Selasa, 20 Februari 2018

APOLOGETIKA : PEMBELAAN TERHADAP KE-TUHAN-AN YESUS KRISTUS


APOLOGETIKA : Pembelaan Terhadap Ke-Tuhan-an Yesus Kristus[1]

Oleh: Yosep Belay.




Pendahuluan.

          Pokok pengajaran Kristologi Tinggi mengenai klaim ke-Tuhanan Kristus, merupakan prinsip utama kekristenan yang sangat penting, mengingat jatuh bangunnya pondasi iman Kristen bergantung sepenuhnya pada Pribadi Kristus.  Stott mengatakan bahwa satu-satunya agama di dunia ini yang berpusat pada seorang Pribadi, adalah kekristenan. Andai kata keyakikan akan ke-Tuhanan-Nya ditolak, maka kekristenan sudah pasti akan lenyap.[2] Berikut penulis menjabarkan beberapa bukti Alkitab yang mengkonfirmasikan natur ke-Tuhan-an Kristus baik secara eksplisit maupun implisit melalui ucapan dan tindakan-Nya, yang mana sekaligus merupakan pondasi dasar iman Kristen mengenai Kristologi tinggi.

Otoritas Pernyataan Kristus Yang Sama Dengan Allah.

          Pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus memiliki keunikan dan berbeda dengan para nabi dalam Perjanjian Lama. Mereka yang hanya menganggap Ia sebagai seorang nabi, akan sangat tercengang ketika berhadapan dengan klaim-klaim yang Ia ucapkan. Berikut beberapa pernyataan yang patut dipertimbangkan: Yesus berdoa agar Bapa mempermuliakan diri-Nya dengan kemuliaan milik-Nya (Yoh.17:5), akan tetapi PL hanya mengakui ada satu Tuhan (Ul.6:4; Yes.45:5), dan Tuhan tidak akan membagikan kemuliaan-Nya kepada siapapun (Yes.42:8). Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai “Yang awal dan yang akhir” (Why.1:7), suatu pernyataan yang sama dengan Tuhan dalam PL dalam memperkenalkan diri-Nya (Yes.44:6). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang baik” (Yoh.10) yang juga merujuk pada pekerjaan yang sama ketika Tuhan membimbing umat Israel dalam PL (Mzm. 23:1; Yeh.34:12). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai hakim segala bangsa (Mat. 25:31; Yoh. 5:27) yang sejajar dengan PL, dimana Tuhan akan menghakimi segala bangsa (Yl. 3:12).Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia (Yoh.8:12), yang sejajar dengan perkataan Tuhan dalam Yesaya 60:19, dan juga pengakuan Daud bahwa “TUHAN adalah terangku” (Mzm.27:1). Yesus mengklaim diri-Nya sebagai sumber dan otoritas pemberi hidup  seperti Bapa (Yoh.1:4; 5:21). Tetapi PL jelas mengatakan bahwa hanya Allah saja yang menghidupkan orang mati (Yes. 16:19;  Dan. 12:2;  Ayb. 19:25). Di sini Yesus tidak sedang berbicara mengenai karunia kesembuhan seperti para Nabi dan Rasul, tetapi kuasa dan otoritas. Karunia adalah pemberian, tetapi kuasa dan otoritas adalah milik Allah. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan yang benar (Yoh.14:6). Hal ini hanya dimungkinkan jika Yesus adalah Allah yang menyatakan kepada manusia.[3] Yesus mengklaim diri-Nya “Bukan berasal dari dunia” tetapi semua manusia dari dunia (Yoh.8: 23), Ia telah ada sebelum Abraham jadi (Yoh.8:58).

Perumpamaan Yang Merujuk Pada Klaim ke-Ilahian-Nya.

          Selain itu, terdapat  beberapa hal menarik yang perlu diteliti berkaitan dengan beberapa perumpamaan dalam pengajaran yang Yesus lakukan. Jika diperhatikan maka akan dijumpai bahwa Ia bukan hanya menyampaikan suatu pesan dan pengajaran kepada para pendengar-Nya, namun Ia juga menyampaikan pesan implisit mengenai klaim ke-Tuhanan-Nya. Dalam Injil dalam Lukas 15: 32 misalnya. Pada pasal ini, Tuhan Yesus memberikan tiga perumpamaan yaitu “Domba yang hilang”, “Dirham yang hilang” dan “Anak yang hilang”.  Pesan implisit dari ketiga perumpamaan ini adalah Ia menempatkan diri-Nya sebagai seorang Gembala, seorang pemilik Dirham, dan seorang Ayah, yang mencari milki-Nya yaitu, Anak, domba, dan Dirham. Ia tidak menempatkan diri dalam posisi sebagai “domba” tetapi sebagai “Gembala”  seperti halnya Allah dalam PL (Luk.19:10; Yoh.10:11; Yeh. 34:11; Mzm. 103:8-13).Beberapa kesempatan, Yesus mengumpamakan dan menempatkan diri-Nya sebagai “Mempelai Pria” seperti dalam Injil Markus 2:19; Matius 9:15; 25:1; Lukas 5:34, dan juga pada perumpamaan tentang “Gadis bijaksana dan bodoh” (Mat.25:1-13). Hal ini sejalan dengan kesaksian PL ketika Allah mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “Mempelai Pria” Israel (Yes. 62:5; Hos. 2;16).

Mengutip Philip Payne, Geisler menjelaskan bahwa dari lima puluh dua narasi berbentuk perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, dua puluh diantaranya menggambarkan secara implisit mengenai kesejajaran-kesejajaran pribadi Yesus dengan Allah dalam PL.[4] Pernyataan-pernyataan demikian tidak akan keluar dari mulut seorang Guru, bahakan seorang Nabi sekalipun. Semua Tokoh agamawan dan para pendiri agama akan selalu mengajar dan merujuk pada suatu jalan yang benar, tetapi mereka tidak pernah mengkalim dirinya benar dan bebas dosa, kecuali Yesus (Yoh. 8:46; 14:6).

Beberapa Bukti Lainnya.

          Bukan hanya melalui pernyataan lisan, namun juga dari sikap ekplisitnya mengenai penyembahan. Di beberapa kesempatan, Yesus  menerima penyembahan yang sejajar dengan Allah. Dalam konteks Perjanjian Lama, terutama dalam Hukum Taurat, penyembahan hanya boleh dilakukan kepada Allah Israel, diluar itu marupakan suatu pelanggaran berat (Kel. 20:1-5; Ul. 5:7-9). Namun dalam Perjanjian Baru, para murid yang memiliki latar belakang penganut monoteis fanatik, mereka juga menyembah kepada Yesus, layaknya kepada Allah. Penyembahan yang mereka lakukan tentu bukan hanya suatu sikap tanpa makna, akan tetapi tindakan tersebut menyatakan sikap hati, keyakinan, dan pengharapan mereka kepada Yesus. Hal tersebut dikonfirmasi melalui peristiwa-peristiwa ajaib yang Ia lakukan. Didalam PB,tercatat paling sedikit sepuluh kali Tuhan Yesus disembahan: Seorang sakit kusta menyembah Dia (Mat. 8:2), Sebelum anaknya dibangkitkan Yesus, seorang kepala rumah ibadat menyembah Dia (Mat. 9:18), Setelah badai diredakan, Murid-murid yang berada di dalam perahu menyembah Dia (Mat. 14:33), Sebelum anaknya yang kerasukan setan disembuhkan, seorang perempuan Kanaan menyembah Dia (Mat. 15:25), Sebelum seorang kerasukan setan disembuhkan, ia menyembah Yesus (Mrk. 5:6), Seorang buta yang telah disembuhkan menyembah Yesus (Yoh. 9:38), Anak-anak Zebedeus dan ibu mereka menyembah Yesus (Mat. 20:20), Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid menyembah Dia (Mat. 28:9), Sebelum memberikan perintah untuk mengabarkan Injil, murid-murid menyembah Dia (Mat. 28:17), dan yang terakhir adalah ketika Tomas Menyembah Dia (Yoh.20:28). 

Dalam meresponi hal tersebut, Yesus tidak pernah menolak penyembahan yang ditujukan kepada-Nya. Sebaliknya, para Rasul (KPR. 14:14-15) dan Malaekat (Why. 19:10) menolak untuk menerima penyembahan dari manusia. Maka pertanyaan penting untuk diajukan adalah siapakah Yesus sehingga Ia layak menerima Pujian(Why.7:10, 15:3) dan Penyembahan?, tentu saja Ia adalah Allah (Yoh.1:1).

Tindakan-Nya Yang Hanya Dapat Dilakukan Oleh Allah.

Selain pernyataan, respon penyembahan, dan perumpamaan-perumpamaan Yesus yang menyatakan ke-Ilahian-Nya, Alkitab juga mencatat beberapa tindakan Yesus yang hanya mampu dilakukan oleh Allah. Ia mengampuni dosa (Mrk. 2:5-11). Tindakan ini menimbulkan respon dari para ahli Taurat dengan pertanyaan yang mengherankan, “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi perhatikan bahwa Ia tidak pernah memohon pengampunan dosa bagi diri-Nya, hal itu hanya dimungkinkan jika Ia memang Allah. Kemudian  para Rasul bersaksi dan menulis bahwa Ia tidak berdosa (1Ptr. 1:19; 1Ptr. 2:22; 1Yoh.3:5;  2Kor. 5:21; Ibr.4:15). Ia memiliki kuasa (Omnipotent) bukan hanya dibumi tetapi juga di sorga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa disorga dan di bumi” (Mat. 28:18-19), Ia berkuasa atas alam semesta (Luk.8:24-25). Ia berkuasa atas  roh-roh jahat (Luk.8:26-39; Mat.8:28-34; Mrk.5:1-20).  Ia berkuasa atas bebagai penyakit dan kematian (Mat.4:24; Mat. 11:15; 15:30, dst).  Ia maha tahu (Omniscience). Yesus tahu mengenai pikiran Orang (Mat.12:25; 22:18; 26:10; Mrk. 2:8, dst), Ia mengetahui kehidupan wanita samaria (Yoh.4:16-19), Ia mengetahui pribadi Natanael (Yoh.1:47-50), Ia mengetahui bahwa Yudas akan menghianati-Nya (Yoh.6:64).Ia maha hadir (omnipresent). Ia hadir disegala tempat ketika orang percaya berkumpul (Mat.18:20), Ia hadir didalam hati orang percaya (Yoh. 14:20; 2Kor. 13:5), Ia telah berada di sorga, namun Ia juga menyertai semua orang percaya hingga akhir  zaman (Mat.28:20). Ia transenden sekaligus imanen.Ia kekal (Why.1:8), dan  Ia ada dengan sendiri-Nya (Yoh. 8:58).Ia tidak berubah (Ibr.13:8). Perkataan-Nya kekal (Mrk.13:31).Ia meminta Orang percaya (bahkan para Rasul yang memiliki latar belakang Yahudi—monoteis, dan beberapa diantaranya adalah saudara Tuhan!) agar berdoa dalam nama-Nya: “dan apapun juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya ... Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh. 14:13-14); Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal didalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7).

Pertimbangan lainnya adalah Ia memusatkan inti dari pengajaran-Nya pada diri-Nya sendiri. Sedikitnya tujuh kali Ia berkata “Akulah!” (Ego Eimi) yang setara dengan Allah ketika memperkelalkan diri kepada Musa dalam Keluaran 3:14. “Akulah Roti Hidup” (Yoh. 6:35), “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12; 9:5),“Akulah Pintu” (Yoh. 10:9), “Akulah Gembala yang Baik” (Yoh. 10:11), “Akulah Kebangkitan dan Hidup” (Yoh. 11:25), “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Yoh. 14:6 ), “Akulah Pokok Anggur yang Benar” (Yoh.15:1). Mengomentari hal tersebut, Stott menjelaskan bahwa hal yang pantas dicatat adalah Kristus berbicara tentang kerajaan Allah, namun secara mengejutkan Ia memusatkan ajaran-Nya pada diri-Nya.[5] Suatu sikap egosentris (dalam pemahaman yang absolut sebagai Allah) yang bahkan para pendiri agama manapun tidak akan berani mengklaim demikian.  Hal ini hanya memungkinkan jika Kristus menyadari dengan sungguh mengenai siapa diri-Nya, karena jika tidak, Ia tentu telah melakukan dosa besar dengan menghujat Allah.

Penutup.

Seperti yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan kesaksian Alkitab yang adalah Firman Allah itu sendiri bahwa ke-Ilahian Yesus Kristus merupakan penyataan Allah secara ekplisit, maka pengajaran mengenai Kristologi tinggi merupakan suatu kebenaran yang tak terbantahkan. Kritikan-kritikan sumbang di luar kekristenan memang akan selalu ada, namun kritikan-kritikan demikian jika dengan seksama diperhatikan, justru membuktikan ketidak pahaman dan kegagalan para pengkritik tersebut terhadap kesaksian Alkitab. 

Sebagai penutup, argumentasi Geisler ini dapat menjadi argumentasi rasional logis yang tak dapat dibantah. Geisler mengatakan bahwa, mau-tidak-mau, semua orang harus mengakui ke-Tuhanan-Nya, karena jika hanya memandang Dia sebagai Guru moral dan seorang Nabi, maka harus dikatakan juga bahwa seorang Guru moral dan Nabi yang benar tidak akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan seperti yang dilakukan Yesus Kristus! Fakta ini menjadikan para pengkritik tidak dapat berkutik karena tidak menyediakan pilihan lain (Guru moral atau Nabi) kepada Pribadi Kristus, selain mengakuin-nya sebagai Tuhan. Soli Deo Gloria!



            [1] Tulisan ini diedit seperlunya dari Skripsi Penulis, Yosep Belay, Apologetika Kristen Terhadap Konsep Deifikasi Kristus Menurut Ioanes Rakhmat (Depok: STT SKRIPTURA—skripsi, 2016), 75.
            [2]John RW. Sott Kedaulatan dan Karya Kristus,... 27.
[3]Harus diperhatikan bahwa realitas agama manusia adalah bersifat antroposentris. Manusia yang membangun dan menjalankan suatu sistem, dengan demikian maka tidak mungkin manusia dapat sampai kepada Allah melalui konsep-konsep yang dibangun, kecuali jika Allah sendiri yang menyatakan jalannya kepada manusia, dan hal tersebut hanya dijumpai dalam kekristenan melalui pribadi Tuhan Yesus.
[4]Norman L. Geisler dan Frank Turek, I Don’t Have Enough Faith to Be an Atheist... 386.
            [5] John RW. Stott, Why I am a Christian... 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar