Kamis, 22 November 2018

RENUNGAN : KACA MATA KUDA



Nas     :   Amsal 16:2, Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. (TB)

_________

Pemikiran manusia selalu bertolak dari cara pandang pribadinya mengenai suatu hal, dan dengan cara pandangnya itu ia menentukan mana yang baik bagi langkah hidupnya. Dalam kajian filsafat cara pandang demikian dikenal dengan istilah “wawasan dunia”. Kita masing-masing memiliki semacam wawasan dunia yang membentuk cara berpikir, cara berperilaku, dan cara kita mengambil keputusan. Wawasan dunia yang beragam ini pula yang menyebabkan masing-masing orang memiliki nilai-nilai berbeda dalam hidupnya. Misalnya, ada yang menganggap berbohong itu dosa, namun jika dilakukan dalam situasi dan alasan tertentu maka hal itu dapat dibenarkan. Keterbatasan-keterbatasan wawasan dunia tersebut yang menyebabkan kita masing-masing tanpa sadar seringkali melakukan pembenaran-pembenaran pada tindakan kita. Bahanya jika pembenaran demikian diterapkan pada satu tindakan kejahatan.

          Amsal dalam bacaan di atas menyoroti kecenderungan sesat dari wawasan dunia kita yang menyimpang. Meskipun kita memiliki pertimbangan masing-masing dan memiliki penilaian terhadap suatu hal yang kita lakukan, betapa pun benar hal tersebut, namun perlu diuji kembali dalam terang kebenaran firman Tuhan. Keterbatasan kita menyebabkan setiap keputusan yang dibuat tidak selalu benar di hadapan Tuhan, meskipun hal itu “benar” menurut kita. Hal penting yang perlu kita pahami adalah realitas kebenaran bersifat tunggal, yaitu kebenaran Allah. Apa yang salah/dosa bagi Allah tidak pernah menjadi benar dalam situasi tertentu  dengan alasan apa pun seperti pertimbangan manusia. Tidak ada kebenaran “abu-abu” dalam kebenaran Allah. Itu sebabnya, Amsal memperingatkan kita untuk berhati-hati terhadap setiap keputusan-keputusan yang dibuat, karena apa yang benar menurut kita bisa jadi keliru menurut Tuhan.

           “Kaca mata kuda” kita yang terlihat selalu benar dan membenarkan pemahaman pribadi sering kali sesat karena dikendalikan oleh nafsu dan keinginan. Hal ini juga yang menyebabkan setiap motivasi (bahkan dalam dunia pelayanan) selalu menyimpang dan berorientasi pada kesenangan diri dan egosentirs. Kaca mata kuda ini perlu diganti dengan kaca mata kebenaran firman Tuhan karena “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Kebenaran firman Tuhan bukan hanya merupakan alat uji yang sempurna, namun juga terang yang menerangi kegelapan pikiran, hati, serta motif-motif tersebulung kita. Ini merupakan prinsip hidup, berpikir dan berperilaku seorang kristiani yang berpusat pada Allah. Pertanyaannya sekarang adalah maukah kita mengganti kaca mata kuda itu? Kiranya Roh Kudus mencerahkan akal budi kita. Amin. (yb).__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar