Jumat, 13 April 2018

RINGKASAN KHOTBAH : KUNCI KEBERHASILAN

Nas : Amsal 1:7 , “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. (TB).

Oleh : Yosep Belay

 
Pendahuluan.

 Shalom.. .

          Saudara, berbicara mengenai keberhasilan maka tidak seorang pun yang tidak ingin gagal, semua pasti ingin berhasil. Apakah di antara Saudara, ada yang ingin gagal dalam kuliahnya? Sudah pasti tidak ada bukan? Jika gagal, yang ngamuk duluan pasti orang tua, setelah itu pacar minta putus...
 Untuk mencapai keberhasilan pun banyak cara yang dilakukan, mulai dari cara murid teladan—belajar sungguh-sungguh, sampai cara-cara unik ala murid ‘rock n roll’ seperti mencontek dan berbagi jawaban, cara romantis—merayu pacar agar mengerjakan PR, cara canggih—searching google, cara preman—ngancem, cara rohaniawan dakakan—berdoa mati-matian pada saat ujian, dan cara kalab—mengisi jawaban dengan sembarangan. Ini semua dilakukan demi satu tujuan, mencapai keberhasilan. Karena kebiasaan ‘rock n roll’ ini pula maka jangan heran, banyak pejabat-pejabat di negeri ini yang juga memiliki 1001 cara kreatif, kreatif untuk maling uang rakyat.

Kunci Keberhasilan.

          Lantas bagaimanakah kita sebagai anak-anak Tuhan dapat berhasil? Apakah kita harus mengikuti arus dan cara-cara rock n roll ala dunia? Firman Tuhan dalam ayat ini memberikan dua kunci keberhasilan bagi kita:

1. Hidup dengan Takut akan Tuhan (Prinsip Iman).

           Saudara, Takut akan Tuhan adalah kunci utama dan paling penting bagi mereka yang ingin berhasil. Perhatikan, mengapa di dalam Bangsa kita banyak orang pintar, hebat, dan bergelar namun bangsa kita tidak berhasil? Mengapa orang-orang pintar tersebut setelah menjadi pejabat, sebagian besar di antara mereka harus berakhir dengan status terpidana KPK? Jawabannya adalah karena mereka tidak takut Tuhan! Dalam sebuah wawancara di ILK beberapa waktu lalu, Prof. Salim Said, guru besar Ilmu Poltik UI memberikan satu statment menarik, Ia mengatakan bahwa : ”Mengapa negeri kita tidak maju? Karena di negeri kita ini pejabatnya paling banyak melanggar sumpah jabatan yang mengatas namakan Tuhan. Kalau Tuhan saja tidak ditakuti maka bagaimana kita akan maju?”. Perkataannya itu benar.

           Takut akan Tuhan bukanlah suatu respon seperti kita takut ketika menonton film horor. Dalam terjemahan lain, ayat ini berbunyi demikian: “Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN...” (BIS). Jadi takut akan Tuhan berbicara mengenai sikap hati yang tunduk, taat, serta menghormati-Nya dalam tindakan hidup kita. Sehingga sangking hormat dan kasihnya kita kepada Dia, kita tidak mau menyakiti hati-Nya dengan melanggar firman-Nya. Itulah maksud dari takut akan Tuhan.

             Dulu ketika masih kuliah, pada saat ujian kami sering ditinggalkan oleh Dosen pengawas, sebelum meninggalkan kelas dosen saya berpesan, “Keberhasilan ujian yang sesungguhnya bukan tentang nilay yang diperoleh, namun tentang prinsip iman dimana kalian tetap taat dengan tidak melakukan kecurangan, karena pertanggung-jawabanmu bukan kepada dosen tetapi kepada Tuhan.” Pesan ini membekas begitu dalam pada kehidupan, pelayanan, dan pekerjaan saya, sehingga menghasilkan suatu gaya hidup yang berbeda. Saudara, kalau prinsip ini ada dalam semua orang percaya, maka saya percaya, bangsa ini pasti akan maju. Pak Ahok adalah salah satu contoh kecil, dan juga yang sedang ramai adalah Dokter Terawan. Mereka dalah contoh-contoh dari bagaimana seharusnya seorang anak Tuhan bekerja dalam profesinya dengan sikap hati yang takut akan Tuhan. (Bdk. Kol. 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”). Jika aktivitas kuliah, pekerjaan, dan kehidupan kita dilakukan untuk Tuhan, maka sudah pasti kita akan memberi yang terbaik bukan? Itu sebabnya, untuk mempersiapkan renungan ini, saya pun berusaha untuk memberikan yang terbaik, karena saya percaya bahwa hal ini berhubungan dengan pelayanan saya kepada Tuhan, dan melalui pesan sederhana ini Tuhan akan mempersiapkan Saudara untuk menjadi generasi Gereja yang akan memberkati bangsa ini.

            Sebaliknya, perhatikan, tanpa sikap takut akan Tuhan, manusia mungkin saja dapat berhasil, akan tetapi keberhasilannya itu adalah sebuah kegagalan yang tertunda. Cepat atau lambat, kerusakan akan menghampiri hasil kerja dan kehidupannya. lihat saja bagaimana para pejabat yang ingin sukses dengan menggunakan cara-cara kotor seperti politik uang, ijazah palsu, suap, dll, semuanya berakhir di dalam penjara. Sekali lagi, sikap tanpa takut akan Tuhan keberhasilan yang kita capai akan menyesatkan kita! Tanpa takut akan Tuhan, tujuan hidup kita pasti berorientasi pada materi dan kesenangan duniawi, karena fokus hidup kita hanya tertuju untuk mengejar uang, pangkat, dan kedudukan. Bacalah Matius 6:33, Saudara akan menjumpai bahwa yang dikejar di atas itu sesungguhnya berkat yang ditambahkan setelah Saudara hidup dalam kerajaan dan kebenaran-Nya. Materi adalah berkat tambahan, takut akan Tuhan adalah proritas utamanya!

    ➤  "Takut akan Tuhan tidak hanya berbicara tentang Iman namun juga tentang karakter dan etika."

          Orang-orang yang hidupnya takut akan Tuhan akan lebih cenderung untuk tidak berbuat kejahatan dan kecurangan, daripada mereka yang tidak takut Tuhan. Saudara, hidup takut akan Tuhan tidak hanya berbicara mengenai prinsip iman akan tetapi memiliki hubungan erat dengan etika dan prinsip hidup. Maksudnya, mereka yang terbiasa hidup di dalam kebenaran firman Tuhan, akan membuahkan gaya hidup dan kebiasaan yang baik pula. Kebiasaan inilah yang kemudian hari akan menjadi prinsip etika yang akan terlihat dalam dunia kerja. Saudara, dunia kerja saat ini tidak hanya membutuhkan orang-orang berkompeten/pakar dalam bidangnya, namun juga orang-orang yang memiliki etika yang baik dalam pekerjaan dan hubungan sosialnya. Perusahaan akan lebih cenderung memilih mereka yang beretika baik namun kurang dalam hal pengalaman, daripada seorang Insinyur yang beretika buruk. Takut akan Tuhan adalah prinsip iman yang akan memimpin saudara pada perilaku etika yang baik, serta kunci untuk menuju keberhasilan dalam segala hal.

2. Tekun mencari hikmat dan didikan (Tanggung-jawab Iman).

            Kata “hikmat” dalam bahasa Ibrani dalam ayat ini adalah “Hokmah”, dan dalam bahasa Yunani adalah “Sophia”. Dari kata “sophia” inilah kata “Philosophy” diturunkan. Kata yang dalam bahasa indonesia kita kenal sebagai “filsafat”. Jadi filsafat itu sebenarnya berarti “orang-orang yang mencintai hikmat”. Itu sebabnya logo buku filsafat selalu digambarkan dengan orang yang sedang berpikir, karena kerjaan seorang filsuf hanya bertanya dan berpikir. Setelah bertanya, mereka kemudian mempertanyakan pertanyaan, sampai mereka menemukan pertanyaan yang tidak lagi dipertanyakan. Itulah filsafat.

             Dalam lanjutan terjemahan lain dari ayat ini, berbunyi demikian, “... Orang bodoh tidak menghargai hikmat dan tidak mau diajar.” (BIS). Alkitab jauh-jauh hari telah menasehatkan kita untuk “mencari hikmat”, namun tentu bukan hikmat dunia, tetapi hikmat dari Tuhan. Hikmat dari Tuhan itu dimulai dengan sikap hati takut akan Tuhan. Sekali lagi, hikmat Tuhan dicapai bukan dengan otak tetapi hati. Ini perbedaan mendasar antara hikmat dunia dan hikmat Tuhan. Sementara orang yang tidak menghargai atau tidak mau dididik adalah orang bodoh—ini firman Tuhan yang katakan, bukan saya. Firman Tuhan ini memang sangat benar, Saudara, sebagian besar anak-anak yang sering bolos memang secara intelektual kurang. Ini bukan pengalaman orang lain, tetapi pengalaman saya. Sewaktu SMP dulu, kebanyakan geng tukang bolos saya itu memiliki satu kesamaan—malas masuk sekolah, malas belajar, malas buat PR, bawa buku hanya satu, dan duduknya selalu paling belakan. Tapi Puji Tuhan, semenjak SMA saya bertobat, hingga dapat lulus dengan hasil yang memuaskan.

              Jika diperhatikan, kita akan menjumpai bahwa dalam ayat ini terdapat dua penekanan yang berbeda, yaitu, “Hikmat” dan “Didikan”. “Hikmat” berbeda dengan “Didikan”. Hikmat diperoleh melalui perenungan dan hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan didikan (Pemahaman/ilmu) diperoleh melalui proses belajar di bangku pendidikan. Hikmat berhubungan dengan hati, sementara didikan (ilmu) berhubungan dengan otak. Kita dapat belajar tentang ilmu akuntansi dan menjadi seorang akuntan yang ahli dalam hal menghitung, namun untuk memberi kepada sesama yang sedang kelaparan, kita tidak perlu menjadi seorang ahli akuntasi, kita hanya perlu hati yang mengasihi. Akan tetapi untuk dapat memberi dengan hati yang mengasihi tadi dan dengan jumlah yang maksimal, Saudara perlu menjadi ahli akuntansi yang berhasil dan sukses. Sebagai anak Tuhan, kita harus memiliki keduanya, hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, serta intelektual yang cerdas sehingga kita mampu menjadi berkat bagi orang banyak dan mempermuliakan Tuhan denagn maksimal.

           Punya “otak” tapi gak punya “hati”, Saudara akan jadi orang yang egois dan tidak perduli terhadap orang lain. Punya “hati” tetapi tidak punya “otak”, Saudara bisa dibodohi dan ditipu orang. Jadi kita harus punya keduanya! Tuhan Yesus adalah contoh paling nyata, Seorang teladan agung yang memiliki Pengetahuan sempurna dan Kasih yang sempurna (Kol. 2:3). Ia memiliki pengetahuan yang sempurna karena Ia adalah Allah yang menciptakan alam semesta ini (Yoh. 1:3; Kol. 1:6). Ia memiliki kasih yang sempurna karena Ia juga adalah Allah yang mengasihi kita, bahkan dalam keadaan kita yang jahat (Yoh. 15:13—Rm. 5:8).

Penutup.


          Kunci keberhasilan menurut firman Tuhan dapat digapai melalui dua hal, yaitu Prinsip Iman—hidup dengan takut akan Tuhan, dan Tanggung-jawab Iman—Berjuang untuk memperoleh hikmat dan didikan melalui studi. Keduanya harus berimbang dan tidak boleh mengabaikan salah satunya. Satu hal yang perlu diingat, tujuan keberhasilan yang utama tidak boleh diletakan pada diri kita, orang tua, atau pasangan, tetapi tujuan utama keberhasilan Anak-anak Tuhan adalah untuk mempermuliakan Tuhan. Keberhasilan yang kita capai untuk kemuliaan Tuhan itu secara otomatis akan membanggakan kita, keluarga kita, dan orang-orang terdekat kita.


           Kiranya Tuhan memberkati dan memimpin studi Saudara, hingga kelak Saudara dapat menjadi alat kemuliaan Tuhan dan berkat bagi bangsa dan negara. Amin! Tuhan Yesus memberkati. Shalom!

1 komentar: