Senin, 12 Februari 2018

MATERI PA - 1 : DOSA DAN KESELAMATAN



I. DOSA DAN KESELAMATAN.

          Tujuan: Pada pelajaran ini, kita akan belajar mengenai dua tema besar dalam iman Kristen, yaitu “Dosa” dan “Keselamatan”. Terdapat dua tujuan utama yang hendak dicapai. Pertama, peserta PA diharapkan dapat memahami pengajaran dasar tentang dosa, keberdosaan manusia, serta dampak yang disebabkan oleh dosa. Tujuan yang kedua, peserta PA dapat memahami pengajaran dasar tentang keselamatan, yang meliputi berbagai aspek keselamatan dalam iman Kristen, serta hal-hal penting yang menjadi perbedaan antara konsep keselamatan dalam iman Kristen dan konsep kepercayaan lain.

I.1. Dosa.           
                                                   
          “Dosa” merupakan kata yang secara umum digunakan oleh masyarakat di sekitar kita dengan beragam interpretasi dan pengertian. Misalnya dalam pemberitaan media masa kita sering menjumpai kalimat-kalimat seperti, “Terjadi kecelakaan yang merenggut jiwa-jiwa tak berdosa”,atau, “Anak-anak tak berdosa itu ditelantarkan orang tuanya”. Contoh-contoh tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa pemahaman mengenai dosa telah mengalami degradasi makna dari kebenaran firman Tuhan, sehingga dosa dalam pemahaman masyarakat sekuler (dan juga sebagian besar umat Tuhan) terkesan dangkal dan tidak berbahaya.

          Berbeda dari pandangan sekuler di atas, Alkitab menekankan hal sebaliknya. Kejatuhan Adam dalam dosa mengakibatkan kematian, kutuk, penderitaan dansemua kekacauan di dalam dunia ini. Itu berarti dosa merupakan suatu kondisi yang sangat serius dan mendesak untuk segera ditangani. Pemahaman yang benar mengenai konsep dosa dalam pengajaran iman Kristen akan menuntun Saudara untuk memutuskan hal terpenting dalam hidup Saudara, yaitu berjumpa dengan Sang Juruselamat.

1. Apa yang dimaksud dengan Dosa? 

          Jawab. Dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Kata “Dosa” dalam  PL adalah “Chatta’th” (Ibr.), sedangkan dalam PB   adalah “Hamartia” (Yun.) yang secara sederhana berarti“Meleset dari sasaran” atau “Tidak kena sasaran”. Sasaran yang dimaksud disini   adalah hukum-hukum yang telah Allah tetapkan.(1 Yoh. 3:4: Rm. 3:23).

2. Bagaimana dosa masuk dalam kehidupan umat manusia?

          Jawab. Dosa masuk dalam kehidupan umat manusia melalui dua cara, yaitu:
          a. Dosa asal/waris (Kej. 5:3; Mzm. 51:5; 58:4;Rom. 5:12).
             Dosa asal/waris merupakan dosa yang diturunkan oleh leluhur kita. Kita (umat manusia) adalah keturunan Adam yang secara otomatis mewarisi tabiat dan sifat dosanya. Ketika kita lahir, kita mewarisi DNA orang tua kita yang mana di dalamnya terdapat rupa, bentuk fisik, sifat, watak, bahkan hingga beberapa jenis penyakit tertentu. Demikian halnya dengan natur dosa asal/waris yang kita terima dari Adam.Ketika Adam berbuat dosa, kita, umat manusia telah berada dalam benihnya Adam, maka ketika Adam jatuh ke dalam dosa, secara otomatis kita pun turut jatuh, terbuang, dan berdosa (Ayb. 14:4).Sebaliknya, ketika kita melakukan perbuatan dosa, kita pun akhirnya menyadari bahwa tabiat dosa Adam yang diwariskan itu, ternyata ada dan eksis di dalam kita (umat manusia).

             Dosa waris/asal ini juga berkaitan erat dengan “status” manusia sebagai hamba dosa (Yoh. 8:34; Rm. 6:6-22). Jika status manusia adalah hamba dosa, maka ia selamanya merupakan budak dosa (Kej. 6:5). Hal ini sama halnya dengan suatu bangsa yang mengalami kekalahan, tak berdaya, dan diberbudak. Bangsa tersebut tidak bebas dan tidak dapat berbuat apapun selain mengikuti kehendak Bangsa yang memperbudak mereka. Demikianlah keadaan manusia yang menjadi hamba dosa.Ia tidak dapat berbuat apa-apa selain takhluk kepada perbuatan-perbuatan dosa (Rm. 6:16; 7:14-15).RC Sroul, salah seorang hamba Tuhan, merangkum pengalaman dosa manusia ini dengan mengatakan bahwa, “Kita menjadi berdosa bukan karena kita melakukan perbuatan dosa. Sebaliknya, kita melakukan perbutan-perbuatan dosa oleh karena kita adalah orang berdosa.”

          c. Dosa pribadi (Yes. 53:6; Yer. 17:9; Mzm. 1:2-3; 51:5; Pkh. 7:20;                               Rm. 3:10-12, 23).
             Dosa waris merupakan benih yang tak kelihatan bagi dosa-dosa pribadi yang muncul dalam perbuatan manusia di kemudian hari. Suatu kondisi yang membentuk umat manusia berpotensi untuk terus-menerus membuahkan dosa yang semakin banyak dalam hidupnya.
             Dosa pribadi adalah perbuatan-perbuatan dosa/pelanggaran /kejahatan yang kita lakukan baik secara aktif (tahu tetapi melanggar—Mzm. 51:5) maupun pasif (tahu tetapi tidak melakukan—Yak. 4:17). Dosa pribadi teraktualisasi melalui tiga bentuk praktek, yaitudosa dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

3. Dampak apa sajakah yang disebabkan oleh dosa?
          Jawab. Dosa menyebabkan dampak-dampak serius yang mematikan dalam kehidupan manusia. Berikut beberapa di antaranya:

a.    Kematian. Pelanggaran terhadap hukum Allah (dosa) berakibat kematian. Semua  pelanggaran/dosa sama besarnya dan sama beratnya di hadapan Allah. Tidak ada dosa kecil atau besar, natur kekudusan Allah tidak dapat berkompromi dengan dosa sekecil apapun. Oleh sebab itu semua bentuk dosa memiliki upah yang sama yaitu maut/kematian. Dosa mengakibatkn manusia mengalami tiga rangkap kematian.

1.  Kematian Rohani (Terputus/terusir dari persekutuan dengan Allah—Kej. 3:23). Tanpa persekutuan dengan Allah yang sejati, maka secara rohani manusia telah berada dalam status kematian.
2.  Kematian Jasmani (Kembali menjadi debu tanah—Kej.3:19).
3.  Kematian Kekal (Keterpisahan selamanya dengan Allah dan menderita dalam penghukuman kekal—Why. 2:11; 20:6, 14; 21:8).

        b. Kerusakan Alam (Tanah menjadi terkutuk, hasilnya semak duri—Kej. 3:17-18, Hewan dikorbankan—Kej. 3:21, Eksploitasi alam dan hewan).
        c. Penderitaan (Kesakitan/penyakit, Egosentris, Susah payah mencari nafkah—Kej. 3:16-19, Terjadi pembunuhan—Kej. 4:8, Kejahatan dimana-mana—Kej.6:5; 8:21, Penyimpangan Seksual—Kej. 19:5, Penghukuman—Mik. 6:13, Hati nurani yang tercemar—Tit. 1:15). 

          Dosa bersifat universal, demikian pula dengan dampak yang ditimbulkannya. Ungkapan-ungkapan yang sering dikatakan seperti “Tidak ada manusia yang sempurna”, atau “Berbuat kesalahan itu manusiawi” merupakan gambaran umum tentang bagaimana umat manusia secara tidak langsung mengakui bahwa sifat dosa itu melekat secara umum pada manusia tanpa terkecuali.

Diskusikan :
(1). Menurut Saudara/i apakah semua manusia berdosa?
(2). Bagaimana dengan pernyataan “Manusia dilahirkan bagaikan  kertas putih (tanpa dosa)”, apakah Saudara/i menyetujuinya? Mengapa?
(3). Jika semua manusia (dan juga saya) adalah orang berdosa dan berada dalam kuasa maut, maka apa yang menjadi kebutuhan utama saya (dan umat manusia)?
“Dosa yang paling besar bukanlah dosa yang terbesar. Dosa yang paling besar adalah orang berdosa yang tidak mau mengakui keberdosaannya.”(Pdt. Stephen Tong).

___________________________________________________________________

I.2. Keselamatan.

          Keselamatan merupakan tema sentral dalam Alkitab. Kisah penyelamatan Nuh, Umat Israel dari Mesir, dari musuh, penyakit, dan kematian, adalah beberapa contoh bagaimana Allah berperan aktif menyelamatkan umat-Nya. Namun dari semua kisah penyelamatan ini terdapat satu janji keselamatan yang merupakan pokok pengajaran Alkitab dan kebutuhan utama umat manusia semenjak kejatuhan Adam dalam dosa, yaitu janji keselamatan dari perbudakan dosa dan maut, melalui karya Kristus (Kej. 3:15; Mat.1 :21). Dalam pertemuan kedua ini, secara khusus kita akan belajar mengenai tema penting ini, keselamatan dari perbudakan dosa dan maut.

1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan?

          Jawab. Kata “keselamatan dalam bahasa Yunani adalah Soterion  yang berarti “keselamatan”, “diselamatkan”, atau “menyelamatkan".          Dalam konteks pengajaran ini berarti, Allah menyelamatkan umat- Nya dari perbudakan dosa dan hukuman kekal.

2. Dapatkah kita menyelamatkan diri sendiri?

Jawab. Tidak! Alkitab secara konsisten memberi kesaksian bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya. Status kita (umat manusia) dihadapan Allah telah berada dalam keadaan mati (Kol.2:13), maka tidak akan mungkin kita dapat menyelamatkan diri sendiri. Perhatikan, dapatkah orang mati/sekarat mampu menyelamatkan dirinya?

Kemudian perlu diperhatikan bahwa konsep keselamatan Kristen yang berpusat pada Allah menjadi perbedaan mendasar dengan konsep keselamatan kepercayaan lain (Lihat gambar 1). Dengan kata lain, Allah Tritunggal merupakan penggagas dan pelaksana karya keselamatan itu, manusia sama sekali tidak memiliki andil di dalamnya (Kej. 3:9; Rm. 11:6). Dari karya Allah inilah maka muncul istilah “Kasih Karunia” atau “Anugerah”. Singkatnya, kekristenan berpusat pada anugerah serta karya Allah dalam Kristus, tidak memungkinkan bagi manusia berdosa untuk menyelamatkan dirinya. 

3. Jika karya keselamatan merupakan anugerah Allah, maka bagaimanakah/apakah respon/peranan kita?

          Jawab. Kita hanya perlu merespon karya penyelamatan tersebut   dengan Iman percaya kepada Kristus (Rm. 10:9-10; Ef. 2:8). Sebagai    catatan, perlu diingat bahwa Iman   yang kita peroleh ini pun     merupakan anugerah/ pemberian Allah (Rm. 12:3; 1    Kor. 12:9; Ef. 2:8). Maka respon iman Saudara pun sesungguhnya merupakan    bagian dari karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam hidup    Saudara, sesuai dengan kedaulatan, kasih dan pilihan-Nya. 

          Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perihal “Iman” dalam konteks     ini. Iman yang dimaksud bukanlah suatu  pengakuan bahwa “aku percaya” saja, atau suatu pengakuan karena keterpaksaan atau juga karena ketakutan atas penghukuman Allah. Iman demikian     adalah iman palsu yang sama dengan “iman para setan” (Yak.2:19). Iman kristiani sejati sebagai respons keselamatan dalam konteks ini adalah bentuk iman yang dilandasi atas sikap    hormat kepada Allah, serta kesadaran akan dosa dan kebutuhan  akan Juru selamat, yang di kemudian hari nampak dalam perbuatan  nyata (Yak. 2:20, 26). Dalam istilah latin, iman demikian disebut   “Fides Viva”, suatu iman yang dipraktekkan, yang hidup, dan yang berbuah sesuai kebenaran firman Tuhan. (bahasan mengenai tema  ini akan dibahas secara khusus pada PA berikutnya). 

4. Dengan cara apakah Allah menyelamatkan manusia?

Jawab.  Dengan jalan mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mati menggantikan Saudara dan saya (Yoh. 3:16). Kematian Kristus di atas kayu salib merupakan kematian untuk menebus dosa-dosa kita, dan menjadikan kita kudus di hadapan Bapa (Kej. 3:21 [Im. 17:11; Ibr. 9:22]; Yes. 53:5-8; Mat. 20:28; Yoh. 1:29; Gal. 2:20). Dalam istilah teologi hal ini disebut sebagai konsep “Substitusi”, Kristus mengambil tempat kita sebagai orang-orang yang terhukum. Dia mati menggantikan posisi Saudara dan saya, agar hubungan yang terputus pasca kejatuhan Adam dan dosa-dosa kita, didamaikan kembali oleh pengorbanan salib-Nya (Rm. 3:25; 5:11; 2 Kor. 5:8, 19; Kol. 1:20; 1 Yoh. 2:2; 4:10).

Seperti yang telah disinggung, konsep keselamatan antara kekristenan dan keyakinan lain memiliki perbedaan yang singnifikan. Bukan hanya pada sentralitasnya, namun juga pada metode/caranya. Namun perlu diperhatikan, wahyu Allah dalam Alkitab senantiasa berbicara secara konsisten mengenai karya keselamatan. Mulai dari rencana, caranya, hingga penggenapannya di dalam Kristus (lihat kronologis ayat-ayat yang tercantum sebelumnya).

5. Manusia diselamatkan dari apa?

          Jawab. Diselamatkan dari tiga hal berikut,
Ø  Murka Allah.
Di atas telah disampaikan bahwa sifat Allah yang kudus tidak memungkinkan untuk bersanding dengan dosa umat manusia. Bagi manusia berdosa, kekudusan Allah seperti api yang menghanguskan (Kel. 24:17; Ul. 4:24).  Namun perlu diperhatikan bahwa murka Allah bukan  ditujukan kepada umat manusia, akan tetapi kepada keberdosaan mereka. Manusia adalah objek kasih Allah akan tetapi keberdosaan mereka adalah objek dari murka-Nya. Karena keberdosaan umat manusia adalah natur/sifat bawaan yang melakat pada dirinya maka secara tak terhindarkan semua manusia jatuh di bawah penghukuman murka Allah. Maka manusia berdosa perlu diselamatkan dari murka Allah.
Ø  Kuasa Dosa.
Diselamatkan dari kuasa dosa berarti kita dibebaskan dari status kita sebagai budak dosa (Rm. 7:14), dan berpaling menjadi hamba Kristus dan kebenaran (Rm. 6:18).
Ø  Kuasa Maut.
Seperti yang telah disampaikan bahwa upah dosa ialah maut. Maka kebutuhan akan  penyelamatan umat manusia terhadap kuasa maut merupakan bagian dari karya keselamatan Allah di dalam Kristus. Dalam hal ini mereka yang dilahir-barukan oleh kuasa Roh Kudus, tidak akan mengalami kematian ke dua (keterpisahan kekal dari Allah—Why. 20:6). 

Gambar 1. Tabel Perbandingan.

Agama Lain                                      Kristen
Berpusat pada Manusia (Antroposentris).
Berpusat  pada Allah
(Theosentris)
Menekankan pada perbuatan etika dan moral
Menekankan pada pribadi dan karya Kristus (Sola Cristo)
Menekankan pada ritual serta peraturan-peraturan (taurat)
Menekankan pada iman percaya
(Sola Fide)
Keselamatan diperoleh dari usaha perbuatan baik, amal, dan ibadah.
Keselamatan merupakan anugerah Allah (Sola Gratia)
Bermuara pada ketidak-pastian karena berpusat pada konsep buatan manusia.
Bermuara pada kepastian karena berpusat pada Allah, dan dijamin oleh Allah.

Diskusikan:
1. Apakah perbuatan baik dapat menyelamatkan?
2. Apakah ada jalan keselamatan lain di luar Kristus?
3. Jika Saudara/i tidak mampu menyelamatkan diri sendiri, maka bersediakah Saudara/i menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi?

“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (KPR. 4:12).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar