APOLOGETIKA : Pembelaan Terhadap Ke-Tuhan-an Yesus Kristus[1]
Oleh:
Yosep Belay.
Pendahuluan.
Pokok pengajaran Kristologi Tinggi
mengenai klaim ke-Tuhanan Kristus, merupakan prinsip utama kekristenan yang
sangat penting, mengingat jatuh
bangunnya pondasi iman Kristen bergantung sepenuhnya pada Pribadi Kristus. Stott mengatakan bahwa satu-satunya agama di dunia
ini yang berpusat pada seorang Pribadi, adalah kekristenan. Andai kata keyakikan
akan ke-Tuhanan-Nya ditolak, maka kekristenan sudah pasti akan lenyap.[2] Berikut penulis
menjabarkan beberapa bukti Alkitab yang mengkonfirmasikan natur ke-Tuhan-an
Kristus baik secara eksplisit maupun implisit melalui ucapan dan tindakan-Nya, yang mana sekaligus merupakan pondasi dasar iman Kristen mengenai Kristologi tinggi.
Otoritas Pernyataan Kristus Yang Sama Dengan Allah.
Pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus
memiliki keunikan dan berbeda dengan para nabi dalam Perjanjian Lama. Mereka
yang hanya menganggap Ia sebagai seorang nabi, akan sangat tercengang ketika
berhadapan dengan klaim-klaim yang Ia ucapkan. Berikut beberapa pernyataan yang
patut dipertimbangkan: Yesus berdoa agar Bapa mempermuliakan diri-Nya dengan
kemuliaan milik-Nya (Yoh.17:5), akan tetapi PL hanya mengakui ada satu Tuhan
(Ul.6:4; Yes.45:5), dan Tuhan tidak akan membagikan kemuliaan-Nya kepada
siapapun (Yes.42:8). Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai “Yang awal dan yang
akhir” (Why.1:7), suatu pernyataan yang sama dengan Tuhan dalam PL dalam
memperkenalkan diri-Nya (Yes.44:6). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala
yang baik” (Yoh.10) yang juga merujuk pada pekerjaan yang sama ketika Tuhan
membimbing umat Israel dalam PL (Mzm. 23:1; Yeh.34:12). Yesus menyatakan
diri-Nya sebagai hakim segala bangsa (Mat. 25:31; Yoh. 5:27) yang sejajar
dengan PL, dimana Tuhan akan menghakimi segala bangsa (Yl. 3:12).Yesus
menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia (Yoh.8:12), yang sejajar dengan
perkataan Tuhan dalam Yesaya 60:19, dan juga pengakuan Daud bahwa “TUHAN adalah terangku”
(Mzm.27:1). Yesus mengklaim diri-Nya sebagai sumber dan otoritas pemberi
hidup seperti Bapa (Yoh.1:4; 5:21).
Tetapi PL jelas mengatakan bahwa hanya Allah saja yang menghidupkan orang mati
(Yes. 16:19; Dan. 12:2; Ayb. 19:25). Di sini Yesus tidak sedang
berbicara mengenai karunia kesembuhan seperti para Nabi dan Rasul, tetapi kuasa
dan otoritas. Karunia adalah pemberian, tetapi kuasa dan otoritas adalah milik
Allah. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan yang benar (Yoh.14:6). Hal ini
hanya dimungkinkan jika Yesus adalah Allah yang menyatakan kepada manusia.[3] Yesus mengklaim diri-Nya “Bukan berasal
dari dunia” tetapi semua manusia dari dunia (Yoh.8: 23), Ia telah ada sebelum
Abraham jadi (Yoh.8:58).
Perumpamaan Yang Merujuk
Pada Klaim ke-Ilahian-Nya.
Selain itu, terdapat beberapa hal menarik yang perlu diteliti
berkaitan dengan beberapa perumpamaan dalam pengajaran yang Yesus lakukan. Jika
diperhatikan maka akan dijumpai bahwa Ia bukan hanya menyampaikan suatu pesan
dan pengajaran kepada para pendengar-Nya, namun Ia juga menyampaikan pesan
implisit mengenai klaim ke-Tuhanan-Nya. Dalam Injil dalam Lukas 15: 32 misalnya. Pada pasal ini, Tuhan Yesus memberikan
tiga perumpamaan yaitu “Domba yang hilang”, “Dirham yang hilang” dan “Anak yang
hilang”. Pesan implisit dari ketiga
perumpamaan ini adalah Ia menempatkan diri-Nya sebagai seorang Gembala, seorang
pemilik Dirham, dan seorang Ayah, yang mencari milki-Nya yaitu, Anak, domba,
dan Dirham. Ia tidak menempatkan diri dalam posisi sebagai “domba” tetapi
sebagai “Gembala” seperti halnya Allah
dalam PL (Luk.19:10; Yoh.10:11; Yeh. 34:11; Mzm. 103:8-13).Beberapa kesempatan,
Yesus mengumpamakan dan menempatkan diri-Nya sebagai “Mempelai Pria” seperti
dalam Injil Markus 2:19; Matius 9:15; 25:1; Lukas 5:34, dan juga pada
perumpamaan tentang “Gadis bijaksana dan bodoh” (Mat.25:1-13). Hal ini sejalan
dengan kesaksian PL ketika Allah mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “Mempelai
Pria” Israel (Yes. 62:5; Hos. 2;16).
Mengutip Philip Payne, Geisler menjelaskan bahwa dari lima
puluh dua narasi berbentuk perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, dua puluh
diantaranya menggambarkan secara implisit mengenai kesejajaran-kesejajaran
pribadi Yesus dengan Allah dalam PL.[4] Pernyataan-pernyataan demikian tidak
akan keluar dari mulut seorang Guru, bahakan seorang Nabi sekalipun. Semua
Tokoh agamawan dan para pendiri agama akan selalu mengajar dan merujuk pada
suatu jalan yang benar, tetapi mereka tidak pernah mengkalim dirinya benar dan
bebas dosa, kecuali Yesus (Yoh. 8:46; 14:6).
Beberapa Bukti Lainnya.
Bukan hanya melalui pernyataan lisan,
namun juga dari sikap ekplisitnya mengenai penyembahan. Di beberapa kesempatan,
Yesus menerima penyembahan yang sejajar
dengan Allah. Dalam konteks Perjanjian Lama, terutama dalam Hukum Taurat,
penyembahan hanya boleh dilakukan kepada Allah Israel, diluar itu marupakan
suatu pelanggaran berat (Kel. 20:1-5; Ul. 5:7-9). Namun dalam Perjanjian Baru, para murid yang
memiliki latar belakang penganut monoteis fanatik, mereka juga menyembah kepada
Yesus, layaknya kepada Allah. Penyembahan yang mereka lakukan tentu bukan hanya
suatu sikap tanpa makna, akan tetapi tindakan tersebut menyatakan sikap hati,
keyakinan, dan pengharapan mereka kepada Yesus. Hal tersebut dikonfirmasi
melalui peristiwa-peristiwa ajaib yang Ia lakukan. Didalam PB,tercatat paling
sedikit sepuluh kali Tuhan Yesus disembahan: Seorang sakit kusta menyembah Dia
(Mat.
8:2),
Sebelum anaknya dibangkitkan Yesus, seorang kepala rumah ibadat menyembah Dia
(Mat.
9:18),
Setelah badai diredakan, Murid-murid yang berada di dalam perahu menyembah Dia
(Mat.
14:33), Sebelum
anaknya yang kerasukan setan disembuhkan, seorang perempuan Kanaan menyembah
Dia (Mat.
15:25),
Sebelum seorang kerasukan setan disembuhkan, ia menyembah Yesus (Mrk. 5:6), Seorang buta yang telah disembuhkan
menyembah Yesus (Yoh.
9:38),
Anak-anak Zebedeus dan ibu mereka menyembah Yesus (Mat. 20:20), Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid
menyembah Dia (Mat.
28:9),
Sebelum memberikan perintah untuk mengabarkan Injil, murid-murid menyembah Dia
(Mat.
28:17), dan yang terakhir adalah ketika Tomas Menyembah Dia (Yoh.20:28).
Dalam meresponi hal tersebut, Yesus tidak pernah menolak
penyembahan yang ditujukan kepada-Nya. Sebaliknya, para Rasul (KPR. 14:14-15)
dan Malaekat (Why. 19:10) menolak untuk menerima penyembahan dari manusia. Maka
pertanyaan penting untuk diajukan adalah siapakah Yesus sehingga Ia layak
menerima Pujian(Why.7:10, 15:3) dan Penyembahan?, tentu saja Ia adalah Allah
(Yoh.1:1).
Tindakan-Nya
Yang Hanya Dapat Dilakukan Oleh Allah.
Selain pernyataan, respon penyembahan, dan
perumpamaan-perumpamaan Yesus yang menyatakan ke-Ilahian-Nya, Alkitab juga
mencatat beberapa tindakan Yesus yang hanya mampu dilakukan oleh Allah. Ia
mengampuni dosa (Mrk. 2:5-11). Tindakan ini menimbulkan respon dari para ahli
Taurat dengan pertanyaan yang mengherankan, “Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi perhatikan bahwa Ia tidak pernah
memohon pengampunan dosa bagi diri-Nya, hal itu hanya dimungkinkan jika Ia
memang Allah. Kemudian para Rasul
bersaksi dan menulis bahwa Ia tidak berdosa (1Ptr. 1:19; 1Ptr. 2:22; 1Yoh.3:5; 2Kor. 5:21; Ibr.4:15). Ia memiliki kuasa (Omnipotent) bukan hanya dibumi tetapi
juga di sorga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa disorga dan di bumi”
(Mat. 28:18-19), Ia berkuasa atas alam semesta (Luk.8:24-25). Ia berkuasa
atas roh-roh jahat (Luk.8:26-39;
Mat.8:28-34; Mrk.5:1-20). Ia berkuasa
atas bebagai penyakit dan kematian (Mat.4:24; Mat. 11:15; 15:30, dst). Ia maha tahu (Omniscience). Yesus tahu mengenai pikiran Orang (Mat.12:25; 22:18;
26:10; Mrk. 2:8, dst), Ia mengetahui kehidupan wanita samaria (Yoh.4:16-19), Ia
mengetahui pribadi Natanael (Yoh.1:47-50), Ia mengetahui bahwa Yudas akan menghianati-Nya (Yoh.6:64).Ia
maha hadir (omnipresent). Ia hadir
disegala tempat ketika orang percaya berkumpul (Mat.18:20), Ia hadir didalam
hati orang percaya (Yoh. 14:20; 2Kor. 13:5), Ia telah berada di sorga, namun Ia
juga menyertai semua orang percaya hingga akhir
zaman (Mat.28:20). Ia transenden sekaligus imanen.Ia kekal (Why.1:8),
dan Ia ada dengan sendiri-Nya (Yoh.
8:58).Ia tidak berubah (Ibr.13:8). Perkataan-Nya kekal (Mrk.13:31).Ia meminta
Orang percaya (bahkan para Rasul yang memiliki latar belakang Yahudi—monoteis,
dan beberapa diantaranya adalah saudara Tuhan!) agar berdoa dalam nama-Nya:
“dan apapun juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya ... Jika
kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh.
14:13-14); Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal didalam
kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh.
15:7).
Pertimbangan lainnya adalah Ia memusatkan inti dari
pengajaran-Nya pada diri-Nya sendiri. Sedikitnya tujuh kali Ia berkata
“Akulah!” (Ego Eimi) yang setara dengan Allah ketika memperkelalkan diri kepada
Musa dalam Keluaran 3:14. “Akulah Roti Hidup” (Yoh. 6:35), “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12; 9:5),“Akulah Pintu” (Yoh. 10:9), “Akulah Gembala yang Baik” (Yoh. 10:11), “Akulah Kebangkitan dan Hidup” (Yoh. 11:25), “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Yoh. 14:6 ), “Akulah Pokok Anggur yang Benar” (Yoh.15:1).
Mengomentari hal tersebut,
Stott menjelaskan bahwa hal yang pantas dicatat adalah Kristus berbicara
tentang kerajaan Allah, namun secara mengejutkan Ia memusatkan ajaran-Nya pada
diri-Nya.[5] Suatu sikap egosentris (dalam
pemahaman yang absolut sebagai Allah) yang bahkan para pendiri agama manapun
tidak akan berani mengklaim demikian.
Hal ini hanya memungkinkan jika Kristus menyadari dengan sungguh
mengenai siapa diri-Nya, karena jika tidak, Ia tentu telah melakukan dosa besar
dengan menghujat Allah.
Penutup.
Seperti yang telah dijabarkan di atas sesuai
dengan kesaksian Alkitab yang adalah Firman Allah itu sendiri bahwa ke-Ilahian
Yesus Kristus merupakan penyataan Allah secara ekplisit, maka pengajaran
mengenai Kristologi tinggi merupakan suatu kebenaran yang tak terbantahkan.
Kritikan-kritikan sumbang di luar kekristenan memang akan selalu ada, namun
kritikan-kritikan demikian jika dengan seksama diperhatikan, justru membuktikan
ketidak pahaman dan kegagalan para pengkritik tersebut terhadap kesaksian
Alkitab.
Sebagai penutup,
argumentasi Geisler ini dapat menjadi argumentasi rasional logis yang tak dapat
dibantah. Geisler mengatakan bahwa, mau-tidak-mau, semua orang harus mengakui
ke-Tuhanan-Nya, karena jika hanya memandang Dia sebagai Guru moral dan seorang
Nabi, maka harus dikatakan juga bahwa seorang Guru moral dan Nabi yang benar
tidak akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan seperti yang dilakukan Yesus
Kristus! Fakta ini menjadikan para pengkritik tidak dapat berkutik karena tidak
menyediakan pilihan lain (Guru moral atau Nabi) kepada Pribadi Kristus, selain
mengakuin-nya sebagai Tuhan. Soli Deo Gloria!
[3]Harus
diperhatikan bahwa realitas agama manusia adalah bersifat antroposentris.
Manusia yang membangun dan menjalankan suatu sistem, dengan demikian maka tidak
mungkin manusia dapat sampai kepada Allah melalui konsep-konsep yang dibangun, kecuali jika
Allah sendiri yang menyatakan jalannya kepada manusia, dan hal tersebut hanya
dijumpai dalam kekristenan
melalui pribadi Tuhan Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar