“Siapa
yang menciptakan Allah?”
Pernah mendengar pertanyaan mengenai “Siapakah yang menciptakan Allah?”. Pertanyaan
ini merupakan salah satu dari beberapa pertanyaan favorit kalangan ateis untuk
menggugat klaim Teisme. Menurut mereka (ateis), argumentasi hukum sebab-akibat
yang digunakan sebagai dalil penciptaan (Causa prima Aristoletian) saharusnya
digunakan secara konsisten juga bagi Allah. Itu sebabnya mereka kemudian
mempertanyakan tesis kalangan Teisme sebagai berikut, “jika Allah menciptakan
alam semesta, maka siapakah yang menciptakan Allah?”.
Pertanyaan demikian sesungguhnya
merupakan pertanyaan yang keliru secara kategoris, setidaknya karena dua hal. Pertama,
pertanyaan ini tidak akan menemukan ujung pangkalnya. Mempertanyakan bahwa “Siapa
yang menciptakan Allah” sama halnya dengan bertanya “Siapakah yang menciptakan
pencipta?”. Pertanyaan ini menjadi sebuah pertanyaan blunder yang menyesatkan dan
absurd karena tidak memiliki kejelasan titik pangkal serta makna. Jika ada
pencipta yang ternyata juga dicipta, maka tidak ada pencipta yang layak disebut
sebagai pencipta karena semua dicipta. Kata “ciptaan” dan “pencipta” tidak
memiliki makna apapun dalam kalimat demikian.
Kedua, Allah tidak diciptakan. Ia
telah ada dan selalu ada. Satu-satunya eksistensi yang memiliki kemutlakan
eksistensi hanyalah Allah, Ia kekal dan tidak bergantung kepada siapa pun, itu
sebabnya Ia tidak memerlukan pencipta. Hanya hal-hal yang memiliki awal seperti
alam semesta yang memerlukan pencipta, sementara Allah tidak memiliki permulaan
semacam itu maka Ia tidak dicipta dan memerlukan pencipta.
Apabila Allah yang ada adalah Allah
yang tidak memiliki permulaan, maka sangat tidak masuk akal untuk bertanya “Siapakah yang menciptakan Allah?”. Ini
merupakan pertanyaan yang keliru secara logika. Pertanyaan demikian sama halnya
dengan bertanya, “Siapakah yang menciptakan yang Tidak Diciptakan?” atau sama
seperti kita bertanya, “Siapakah istri pria lajang itu?”.[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar