_____
Beberapa teori Psikologi modern (khususnya yang dirintis oleh para
Psikolog ateis-naturalist) mencoba untuk mengalisa asal usul agama dengan
menarik satu konklusi bahwa agama lahir dari ketakutan manusia terhadap
kedasyatan alam. Meskipun argumentasi ini terlalu lemah karena
"ketakutan" merupakan bagian dari sisi emosional manusia yang normal
dalam merespon fenomena tertentu, namun terdapat satu kebenaran dalam hal ini.
Kebenaran bahwa kebutuhan akan jaminan rasa aman selalu diidamkan oleh semua
manusia. Itu sebabnya manusia (tanpa terkecuali, bahkan ateis sekali pun!)
menggantungkan pengharapan akan kebutuhan untuk dilindungi kepada sosok Ilahi
(dalam berbagai konsep) yang Maha segalanya.
Demikian hanya dalam kekristenan. Iman Kristen menggantungkan
pengharapan sepenuhnya pada Allah Tritunggal yang dipresentasikan dalam pribadi
dan karya Kristus. Mengapa melalui Kristus?,
karena Kristus mempresentasikan kekuatan dan kedaulatan Allah yang tak
terlihat, menjadi begitu nyata dalam sejarah kehidupan umat manusia (Kol. 1:15;
Ibr. 1:3; Yoh. 12:45, 14:9). Itu sebabnya Kekristenan tidak dapat dipisahkan
dari pribadi dan karya Kristus. Menggantungkan pengharapan pada Kristus, sama
halnya dengan menggantungkan pengharapan pada Allah. John Stott mengatakan
bahwa "Mengenal Kristus, berarti mengenal Allah; Percaya kepada Kristus berarti
percaya kepada Allah; Menghormati Kristus berarti Menghormati Allah."
Namun selain hal-hal ini adakah hal lain yang dapat meneguhkan pengharapan kita
di dalam Kristus?
Jawabannya adalah ya! Dalam bacaan Injil di atas, terdapat beberapa alasan
fundamental tentang mengapa kita harus meletakan dasar keyakinan kita kepada
Kristus. Tentang alasan-alasan mengapa Kristus layak untuk dipercaya, layak
untuk dijadikan tempat pengharapan, layak untuk dijadikan tempat perlindungan.
Pertama, Kristus memiliki otoritas atas alam semesta (Mrk. 4:35-41). Dalam
bacaan ini, kita dapat saksikan demonstrasi kuasa Kristus terhadap kedasyatan
alam. Perhatikan, "Ia (Kristus) pun bangun, menghardik angin itu dan
berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan
danau itu menjadi teduh sekali." (Ay. 39). Jika para psikolog ateis
mengatakan bahwa "kepercayaan agama merupakan dorongan dari rasa takut
akan kedasyatan alam", maka seharusnya mereka membuka mata hati untuk
berpaling kepada Kristus, karena hanya di dalam Kristus lah ada otoritas untuk
menundukkan kedasyatan alam dan memberikan jaminan rasa aman bagi manusia.
Bukan dengan memanipulasi argumentasi dengan berusaha untuk lari dari kenyataan
akan rasa takut itu (apakah dengan menghidar dari rasa takut, akan terhindar
juga dari bencana dan kedasyatan alam?, tentu tidak!). Di dalam Kristus ada
perlindungan dan rasa aman! Kedua, Kristus memiliki otoritas atas kuasa roh
jahat (Mrk. 5:1-20).
Setelah otoritas atas alam, Kristus memperlihatkan kepada kita
otoritas-Nya atas kuasa roh-roh jahat. Perhatikan respon roh-roh jahat ketika
mereka melihat Kristus, apa yang mereka lakukan? "Ketika ia melihat Yesus
dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,
dan dengan keras ia berteriak: "Apa
urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan
siksa aku!" (Ay. 6-7). Lari mendapatkan, tersungkur, menyembah dan
memohon. Ini merupakan respon dari roh-roh jahat. Roh-roh jahat pun tunduk pada
otoritas Kristus! Orang-orang di luar sana mungkin dapat mengusir setan, tapi
dapatkah mereka mengusir setan dengan jumlah sekitar 6000 pasukan sekaligus?,
(kata "Legion" dalam ayat 8, menunjukan bahwa roh-roh jahat yang
diusir Kristus itu berjumlah satu pasukan yang lebih dari 6000 prajurit!),
dapatkah setan-setan itu tersungkur menyembah-nyembah mereka, mengakui kuasa
mereka, dan memohon dengan sangat agar jangan dihukum? Silahkan Saudara
menjawabnya. Di sini otoritas kuasa Allah dinyatakan dengan tegas oleh Sang
Anak, otoritas atas roh-roh dan kuasa si jahat! Sungguh mengagumkan.
Ketiga, otoritas Kristus atas sakit-penyakit (Mrk. 5:21-34). Dalam
bacaan ini lagi-lagi demonstrasi kuasa Kristus dinyatakan. Kali ini Ia
tunjukkan dengan bagaimana sakit penyakit yang diderita oleh seorang perempuan
selama dua belas tahun, ditakhlukkan oleh kuasa dan otoritas-Nya. Pengharapan
akan kesembuhan selama dua belas tahun yang telah dijalaninya telah pupus.
Mulai dari tabib hingga professor telah didatangi. Mulai dari pengobatan
tradisional sampai pengobatan medis paling mutakhir sudah dicoba, namun nihil.
Pada titik kritis ini, Kristus menjawab pergumulan imannya. Pergumulan sakit
penyakit berubah seketika menjadi perjumpaan yang menyembuhkan dan mengubahkan.
Iman yang timbul dari pendengaran itu, dijawab melalui perjumpaan dengan
Kristus! Sekali lagi Kristus menunjukan otoritas dan kuasa-Nya atas sakit
penyakit.
Keempat, otoritas Kristus dinyatakan atas kuasa kematian (Mrk. 5:21-43).
Otoritas yang terakhir ini, Kristus menyatakan kuasa-Nya atas kematian.
Kematian merupakan momok yang mengerikan dalam kehidupan manusia. Sepanjang
sejarah umat manusia, kematian menghancurkan harapan dan Cita-cita banyak
orang, namun tidak demikian ketika kematian berhadapan dengan otoritas Kristus!
Kita sudah menyaksikan supremasi Kristus atas alam, setan-setan, dan sakit
penyakit, namun masih ada satu hal lagi yang berada di bawah otoritas Kristus,
yaitu kematian. Sungguh heran dan luar biasa ajaib, ketika semua orang yang
menghadiri dan menangisi kematian anak dari kepala rumah ibadat Yairus, Kristus
justru memiliki cara pandang yang sangat berbeda, "...Sesudah Ia masuk Ia
berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini
tidak mati, tetapi tidur!" (Ay. 39). Kematian dari sudut pandangan manusia
merupakan akhir dari eksistensi manusia, sementara dari sudut pandangan Allah,
hanyalah seumpama orang yang sedang tidur! Itu sebabnya ketika Kristus
berhadapan dengan kematian, Ia merespon seperti seseorang yang sedang
membangunkan orang yang sedang tidur, "...kata-Nya: "Talita
kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
(Ay. 41). Kristus bukan hanya memiliki otoritas atas maut, bahkan Ia sendiri
merupakan sumber dari hidup itu, "Dalam Dia ada hidup..."(Yoh. 1:4;
5:6). Kematian merupakan ketiadaan kehidupan, sedangkan Kristus adalah sumber
kehidupan itu sendiri, maka di dalam Dia, kematian hanya bagaikan orang yang
sedang tidur. Ia bukan hanya membangkitkan orang mati, namun Ia sendiri bangkit
dari antara orang mati! (1 Kor. 15:26).
Saya telah memperlihatkan kepada Saudara mengenai alasan-alasan mendasar
mengapa kita harus meletakan dasar keyakinan kita kepada pribadi yang tepat dan
agung ini -- Yesus Kristus. Supremasi Kristus atas alam, roh-roh jahat, sakit
penyakit, dan kematian, secara implisit mengkonfirmasikan kepada kita mengenai
otoritas pribadi-Nya sebagai Allah yang Maha kuasa, yang dapat dipercaya.
Supremasi-Nya tersebut bahkan Ia proklamirkan secara terbuka bagi
Murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga, "Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi." (Mat. 28:18). Supremasi Kristus tidak hanya terbatas di dalam dunia
ini, namun kuasa serta otoritas-Nya juga melampaui dunia kekekalan yaitu di
dalam kerjaan Sorga. Berbahagialah Saudara yang meletakan iman serta
pengharapan pada Kristus, karena Saudara telah menaruh pengharapan dan
perlindungan pada Allah pencipta alam semesta. Dengan penuh sukacita, kita
dapat berkata seperti Rasul Paulus, "... karena aku tahu kepada siapa aku
percaya!..." (2 Tim. 1:12).
Salam kasih...
yb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar