Nas: Keluaran 1:8; 5:2 (TB) Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. ..... Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi."
__________
Dalam catatan biografinya, Thomas Alfa Edison mengungkapkan pengalamannya tentang bagaimana ia mengalami ratusan kali kegagalan sebelum berhasil menemukan lampu pijar. Kegagalan memang merupakan hal yang wajar dalam kehidupan umat manusia. Karena hidup adalah sebuah perjuangan, maka tidak ada perjuangan yang sempurna tanpa kegagalan. Orang-orang yang berhasil justru selalu belajar dari kegagalan pribadi maupun orang lain. Namun dibalik berbagai kegagalan yang dialami umat manusia, terdapat suatu kegagalan yang mematikan sebagaimana yang dialami oleh Firaun.
Pada bacaan di atas, kita menjumpai dua bentuk kegagalan Firaun. Kegagalan pertama adalah kegagalan historis yaitu “gagal mengenal Yusuf” (Kel. 1:8). Kegagalan historis menyiratkan pesan penting tentang kegagalan Firaun bahwa, ia tidak pernah/tidak mau ambil pusing untuk mempelajari jasa-jasa Yusuf, serta peran aktif Allah Israel yang besar terhadap Mesir. Suatu sikap yang tentu saja kontras dengan para pendahulunya. Sebaliknya, secara implisit ia memperlihatkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang sombong dan tidak tahu berterima kasih. Kegagalan kedua adalah kegagalan teologis—gagal mengenal Allah yang sejati. Kegagalan ini merupakan kegagalan yang mematikan. Dalam ayat di atas (Kel. 5:2), kita menjumpai respon Firaun terhadap pesan Tuhan dengan sikap yang arogan, “Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya ... Tidak kenal aku TUHAN itu”. Kegagalan untuk mengenal Tuhan inilah yang membawa Firaun harus berhadapan dengan sepuluh tulah yang dijatuhkan Tuhan atas ia dan kerajaannya. Jika Saudara membaca dengan teliti, maka di akhir penghukuman tulah-tulah tersebut terdapat pesan Tuhan bahwa, “orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN” (Kel.7:5). Tuhan seolah-olah memperkenalkan diri-Nya, serta menjawab peryataan, pertanyaan, dan sikap sombong Firaun dengan cara yang mengerikan.
Saudara terkasih, kita mungkin saja mengalami banyak kegagalan dalam banyak hal. Namun perhatikan, kegagalan-kegagalan yang kita alami dalan hidup ini (yang berhubungan dengan kehidupan horisontal manusia) tidaklah memiliki dampak yang kekal. Hanya satu kegagalan yang memiliki dampak kekal, yaitu gagal mengenal Allah yang sejati. Firaun adalah gambaran dari cita-cita dan pencapaian tertinggi umat manusia—memiliki kedudukan tinggi, harta, takhta, dan segala sesuatu. Namun Firaun gagal dalam satu hal, ia gagal mengenal dan menolak Allah yang sejati, sehingga kegagalannya itu menghasilkan penghukuman dan kematian. Kebenaran ini mengajarkan kita bahwa pencapaian tertinggi dalam hidup manusia bukanlah materi namun pengenalan akan Tuhan, dan kegagalan yang mematikan manusia adalah gagal mengenal Tuhan yang sejati. Semoga Roh-Nya yang Kudus mencerahkan dan memampukan kita untuk mengenal Dia dengan benar. Amin!.
Salam,
Yb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar