Rabu, 10 Januari 2018

KRISTOLOGI : SUPREMASI KRISTUS

Nats: Markus 4:35-5:43; Matius 28:18.
_____

         Beberapa teori Psikologi modern (khususnya yang dirintis oleh para Psikolog ateis-naturalist) mencoba untuk mengalisa asal usul agama dengan menarik satu konklusi bahwa agama lahir dari ketakutan manusia terhadap kedasyatan alam. Meskipun argumentasi ini terlalu lemah karena "ketakutan" merupakan bagian dari sisi emosional manusia yang normal dalam merespon fenomena tertentu, namun terdapat satu kebenaran dalam hal ini. Kebenaran bahwa kebutuhan akan jaminan rasa aman selalu diidamkan oleh semua manusia. Itu sebabnya manusia (tanpa terkecuali, bahkan ateis sekali pun!) menggantungkan pengharapan akan kebutuhan untuk dilindungi kepada sosok Ilahi (dalam berbagai konsep) yang Maha segalanya.

           Demikian hanya dalam kekristenan. Iman Kristen menggantungkan pengharapan sepenuhnya pada Allah Tritunggal yang dipresentasikan dalam pribadi dan karya Kristus. Mengapa melalui Kristus?,  karena Kristus mempresentasikan kekuatan dan kedaulatan Allah yang tak terlihat, menjadi begitu nyata dalam sejarah kehidupan umat manusia (Kol. 1:15; Ibr. 1:3; Yoh. 12:45, 14:9). Itu sebabnya Kekristenan tidak dapat dipisahkan dari pribadi dan karya Kristus. Menggantungkan pengharapan pada Kristus, sama halnya dengan menggantungkan pengharapan pada Allah. John Stott mengatakan bahwa "Mengenal Kristus, berarti mengenal Allah; Percaya kepada Kristus berarti percaya kepada Allah; Menghormati Kristus berarti Menghormati Allah." Namun selain hal-hal ini adakah hal lain yang dapat meneguhkan pengharapan kita di dalam Kristus?

          Jawabannya adalah ya! Dalam bacaan Injil di atas, terdapat beberapa alasan fundamental tentang mengapa kita harus meletakan dasar keyakinan kita kepada Kristus. Tentang alasan-alasan mengapa Kristus layak untuk dipercaya, layak untuk dijadikan tempat pengharapan, layak untuk dijadikan tempat perlindungan. Pertama, Kristus memiliki otoritas atas alam semesta (Mrk. 4:35-41). Dalam bacaan ini, kita dapat saksikan demonstrasi kuasa Kristus terhadap kedasyatan alam. Perhatikan, "Ia (Kristus) pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." (Ay. 39). Jika para psikolog ateis mengatakan bahwa "kepercayaan agama merupakan dorongan dari rasa takut akan kedasyatan alam", maka seharusnya mereka membuka mata hati untuk berpaling kepada Kristus, karena hanya di dalam Kristus lah ada otoritas untuk menundukkan kedasyatan alam dan memberikan jaminan rasa aman bagi manusia. Bukan dengan memanipulasi argumentasi dengan berusaha untuk lari dari kenyataan akan rasa takut itu (apakah dengan menghidar dari rasa takut, akan terhindar juga dari bencana dan kedasyatan alam?, tentu tidak!). Di dalam Kristus ada perlindungan dan rasa aman! Kedua, Kristus memiliki otoritas atas kuasa roh jahat (Mrk. 5:1-20).
             
              Setelah otoritas atas alam, Kristus memperlihatkan kepada kita otoritas-Nya atas kuasa roh-roh jahat. Perhatikan respon roh-roh jahat ketika mereka melihat Kristus, apa yang mereka lakukan? "Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,
dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" (Ay. 6-7). Lari mendapatkan, tersungkur, menyembah dan memohon. Ini merupakan respon dari roh-roh jahat. Roh-roh jahat pun tunduk pada otoritas Kristus! Orang-orang di luar sana mungkin dapat mengusir setan, tapi dapatkah mereka mengusir setan dengan jumlah sekitar 6000 pasukan sekaligus?, (kata "Legion" dalam ayat 8, menunjukan bahwa roh-roh jahat yang diusir Kristus itu berjumlah satu pasukan yang lebih dari 6000 prajurit!), dapatkah setan-setan itu tersungkur menyembah-nyembah mereka, mengakui kuasa mereka, dan memohon dengan sangat agar jangan dihukum? Silahkan Saudara menjawabnya. Di sini otoritas kuasa Allah dinyatakan dengan tegas oleh Sang Anak, otoritas atas roh-roh dan kuasa si jahat! Sungguh mengagumkan.

           Ketiga, otoritas Kristus atas sakit-penyakit (Mrk. 5:21-34). Dalam bacaan ini lagi-lagi demonstrasi kuasa Kristus dinyatakan. Kali ini Ia tunjukkan dengan bagaimana sakit penyakit yang diderita oleh seorang perempuan selama dua belas tahun, ditakhlukkan oleh kuasa dan otoritas-Nya. Pengharapan akan kesembuhan selama dua belas tahun yang telah dijalaninya telah pupus. Mulai dari tabib hingga professor telah didatangi. Mulai dari pengobatan tradisional sampai pengobatan medis paling mutakhir sudah dicoba, namun nihil. Pada titik kritis ini, Kristus menjawab pergumulan imannya. Pergumulan sakit penyakit berubah seketika menjadi perjumpaan yang menyembuhkan dan mengubahkan. Iman yang timbul dari pendengaran itu, dijawab melalui perjumpaan dengan Kristus! Sekali lagi Kristus menunjukan otoritas dan kuasa-Nya atas sakit penyakit.

            Keempat, otoritas Kristus dinyatakan atas kuasa kematian (Mrk. 5:21-43). Otoritas yang terakhir ini, Kristus menyatakan kuasa-Nya atas kematian. Kematian merupakan momok yang mengerikan dalam kehidupan manusia. Sepanjang sejarah umat manusia, kematian menghancurkan harapan dan Cita-cita banyak orang, namun tidak demikian ketika kematian berhadapan dengan otoritas Kristus! Kita sudah menyaksikan supremasi Kristus atas alam, setan-setan, dan sakit penyakit, namun masih ada satu hal lagi yang berada di bawah otoritas Kristus, yaitu kematian. Sungguh heran dan luar biasa ajaib, ketika semua orang yang menghadiri dan menangisi kematian anak dari kepala rumah ibadat Yairus, Kristus justru memiliki cara pandang yang sangat berbeda, "...Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (Ay. 39). Kematian dari sudut pandangan manusia merupakan akhir dari eksistensi manusia, sementara dari sudut pandangan Allah, hanyalah seumpama orang yang sedang tidur! Itu sebabnya ketika Kristus berhadapan dengan kematian, Ia merespon seperti seseorang yang sedang membangunkan orang yang sedang tidur, "...kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" (Ay. 41). Kristus bukan hanya memiliki otoritas atas maut, bahkan Ia sendiri merupakan sumber dari hidup itu, "Dalam Dia ada hidup..."(Yoh. 1:4; 5:6). Kematian merupakan ketiadaan kehidupan, sedangkan Kristus adalah sumber kehidupan itu sendiri, maka di dalam Dia, kematian hanya bagaikan orang yang sedang tidur. Ia bukan hanya membangkitkan orang mati, namun Ia sendiri bangkit dari antara orang mati! (1 Kor. 15:26).

          Saya telah memperlihatkan kepada Saudara mengenai alasan-alasan mendasar mengapa kita harus meletakan dasar keyakinan kita kepada pribadi yang tepat dan agung ini -- Yesus Kristus. Supremasi Kristus atas alam, roh-roh jahat, sakit penyakit, dan kematian, secara implisit mengkonfirmasikan kepada kita mengenai otoritas pribadi-Nya sebagai Allah yang Maha kuasa, yang dapat dipercaya. Supremasi-Nya tersebut bahkan Ia proklamirkan secara terbuka bagi Murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga, "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Mat. 28:18). Supremasi Kristus tidak hanya terbatas di dalam dunia ini, namun kuasa serta otoritas-Nya juga melampaui dunia kekekalan yaitu di dalam kerjaan Sorga. Berbahagialah Saudara yang meletakan iman serta pengharapan pada Kristus, karena Saudara telah menaruh pengharapan dan perlindungan pada Allah pencipta alam semesta. Dengan penuh sukacita, kita dapat berkata seperti Rasul Paulus, "... karena aku tahu kepada siapa aku percaya!..." (2 Tim. 1:12).

Salam kasih...
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar