PRA NATAL : KEAGUNGAN KRISTUS SANG FIRMAN.
Ἐν ἀρχῇ ἦν
ὁ Λόγος, καὶ
ὁ Λόγος ἦν πρὸς τὸν Θεόν, καὶ
Θεὸς ἦν
ὁ Λόγος . ... Καὶ ὁ
Λόγος σὰρξ ἐγένετο
καὶ ἐσκήνωσεν
ἐν
ἡμῖν, (Ἰωάννης
1:1, 14).
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ...Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” (Yoh. 1:1, 14)
_________
Isu kristologi sudah menjadi salah
satu trending topik dalam diskusi teologis semenjak kehadiran dan pelayanan
Kristus di dunia. Tidak ada tokoh di dunia ini yang paling terkenal,
kontroversial, mengubah hidup jutaan manusia, serta diperdebatkan lebih dari
dua millenium selain Yesus Kristus. Ia membuat ahli Taurat dan orang Farisi
bertanya, “Siapakah Dia ini?” (Luk.
7:49), para Murid-Nya pun bertanya, “Siapakah
gerangan Orang ini?” (Mrk. 4:41), Masyarakat umum juga ada yang menyebutnya
sebagai, “Yohanes Pembaptis, ada juga
yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang
dari para nabi." (Mat. 16:14), namun lucunya Iblis tahu Siapa Dia, dan
bahkan sujud menyembah di hadapan Yesus, “Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu
menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku,
hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
(Mrk. 5:6-7). Lantas Siapakah Dia menurut Anda?
Di jaman modern saat ini pun Pribadi Kristus
masih saja diperdebatkan. Ada yang menganggap Ia sebagai tokoh moral, sang
revolusioner dari Yudaisme, ada yang menganggap Ia Nabi, dll. Berbeda dengan
anggapan orang luar mengenai Dia, CS Lewis bahkan membuat tiga pilihan radikal.
Lewis mengatakan, jika Kristus bukan Tuhan, maka pasti Ia hanyalah orang gila
yang tidak pantas dipercayai. Tidak ada tempat bagi keyakianan bahwa “Ia adalah
seorang Nabi atau Moralis” karena seorang Nabi dan Moralis tidak akan
mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang hanya patut Allah nyatakan (mengampuni
dosa, menerima peyembahan, memliki eksistensi kekal), seperti yang dikatakan
oleh Kristus. Seorang Nabi dan Moralis yang benar tidak akan mengungkapkan
suatu kebohongan karena bertentangan dengan nurani dan panggilan mereka. Klaim ini
yang membuat Lewis mampu meletakan pondasi apologetik yang kokoh bagi konsep
kristologi modern.
Meski demikian, kontroversi itu akan
tetap terus ada sampai Ia datang ke dua kalinya. Dalam konflik kristologi
demikian sebagai umat Tuhan kita dituntut untuk mempertanggung-jawabkan apa
yang kita yakini terutama mengenai Pribadi dan karya Kristus. Rasul Yohanes
memulai Injilnya dengan satu pernyataan Kristologi yang sempurna, “Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.” Tulisan Rasul Yohanes dilatar belakangi oleh konflik kristologi
yang serius, maka Injilnya memberikan jawaban untuk melengkapi ketiga Injil
lain bagi umat Tuhan pada saat itu dari perspektif “Kristologi tinggi”. Seperti
halnya kita yang hidup di zaman yang skeptis serta sebagai persiapan masa pra
Natal Kristus, ayat pertama dari Injil Yohanes menyatakan kebenaran kristologis
yang menganggumkan.
Kebenaran mengenai keagungan
Kristus pra inkarnasi, kasih-Nya kepada Saudara dan saya, dan kebenaran bahwa
betapa keberdosaan kita sebagai manusia telah berdampak pada kematian kekal
yang kemudian “memaksa” Kristus untuk datang ke dalam dunia bagi keselamatan
kita. Kebenaran-kebenaran ini merupakan penyataan wahyu Allah yang sangat agung.
Beragam agama-agama yang berkembang dalam kebudayaan manusia memiliki banyak
kosep mengenai Allah yang penuh kasih dan pengampunan, namun satu hal terpenting
yang kita perlu tahu bahwa hanya di dalam kekristenan lah Allah yang penuh
kasih itu menyatakan kasih-Nya dengan bersedia berkorban bagi ciptaan-Nya yang
bejat. Itulah Kristus, Sang Firman, Tuhan dan Juruselamat kita. Tidak ada
konsep Allah yang penuh kasih dan rela berkorban sedemikian rupa dalam agama
mana pun selain di dalam kekristenan.
Kebenaran ini juga secara
tegas mengingatkan kita bahwa momentum Natal tidak hanya berfokus pada berita
sukacita akan kedatangan Sang Penebus, namun juga berita dukacita mengenai kesadaran dan konsekuensi dosa kita yang dipaku pada
salib Kristus, sekaligus momentum refleksi pertobatan bagi kita. Natal secara
paradoksal menyatakan kasih sekaligus penghukuman Allah yang digenapi melalui
Kristus Yesus, Tuhan kita. Jika Saudara merasa bahwa kehidupan Saudara telah
sempurna tanpa dosa dan pelanggaran, maka berita sukacita Natal ini tentu
bukanlah untuk Anda, namun sebaliknya, jika kehidupan Saudara penuh dosa dan
pelanggaran maka datanglah kepada-Nya karena, “Aku (Yesus Kristus) datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan
orang berdosa." (Mrk. 2:17). Selamat memasuki masa pra natal Kristus.
(yb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar