Amsal 26:11 (TB) Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.
משלי 26:11 (WLC) כְּכֶלֶב שָׁב עַל־קֵאֹו כְּסִיל שֹׁונֶה בְאִוַּלְתֹּו׃
______
Kebebalan merupakan istilah yang digambarkan Alkitab untuk menunjukan suatu sikap penolakan terhadap hikmat dan didikan yang benar. Kebebalan juga menyebabkan sensivitas nurani manusia menjadi tumpul dan terbiasa dengan suatu pola hidup/kebiasaan buruk yang sulit diubah.
Penulis Amsal menganalogikan sikap kebebalan demikian dengan kebiasaan buruk anjing yang kembali ke muntahnya. Muntahan merupakan sesuatu yang menjijikan. Betapa lebih menjijikan ketika dimakan kembali oleh anjing. Kebebalan bagaikan rantai yang mengkang orang bebal untuk kembali ke "muntahnya". Meskipun hal-hal tersebut buruk, menjijikan, merugikan, dan bahakan suatu kejahatan namun bagi orang bebal hal itu menarik serta memikat hatinya sehingga matanya tidak dapat berpaling dari "muntahan" yang menjijikan itu. Kebebalan membelenggu hati dan pikirannya sehingga tidak ada nasihat dan didikan yang mampu menembus kupingnya.
Sebagai umat Tuhan kita pun tak luput dari kebebalan. Meskipun hanya dalam tingkatan yang ringan seperti tidak ingin dinasehati mengenai hal-hal sepele yang menyangkut kesehatan, kebersihan, dan disiplin-disiplin rohani lainnya. Namun kebebalan "kecil" yang dibiasakan akan menuntun kita pada kebebalan-kebebalan yang lebih besar dan serius. Yudas Iskariot menjadi binasa bukan ketika ia menerima uang suap dari ahli Taurat, tetapi ketika ia mulai membiasakan diri dengan kebebalan-kebebalan kecil pada saat menggerogoti uang kas. Para candu narkoba memumulai petualangan dengan menolak didikan dan mengijinkan kebebalan-kebebalan kecil hingga pada titik kritis mereka tidak lagi dapat keluar dari jerat. Inilah intinya. Maka membuka hati untuk menerima didikan dan teguran adalah cara terbaik untuk menjauhkan kita dari kebebalan. Teguran yang nyata adalah bentuk kasih yang sesungguhnya (Ams. 27:5), oleh sebab itu janganlah menghindar dari teguran dan didikan karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr. 12:6). Kiranya Roh Kudus membuka hati kita dan memampukan kita untuk menerima didikan dan hajaran Tuhan untuk memurnikan kita dari kebebalan. Amin! (yb)._
משלי 26:11 (WLC) כְּכֶלֶב שָׁב עַל־קֵאֹו כְּסִיל שֹׁונֶה בְאִוַּלְתֹּו׃
______
Kebebalan merupakan istilah yang digambarkan Alkitab untuk menunjukan suatu sikap penolakan terhadap hikmat dan didikan yang benar. Kebebalan juga menyebabkan sensivitas nurani manusia menjadi tumpul dan terbiasa dengan suatu pola hidup/kebiasaan buruk yang sulit diubah.
Penulis Amsal menganalogikan sikap kebebalan demikian dengan kebiasaan buruk anjing yang kembali ke muntahnya. Muntahan merupakan sesuatu yang menjijikan. Betapa lebih menjijikan ketika dimakan kembali oleh anjing. Kebebalan bagaikan rantai yang mengkang orang bebal untuk kembali ke "muntahnya". Meskipun hal-hal tersebut buruk, menjijikan, merugikan, dan bahakan suatu kejahatan namun bagi orang bebal hal itu menarik serta memikat hatinya sehingga matanya tidak dapat berpaling dari "muntahan" yang menjijikan itu. Kebebalan membelenggu hati dan pikirannya sehingga tidak ada nasihat dan didikan yang mampu menembus kupingnya.
Sebagai umat Tuhan kita pun tak luput dari kebebalan. Meskipun hanya dalam tingkatan yang ringan seperti tidak ingin dinasehati mengenai hal-hal sepele yang menyangkut kesehatan, kebersihan, dan disiplin-disiplin rohani lainnya. Namun kebebalan "kecil" yang dibiasakan akan menuntun kita pada kebebalan-kebebalan yang lebih besar dan serius. Yudas Iskariot menjadi binasa bukan ketika ia menerima uang suap dari ahli Taurat, tetapi ketika ia mulai membiasakan diri dengan kebebalan-kebebalan kecil pada saat menggerogoti uang kas. Para candu narkoba memumulai petualangan dengan menolak didikan dan mengijinkan kebebalan-kebebalan kecil hingga pada titik kritis mereka tidak lagi dapat keluar dari jerat. Inilah intinya. Maka membuka hati untuk menerima didikan dan teguran adalah cara terbaik untuk menjauhkan kita dari kebebalan. Teguran yang nyata adalah bentuk kasih yang sesungguhnya (Ams. 27:5), oleh sebab itu janganlah menghindar dari teguran dan didikan karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr. 12:6). Kiranya Roh Kudus membuka hati kita dan memampukan kita untuk menerima didikan dan hajaran Tuhan untuk memurnikan kita dari kebebalan. Amin! (yb)._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar