Minggu, 25 Februari 2018

RENUNGAN : ALLAH PALSU


Nas : Keluaran 32:1 (TB) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir — kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."

_______

            Feuerbach, seorang filsuf ateis asal Jerman dalam salah satu esaynya tentang agama, menulis bahwa "Allah tidak pernah menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan allah". Secara hakiki, kita tentu saja menolak hal ini, namun secara fenomenal, pernyataan Feuerbach ini memang benar. Benar karena memang ternyata banyak allah-allah palsu dalam hidup manusia yang mereka ciptakan dengan bebagai macam alasan dan latar belakang kebudayaan. Tak terkecuali Umat Israel dalam bacaan di atas.

           Pasca eksodus, iman yang baru tumbuh tersebut harus gugur karena beberapa hal. Pertama, iman mereka disandarkan pada Musa dan bukan pada Tuhan. Itu sebabnya setelah beberapa lama Musa tidak kembali maka mereka kecewa. Kedua, iman yang terdistorsi. Lembu Emas merupakan salah satu bentuk dewa Mesir yang mana sebelum peristiwa keluaran, Bangsa Israel telah lama berinteraksi dengan allah palsu tersebut sehingga mengakibatkan sinkritisme. Ketiga, Kekhawatiran dan ketakutan. Kekhawatiran dan ketakutan mendorong mereka untuk mencari perlindungan pada allah lain. Tiga faktor tersebut mendorong mereka untuk menciptakan allah palsu, lembu emas. Suatu allah yang justru tidak berdaya.

          Demikian halnya dengan gambaran umum umat manusia, tak terkcuali umat Tuhan. Iman kita sering kali digantungkan pada manusia dan bukan pada Tuhan, pada harta kekayaan dan bukan kuasa Allah. Iman kita cepat berpaling dari Allah kepada dukun, kepada sesembahan palsu ketika keadaan tidak seperti yang diharapkan. Rajin ke Gereja namun juga ke peramal, orang pintar dan lainnya. Iman kita cepat gugur ketika badai hidup melanda. Kita sering tidak menyadari bahwa melangkah ke luar dari Allah yang sejati, justru akan membawa kita pada pengharapan dalam kepalsuan dari allah-allah palsu. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus juga memberikan peringatan akan pentingnya pengenalan kepada Allah yang benar,  "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi — dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian — namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup." (1 Kor. 8:5-6). Saudara, kesesatan tidak dimulai dalam tindakan praktis, namun dalam penghayatan iman pada pribadi allah yang keliru (allah palsu). Pengenalan akan Allah yang sejati akan mempengaruhi kondisi iman dan pengharapan kita, maka kenalilah Allah Saudara dengan benar, tekunlah mencari-Nya, dan bersandarlah selalu kepada-Nya.

Kiranya Tuhan memberkati dan memimpin kita kepada pengenalan akan Allah yang sejati. Amin!

Salam,
yb.

Kamis, 22 Februari 2018

MATERI PA - 2 : LAHIR BARU (Regenerasi - Pertobatan - Baptisan Air)


Materi PA Baptisan Air (Bag. II).

Oleh: Yosep Belay.


II. KELAHIRAN BARU.
(Regenerasi - Pertobatan - Baptisan Air)

.           Tujuan : Pada pelajaran kali ini tujuan yang hendak dicapai adalah Peserta PA diharapkan dapat memahami dan mengamalkan pengajaran iman Kristen tentang kelahiran kembali, regenerasi, pertobatan, dan baptisan Air yang sesuai dengan kesaksian Firman Tuhan.

          Kondisi dan status keberdosaan manusia tidak memungkinkan ia untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, maka satu-satunya jalan yang dikehendaki Tuhan sesuai dengan firman-Nya adalah dengan cara dilahir-barukan.

1. Apa yang dimaksud dengan “Lahir Baru”?  
                            
          Jawab. Lahir baru/kelahiran kembali adalah suatu kondisi dimana orang percaya mengalami transformasi kehidupan (diubahkan dari kehidupan lama dalam dosa menjadi kehidupan baru dalam kebenaran) yang dikerjakan oleh Allah Tritunggal.   

2. Mengapa kita perlu dilahirkan kembali?

Jawab. Terdapat dua alasan mengapa kita perlu dilahirkan   kembali;

a.    Karena tanpa kelahiran baru manusia tidak dapat melihat dan masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:3, 5).
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Tuhan Yesus mengemukakan suatu kalimat penting bahwa “jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Dilahirkan kembali yang dimaksud Tuhan Yesus bukanlah kelahiran dalam pengertian jasmani seperti yang dipahami Nikodemus, namun kelahiran kembali secara rohani. Manusia yang telah mati rohaninya (terpisah dari Allah) karena dampak dosa, tentu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, maka ia perlu dihidupkan/dilahir-barukan terlebih dulu.

b.   Karena status kita sebagai manusia berdosa (Yoh. 3:6).
Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas bahwa perihal “Status” manusia yang adalah “mati” di hadapan Allah karena akibat dosa, tidak dapat diubah kecuali ia dihidupkan kembali oleh anugerah Allah. Hanya melalui anugerah tersebut, maka status kita menjadi berubah menjadi “ciptaan baru” (2 Kor. 5:17).

Kemudian pada ayat selanjutnya dalam Yohanes 3:6, Tuhan Yesus melanjutkan penjelasan-Nya dengan mengatakan bahwa “apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”. Kata “daging” dalam kalimat ini merujuk pada kondisi manusia yang belum lahir baru. Suatu kondisi dimana manusia yang belum lahir baru tersebut akan selalu memiliki orientasi kehidupan yang mengacu pada perbuatan-perbuatan kedagingan dan keduniawian, sesat, dan hidup dalam dosa (lihat juga, Ef. 2:1-3). 

3. Bagaimana kita mengalamai kelahiran baru?

          Jawab. Kita mengalami kelahiran baru melalui dua cara yaitu dengan     Baptisan air dan karya Roh Kudus (Yoh. 3:5). 

“Kelahiran kembali/baru” merupakan syarat mutlak bagi semua orang jika ingin melihat/masuk ke dalam kerajaan Allah. Dengan kata lain, tanpa kelahiran baru, kita tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah (Baca, Yoh. 3:1-10). Kelahiran kembali/baru meliputi tiga tahapan, yaitu, Regenerasi (Pra pertobatan), Pertobatan, dan Baptisan.

          Regenerasi (Pra Pertobatan). Bagaikan tunas baru yang tumbuh setelah musim gugur, demikian gambaran proses regenerasi yang dilakukan oleh Allah Roh Kudus. “Regenerasi” merupakan suatu istilah yang menerangkan peran aktif Roh Kudus dalam mempertobatkan, dan memimpin  orang-orang pilihan untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi (Yoh. 3:8 ; 15:26; 16:8).

4. Bagaimana proses regenerasi terjadi?

          Jawab. Regenerasi terjadi diluar sepengetahuan kita karena seturut         dengan kehendak, waktu, serta pilihan kasih Allah sejak kekekalan (Rm. 8:29; Ef. 2:4-9). regenerasi  bahkan dikerjakan oleh Allah jauh sebelum orang-orang pilihan menyadarinya (Yoh. 3:8—kata “angin” dalam ayat ini bahasa Yun. adalah “Pneuma” yang juga dapat  diartikan/sama dengan karya Roh Kudus yang bekerja tanpa terduga  dan tak dapat dideteksi dari mana dan ke mana arah tujuannya). 

          Dalam proses ini, Allah bekerja melalui dua sarana dari dalam dan dari luar, untuk memanggil manusia berdosa kepada keselamatan. Sarana pertama dari dalam yaitu hati nurani. Hal ini merupakan peran aktif Roh Kudus yang  bekerja dalam hati nurani orang berdosa, menginsafkannya akan dosa, mengaruniakan iman, dan kemudian memimpinnya berjumpa dengan Kristus. Dan sarana dari  luar adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan (berita Injil) yang diberitakan menjadi semacam “suara alarm” yang membangunkan dan memanggil mereka (orang-orang percaya) dari kehidupan lama menuju kehidupan di dalam Kristus. Itu sebabnya meskipun banyak orang yang mendengar pemberitaan Injil, namun hanya sedikit orang yang mampu merespon dan percaya. Orang-orang    tersebut adalah orang-orang pilihan yang memperoleh dan regenerasi  oleh Allah.

5. Apakah proses regenerasi juga melahirkan iman?

          Jawab. Ya! Perlu diperhatikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Kristus kalau bukan karena anugerah Allah  (Yoh. 6;44). Tidak ada yang dapat mengakui Yesus sebagai Mesias, sang Juruselamat jika bukan karena anugerah Allah (Mat. 16:17). Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan jika bukan karena penyataan Roh Kudus, yang juga didasari atas anugerah Allah (1Kor. 12:3). Maka dalam peristiwa    regenerasi ini, Allah bukan hanya menyelamatkan orang-orang pilihan, namun juga mengaruniakan iman kepada mereka sehingga mereka mampu merespon panggilan anugerah Allah.

          Pada peristiwa ini, sekali lagi kita menyaksikan demonstrasi kasih Allah Tritunggal dalam menyelenggarakan karya penyelamatan bagi umat pilihan-Nya tanpa andil manusia di dalamnya. Sehingga semuanya hanya karena anugerah Allah semata. 
  
Pertobatan. Proses regenerasi yang dikerjakan oleh Roh Kudus, pada akhirnya melahirkan pertobatan yang sejati dalam kehidupan orang-orang pilihan. 

6. Apa yang dimaksud dengan Pertobatan?

Jawab. Pertobatan (Metanoia—Yun) adalah Perubahan radikal dalam pikiran dan tindakan dari kecenderungan perbuatan dosa kepada kebenaran. Perubahan   demikian merupakan karya Roh Kudus yang terus mengingatkan dan mendorong orang percaya untuk menyesali dosanya dan kemudian berubah—Rm. 12:2; Tit.3:5. 

Pertobatan dalam kehidupan orang percaya terjadi dua kali. Pertama,  pada saat pra baptisan (momentum awal), dan kedua pasca baptisan  (pertobatan yang terus menerus, suatu perjuangan untuk hidup kudus di hadapan Allah hingga di akhir kehidupan).

Kesadaran akan dosa dan pertobatan, merupakan peran aktif Allah yang supranatural bagi manusia berdosa, sehingga dengan kesadaran, mereka menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat melalui baptisan air. Sebaliknya, tanpa kesadaran akan dosa serta keputusan pertobatan yang serius, baptisan hanya akan menjadi ritual agamawi yang tidak bermakna. Hal ini sekaligus menjadi sebuah peringatan bahwa pertobatan yang dialami seseorang tersebut bukanlah pertobatan yang sejati.

          Baptisan Air. Baptisan air merupakan prosesi gerejawi yang dijalankan atas dasar keputusan akhir dari seseorang yang lahir baru. Jika regenerasi dan pertobatan terjadi dalam diri orang yang bertobat, maka baptisan terjadi di luar dirinya sebagai ungkpan komitmen iman dapn pertobatan yang tak terlihat tersebut.

7. Apa yang dimaksud dengan "Baptisan"?

             Jawab. Kata Baptis berasal dari kata Yunani "Baptizo" atau "Bapto", yang berarti mencelupkan atau membenamkan sesuatu ke dalam air kemudian mengeluarkannya. Hal ini seringkali dipraktekkan oleh para Imam di Bait Allah dalam ritual penyucian benda-benda yang dikuduskan. Dalam Perjanjian Baru, baptisan dipraktekkan sebagai upacara pembersihan diri dari dosa. Dalam pengajaran gereja lokal (Penulis - GPI Immanuel) Baptisan dipraktekkan dengan cara selam.

8. Apa makna dari baptisan air?

          Jawab. Makna dari baptisan air dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam  surat Roma 6:3-8, yang menerangkan bahwa baptisan air berarti   “Kita memberi diri untuk bersatu dengan Kristus dalam kematian-Nya, kebangkitan-Nya, serta kehidupan baru didalam-Nya”. Dengan demikian terdapat tiga pesan penting mengenai makna baptisan air,

a.    Bersatu dalam kematian-Nya (Ay.6-7). Manusia lama kita yang berdosa dengan segala kutuk dan kejahatan kita, sudah disalibkan bersama-sama dalam kematian Kristus.
b.   Bersatu dalam kebangkitan-Nya (Ay.8; Yoh. 6:40). Kita dibangkitkan dalam kehidupan yang baru dengan status yang baru sebagai “Anak-anak Allah” yang telah didamaikan dengan Bapa, serta menjadi ahli waris dalam kerajaan Sorga. Relasi yang terputus oleh dosa Adam dan dosa kita, kini telah didamaikan oleh salib Kristus, sehingga kita tidak lagi berada di bawah kuasa maut dan kutuk.
c.    Bersatu dalam kehidupan baru bersama-Nya (Gal. 2:20; Fil.1:21-22a). Memulai hidup baru yang bertanggung-jawab dalam iman dan pengharapan, tekun melayani, bertumbuh dalam pengenalan yang benar, serta berbuah bagi kemuliaan Tuhan.  

9. Mengapa kita perlu dibaptis? 

          Jawab. Terdapat tiga alasan mengapa kita perlu dibaptis:
1.   Sebagai pemenuhan sakramen gerejawi yang didasari atas perintah Tuhan Yesus (Mat. 28:19).
2.   Sebagai upacara/tradisi gereja pengganti sunat (Fil. 3:3) dan sebagai simbol pembersihan diri dari dosa-dosa (Mrk. 1:4).
Perlu diperhatikan bahwa upacara baptisan air dalam konteks pembersihan dosa yang dimaksud, hanya dibatasi dalam pengertian simbolis (gambaran). Artinya pembaptisan air ini tetap merujuk pada karya Kristus yang adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, bukan dalam pengertian bahwa “baptisan air menghapus dosa manusia”, sehingga seolah-olah baptisan menjadi ritual penghapusan dosa yang terpisah dari karya Kristus. Baptisan tidak menghapus dosa manusia jika manusia tersebut tidak beriman dan percaya pada Pribadi dan karya Kristus.
3.   Sebagai simbol komitmen pribadi di hadapan Tuhan dan Jemaat, serta persekutuan dalam tubuh Kristus yaitu jemaat gereja lokal (Ef. 2:19).
4. Sebagai komitmen dan tanda bahwa seseorang telah menjadi Murid Kristus (Mat. 28:19).

          Baptisan merupakan syarat mutlak serta bentuk komitmen pribadi kita di hadapan Allah dan Jemaat, ketika kita memberi diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Jurusemat. Baptisan juga merupakan suatu momentum permulaan kehidupan baru, dimana kita memulai suatu kehidupan yang berkomitmen dalam kebenaran serta persekutuan dengan Tuhan, sampai Ia datang menjemput kita.
                
 
Diskusikan:

1.   Apa yang dimaksud dengan “kelahiran kembali/lahir baru”?
2.   Siapakah yang mengerjakan kelahiran baru dalam pribadi orang percaya?
3.   Apakah yang dimaksud dengan “Metanoia”?
4.   Sebutkan beberapa contoh dari ciri-ciri pertobatan yang sejati?
5.   Sebutkan alasan mengapa Saudara perlu dibaptis?

Selasa, 20 Februari 2018

APOLOGETIKA : PEMBELAAN TERHADAP KE-TUHAN-AN YESUS KRISTUS


APOLOGETIKA : Pembelaan Terhadap Ke-Tuhan-an Yesus Kristus[1]

Oleh: Yosep Belay.




Pendahuluan.

          Pokok pengajaran Kristologi Tinggi mengenai klaim ke-Tuhanan Kristus, merupakan prinsip utama kekristenan yang sangat penting, mengingat jatuh bangunnya pondasi iman Kristen bergantung sepenuhnya pada Pribadi Kristus.  Stott mengatakan bahwa satu-satunya agama di dunia ini yang berpusat pada seorang Pribadi, adalah kekristenan. Andai kata keyakikan akan ke-Tuhanan-Nya ditolak, maka kekristenan sudah pasti akan lenyap.[2] Berikut penulis menjabarkan beberapa bukti Alkitab yang mengkonfirmasikan natur ke-Tuhan-an Kristus baik secara eksplisit maupun implisit melalui ucapan dan tindakan-Nya, yang mana sekaligus merupakan pondasi dasar iman Kristen mengenai Kristologi tinggi.

Otoritas Pernyataan Kristus Yang Sama Dengan Allah.

          Pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus memiliki keunikan dan berbeda dengan para nabi dalam Perjanjian Lama. Mereka yang hanya menganggap Ia sebagai seorang nabi, akan sangat tercengang ketika berhadapan dengan klaim-klaim yang Ia ucapkan. Berikut beberapa pernyataan yang patut dipertimbangkan: Yesus berdoa agar Bapa mempermuliakan diri-Nya dengan kemuliaan milik-Nya (Yoh.17:5), akan tetapi PL hanya mengakui ada satu Tuhan (Ul.6:4; Yes.45:5), dan Tuhan tidak akan membagikan kemuliaan-Nya kepada siapapun (Yes.42:8). Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai “Yang awal dan yang akhir” (Why.1:7), suatu pernyataan yang sama dengan Tuhan dalam PL dalam memperkenalkan diri-Nya (Yes.44:6). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang baik” (Yoh.10) yang juga merujuk pada pekerjaan yang sama ketika Tuhan membimbing umat Israel dalam PL (Mzm. 23:1; Yeh.34:12). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai hakim segala bangsa (Mat. 25:31; Yoh. 5:27) yang sejajar dengan PL, dimana Tuhan akan menghakimi segala bangsa (Yl. 3:12).Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia (Yoh.8:12), yang sejajar dengan perkataan Tuhan dalam Yesaya 60:19, dan juga pengakuan Daud bahwa “TUHAN adalah terangku” (Mzm.27:1). Yesus mengklaim diri-Nya sebagai sumber dan otoritas pemberi hidup  seperti Bapa (Yoh.1:4; 5:21). Tetapi PL jelas mengatakan bahwa hanya Allah saja yang menghidupkan orang mati (Yes. 16:19;  Dan. 12:2;  Ayb. 19:25). Di sini Yesus tidak sedang berbicara mengenai karunia kesembuhan seperti para Nabi dan Rasul, tetapi kuasa dan otoritas. Karunia adalah pemberian, tetapi kuasa dan otoritas adalah milik Allah. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan yang benar (Yoh.14:6). Hal ini hanya dimungkinkan jika Yesus adalah Allah yang menyatakan kepada manusia.[3] Yesus mengklaim diri-Nya “Bukan berasal dari dunia” tetapi semua manusia dari dunia (Yoh.8: 23), Ia telah ada sebelum Abraham jadi (Yoh.8:58).

Perumpamaan Yang Merujuk Pada Klaim ke-Ilahian-Nya.

          Selain itu, terdapat  beberapa hal menarik yang perlu diteliti berkaitan dengan beberapa perumpamaan dalam pengajaran yang Yesus lakukan. Jika diperhatikan maka akan dijumpai bahwa Ia bukan hanya menyampaikan suatu pesan dan pengajaran kepada para pendengar-Nya, namun Ia juga menyampaikan pesan implisit mengenai klaim ke-Tuhanan-Nya. Dalam Injil dalam Lukas 15: 32 misalnya. Pada pasal ini, Tuhan Yesus memberikan tiga perumpamaan yaitu “Domba yang hilang”, “Dirham yang hilang” dan “Anak yang hilang”.  Pesan implisit dari ketiga perumpamaan ini adalah Ia menempatkan diri-Nya sebagai seorang Gembala, seorang pemilik Dirham, dan seorang Ayah, yang mencari milki-Nya yaitu, Anak, domba, dan Dirham. Ia tidak menempatkan diri dalam posisi sebagai “domba” tetapi sebagai “Gembala”  seperti halnya Allah dalam PL (Luk.19:10; Yoh.10:11; Yeh. 34:11; Mzm. 103:8-13).Beberapa kesempatan, Yesus mengumpamakan dan menempatkan diri-Nya sebagai “Mempelai Pria” seperti dalam Injil Markus 2:19; Matius 9:15; 25:1; Lukas 5:34, dan juga pada perumpamaan tentang “Gadis bijaksana dan bodoh” (Mat.25:1-13). Hal ini sejalan dengan kesaksian PL ketika Allah mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “Mempelai Pria” Israel (Yes. 62:5; Hos. 2;16).

Mengutip Philip Payne, Geisler menjelaskan bahwa dari lima puluh dua narasi berbentuk perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, dua puluh diantaranya menggambarkan secara implisit mengenai kesejajaran-kesejajaran pribadi Yesus dengan Allah dalam PL.[4] Pernyataan-pernyataan demikian tidak akan keluar dari mulut seorang Guru, bahakan seorang Nabi sekalipun. Semua Tokoh agamawan dan para pendiri agama akan selalu mengajar dan merujuk pada suatu jalan yang benar, tetapi mereka tidak pernah mengkalim dirinya benar dan bebas dosa, kecuali Yesus (Yoh. 8:46; 14:6).

Beberapa Bukti Lainnya.

          Bukan hanya melalui pernyataan lisan, namun juga dari sikap ekplisitnya mengenai penyembahan. Di beberapa kesempatan, Yesus  menerima penyembahan yang sejajar dengan Allah. Dalam konteks Perjanjian Lama, terutama dalam Hukum Taurat, penyembahan hanya boleh dilakukan kepada Allah Israel, diluar itu marupakan suatu pelanggaran berat (Kel. 20:1-5; Ul. 5:7-9). Namun dalam Perjanjian Baru, para murid yang memiliki latar belakang penganut monoteis fanatik, mereka juga menyembah kepada Yesus, layaknya kepada Allah. Penyembahan yang mereka lakukan tentu bukan hanya suatu sikap tanpa makna, akan tetapi tindakan tersebut menyatakan sikap hati, keyakinan, dan pengharapan mereka kepada Yesus. Hal tersebut dikonfirmasi melalui peristiwa-peristiwa ajaib yang Ia lakukan. Didalam PB,tercatat paling sedikit sepuluh kali Tuhan Yesus disembahan: Seorang sakit kusta menyembah Dia (Mat. 8:2), Sebelum anaknya dibangkitkan Yesus, seorang kepala rumah ibadat menyembah Dia (Mat. 9:18), Setelah badai diredakan, Murid-murid yang berada di dalam perahu menyembah Dia (Mat. 14:33), Sebelum anaknya yang kerasukan setan disembuhkan, seorang perempuan Kanaan menyembah Dia (Mat. 15:25), Sebelum seorang kerasukan setan disembuhkan, ia menyembah Yesus (Mrk. 5:6), Seorang buta yang telah disembuhkan menyembah Yesus (Yoh. 9:38), Anak-anak Zebedeus dan ibu mereka menyembah Yesus (Mat. 20:20), Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid menyembah Dia (Mat. 28:9), Sebelum memberikan perintah untuk mengabarkan Injil, murid-murid menyembah Dia (Mat. 28:17), dan yang terakhir adalah ketika Tomas Menyembah Dia (Yoh.20:28). 

Dalam meresponi hal tersebut, Yesus tidak pernah menolak penyembahan yang ditujukan kepada-Nya. Sebaliknya, para Rasul (KPR. 14:14-15) dan Malaekat (Why. 19:10) menolak untuk menerima penyembahan dari manusia. Maka pertanyaan penting untuk diajukan adalah siapakah Yesus sehingga Ia layak menerima Pujian(Why.7:10, 15:3) dan Penyembahan?, tentu saja Ia adalah Allah (Yoh.1:1).

Tindakan-Nya Yang Hanya Dapat Dilakukan Oleh Allah.

Selain pernyataan, respon penyembahan, dan perumpamaan-perumpamaan Yesus yang menyatakan ke-Ilahian-Nya, Alkitab juga mencatat beberapa tindakan Yesus yang hanya mampu dilakukan oleh Allah. Ia mengampuni dosa (Mrk. 2:5-11). Tindakan ini menimbulkan respon dari para ahli Taurat dengan pertanyaan yang mengherankan, “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi perhatikan bahwa Ia tidak pernah memohon pengampunan dosa bagi diri-Nya, hal itu hanya dimungkinkan jika Ia memang Allah. Kemudian  para Rasul bersaksi dan menulis bahwa Ia tidak berdosa (1Ptr. 1:19; 1Ptr. 2:22; 1Yoh.3:5;  2Kor. 5:21; Ibr.4:15). Ia memiliki kuasa (Omnipotent) bukan hanya dibumi tetapi juga di sorga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa disorga dan di bumi” (Mat. 28:18-19), Ia berkuasa atas alam semesta (Luk.8:24-25). Ia berkuasa atas  roh-roh jahat (Luk.8:26-39; Mat.8:28-34; Mrk.5:1-20).  Ia berkuasa atas bebagai penyakit dan kematian (Mat.4:24; Mat. 11:15; 15:30, dst).  Ia maha tahu (Omniscience). Yesus tahu mengenai pikiran Orang (Mat.12:25; 22:18; 26:10; Mrk. 2:8, dst), Ia mengetahui kehidupan wanita samaria (Yoh.4:16-19), Ia mengetahui pribadi Natanael (Yoh.1:47-50), Ia mengetahui bahwa Yudas akan menghianati-Nya (Yoh.6:64).Ia maha hadir (omnipresent). Ia hadir disegala tempat ketika orang percaya berkumpul (Mat.18:20), Ia hadir didalam hati orang percaya (Yoh. 14:20; 2Kor. 13:5), Ia telah berada di sorga, namun Ia juga menyertai semua orang percaya hingga akhir  zaman (Mat.28:20). Ia transenden sekaligus imanen.Ia kekal (Why.1:8), dan  Ia ada dengan sendiri-Nya (Yoh. 8:58).Ia tidak berubah (Ibr.13:8). Perkataan-Nya kekal (Mrk.13:31).Ia meminta Orang percaya (bahkan para Rasul yang memiliki latar belakang Yahudi—monoteis, dan beberapa diantaranya adalah saudara Tuhan!) agar berdoa dalam nama-Nya: “dan apapun juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya ... Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh. 14:13-14); Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal didalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7).

Pertimbangan lainnya adalah Ia memusatkan inti dari pengajaran-Nya pada diri-Nya sendiri. Sedikitnya tujuh kali Ia berkata “Akulah!” (Ego Eimi) yang setara dengan Allah ketika memperkelalkan diri kepada Musa dalam Keluaran 3:14. “Akulah Roti Hidup” (Yoh. 6:35), “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12; 9:5),“Akulah Pintu” (Yoh. 10:9), “Akulah Gembala yang Baik” (Yoh. 10:11), “Akulah Kebangkitan dan Hidup” (Yoh. 11:25), “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Yoh. 14:6 ), “Akulah Pokok Anggur yang Benar” (Yoh.15:1). Mengomentari hal tersebut, Stott menjelaskan bahwa hal yang pantas dicatat adalah Kristus berbicara tentang kerajaan Allah, namun secara mengejutkan Ia memusatkan ajaran-Nya pada diri-Nya.[5] Suatu sikap egosentris (dalam pemahaman yang absolut sebagai Allah) yang bahkan para pendiri agama manapun tidak akan berani mengklaim demikian.  Hal ini hanya memungkinkan jika Kristus menyadari dengan sungguh mengenai siapa diri-Nya, karena jika tidak, Ia tentu telah melakukan dosa besar dengan menghujat Allah.

Penutup.

Seperti yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan kesaksian Alkitab yang adalah Firman Allah itu sendiri bahwa ke-Ilahian Yesus Kristus merupakan penyataan Allah secara ekplisit, maka pengajaran mengenai Kristologi tinggi merupakan suatu kebenaran yang tak terbantahkan. Kritikan-kritikan sumbang di luar kekristenan memang akan selalu ada, namun kritikan-kritikan demikian jika dengan seksama diperhatikan, justru membuktikan ketidak pahaman dan kegagalan para pengkritik tersebut terhadap kesaksian Alkitab. 

Sebagai penutup, argumentasi Geisler ini dapat menjadi argumentasi rasional logis yang tak dapat dibantah. Geisler mengatakan bahwa, mau-tidak-mau, semua orang harus mengakui ke-Tuhanan-Nya, karena jika hanya memandang Dia sebagai Guru moral dan seorang Nabi, maka harus dikatakan juga bahwa seorang Guru moral dan Nabi yang benar tidak akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan seperti yang dilakukan Yesus Kristus! Fakta ini menjadikan para pengkritik tidak dapat berkutik karena tidak menyediakan pilihan lain (Guru moral atau Nabi) kepada Pribadi Kristus, selain mengakuin-nya sebagai Tuhan. Soli Deo Gloria!



            [1] Tulisan ini diedit seperlunya dari Skripsi Penulis, Yosep Belay, Apologetika Kristen Terhadap Konsep Deifikasi Kristus Menurut Ioanes Rakhmat (Depok: STT SKRIPTURA—skripsi, 2016), 75.
            [2]John RW. Sott Kedaulatan dan Karya Kristus,... 27.
[3]Harus diperhatikan bahwa realitas agama manusia adalah bersifat antroposentris. Manusia yang membangun dan menjalankan suatu sistem, dengan demikian maka tidak mungkin manusia dapat sampai kepada Allah melalui konsep-konsep yang dibangun, kecuali jika Allah sendiri yang menyatakan jalannya kepada manusia, dan hal tersebut hanya dijumpai dalam kekristenan melalui pribadi Tuhan Yesus.
[4]Norman L. Geisler dan Frank Turek, I Don’t Have Enough Faith to Be an Atheist... 386.
            [5] John RW. Stott, Why I am a Christian... 29.