dan pergi melayani di tempat-tempat/lingkungan para "sampah masyarakat"? Terlalu berat kaki kita untuk melangkah ke sana! Namun bukankah Ke tempat demikian Yesus melangkahkan kaki-Nya? Bukankah Ia rela meninggalkan kenyamanan takhta kemuliaan-Nya untuk menghampiri Saudara dan saya yang adalah "miskin dan papah"?

         Kecerdasan Intelektual, kesuksesan, dan penghormatan akan datang sendirinya ketika kita mengutamakan Tuhan. Prinsip dasar Seorang anak Tuhan merupakan antitesis (bertolak belakang) dari prinsip kehidupan dunia sekuler. Kita sedang berenang melawan arus, dan siapa yang tidak berenang, maka sudah pasti dia akan hanyut terbawa arus.

Tuhan Yesus memberkati kita!
Salam,
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar