"Apakah Alkitab adalah Firman Allah?"
Oleh : Yosep Belay.
Pendahuluan.
. Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (10/4/2018) kemarin, Rocky Gerung, dosen filsafat UI, memberikan salah satu statement yang cukup kontroversial. Ia mengatakan bahwa “Kitab suci adalah fiksi”. Kalimat yang sebenarnya biasa saja dalam kelas filsafat ini, seketika menjadi boomerang baginya ketika disampaikan di hadapan public. Tetapi apakah benar penyataan bahwa “Kitab suci itu adalah sebuah fiksi?”, bagaimana dengan Alkitab kita? Apakah Alkitab juga merupakan fiksi, ataukah Alkitab memang adalah firman Allah?
. Pertanyaan dan peryataan demikian sudah sering kita dengar baik secara langsung, maupun tidak. Sebuah pertanyaan yang mengusik iman kita. Jay Smith, mengatakan bahwa kekristenan bergantung pada dua hal, pertama pada seorang Tokoh dan Sebuah buku—tokohnya adalah Yesus Kristus, dan bukunya adalah Alkitab. Itu sebabnya selain keyakinan yang kokoh kepada Kristus, keyakinan akan kebenaran Alkitab sebagai Firman Allah memiliki dampak yang sangat fital bagi iman Kristen. Alkitab merupakan wahyu Allah yang dinyatakan kepada umat-Nya, sehingga dengan dasar iman tersebut Alkitab menopang pengharapan iman kristiani baik di dunia ini maupun pengharapan di dalam kekekalan nanti. Sebaliknya, jika Alkitab bukan firman Allah, maka sia-sialah keyakinan kita dan pengharapan kita, karena tentu kita tidak dapat menggantungkan pengharapan iman dan eksistensi kehidupan kita pada sebuah buku yang berisikan “fiksi”. Bertolak dari alasan inilah pembahasan singkat ini disajikan sebagai pedoman dan Apolgetik bagi Jemaat.
Sebuah Pembelaan Singkat.
. Apakah Alkitab adalah firman Allah? Menjawab hal ini, sedikitnya terdapat lima hal mendasar mengapa kita meyakini bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang sejati.
1. Alkitab mengklaim secara eksplisit bahwa ia adalah Firman Allah.
. Jika dengan teliti dibaca, maka kita akan menjumpai frasa-frasa seperti “Demikianlah firman Tuhan”, atau “Allah berfirman”. Sebagai contoh, Kej. 1:3,6,9; Kl. 5:1; 6:1; 7:1; Im. 1:1, dst. Penggunaan frasa-frasa ini dalam bagian PL kurang lebih terdapat sekitar 2000 kali dengan berbagai fariasi penulisan. Sementara di dalam PB, otoritasnya bergantung sepenuhnya pada Tuhan Yesus Kristus yang adalah Firman Allah itu sendiri (Yoh. 1:1, 14), serta peran Roh Kudus yang mengilhamkan para Rasul dalam menulis Injil dan Surat-surat mereka (2 Tim. 3:16; 2 Pet. 1:20-21). Suatu cara pewahyuan yang sama dengan pewahyuan yang diilhamkan pada PL (Bdk. Mrk. 12:36). Charles C. Ryrie mendefinisikan inspirasi atau pengilhaman sebagai berikut: “Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya.”
Klaim-klaim yang berotoritas Ilahi ini merupakan bukti yang tak terbantahkan dari kesaksian Alkitab sendiri mengenai dirinya.
2. Pengakuan Otoritas Alkitab Oleh Kristus.
. Tuhan Yesus merupakan teladan kita dan semua umat Tuhan, termasuk sikapnya terhadap otoritas Alkitab. Untuk itu kita perlu melihat dan meneladani sikap-Nya terhadap Alkitab. Dalam beberapa kesempatan kita menjumpai bahwa Ia selalu mengutip dan mengajar berdasarkan PL. berikut beberapa diantaranya:
Yesus berbicara tentang seluruh PL (Mat. 22:29), pembagian sentralnya (Luk.16;16), masing-masing kitab secara individual (Mat. 22:43; 24:15), peristiwa-peristiwanya (Mat. 19:4-5; Luk.17:27), bahkan huruf-hurufnya dan bagian huruf-hurufnya (Mat. 5:18) sebagai hal-hal yang memiliki otoritas Ilahi. Ia menyebut Alkitab sebagai Firman Allah (Yoh. 10: 35), Ia berkata bahwa Alkitab ditulis oleh manusia yang dipimpin oleh Roh Kudus (Mrk. 12:36). Ia mengutp penciptaan (Luk. 11:51), Sodom dan Gomora (Luk. 10:12), Yunus (Mat. 12:39-41). Ia meneguhkan otoritas kitab Taurat (Luk. 16:17). Perjalanan hidupnya bahkan menggenapkan kebenaran Firman itu sendiri, mulai dari pencobaan di padang gurun—Ia mengutip PL (Mat. 4:4, dst), hingga seruan kemenangan di atas kayu salib (Mzm. 22:2; Mzm. 31:6).
Semua hal ini memperlihatkan kepada kita mengenai pengakuan Kristus akan otoritas kitab suci yang bahkan Ia genapi dalam perjalanan hidup-Nya. Penghormatan dan pengakuan Kristus akan otoritas kitab suci ini menjadi dasar bagi kita untuk mengakui kebenarannya sebagai firman Allah yang sejati tanpa keraguan.
3. Kesatuan Yang Ajaib.
. Alkitab yang berada di tangan kita ini merupakan suatu kumpulan kitab-kitab yang melalui proses perjalanan panjang sejarah Israel sekitar 4000 tahun lalu, hingga sampai di tangan kita saat ini. Alkitab menjadi kitab suci yang unik dan ajaib karena beberapa fakta peran serta Ilahi. Perjalanan panjang penulisan Alkitab dimulai kira-kira dari tahun 2000 SM (Kitab Ayub), hingga sekitar 90 M (Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes). Alkitab ditulis oleh sekitar empat puluh penulis juga ditulis dari tahun yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, profesi yang berbeda, tempat yang berbeda, gaya bahasa yang berbeda, gendre tulisan yang berbeda, namun memiliki satu tema sentral yang sama yaitu: “Rencana keselamatan Allah bagi umat manusia” (Lih. Kej. 3:15; Yes. 7:14; Mat. 1:23), suatu nubuatan Mesianik yang digenapi oleh Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Tidak ada kitab suci atau buku apapun di dunia ini yang memiliki kesatuan tema dengan latar belakang penulisan yang beragam seperti Alkitab. Focus tema sentral yang tidak berubah dari berbagai latar belakang yang berbeda ini, hanya dimungkinkan jika Alkitab berasal satu sumber inspirasi yang sama yaitu Allah!
4. Ketepatan Penggenapan Nubuatannya.
. Salah satu ciri nabi palsu adalah nubuatannya tidak tergenapi/ tidak terjadi (Ul.18:22). Hal ini merupakan pesan penting sekaligus suatu alat uji bagi kebenaran firman Tuhan yang diterima dan disampaikan oleh seorang nabi. Lantas bagaimana dengan nubutan-nubuatan di dalam Alkitab?
Berbeda dengan ramalan Nostradamus atau nubuatan nabi agama lain yang samar-samar dan tidak jelas, Alkitab memperlihatkan otoritasnya sebagai firman Allah melalui nubuatan-nubuatan para nabi dengan terang benderang serta sangat mendetail. Ada beberapa nubuatan yang ditulis 1.500 tahun sebelum nubuatan itu digenapi, yang lain 700 tahun sampai 1000 tahun. Akan tetapi dalam ratusan kasus, nubuatan-nubuatan itu telah digenapi dengan sangat akurat. Beberapa diantarnya seperti pembuangan Israel ke Babel dan pembebasannya, (Dan. 9:1-2: Yer. 25), Diaspora Bangsa Israel (Ul. 28; Hos. 9; Yer. 24) dan kembalinya mereka ke tanah perjanjian (Yeh. 36-37). Namun tentu dari semua yang telah digenapi, nubuatan tentang kedatangan Sang Mesiaslah yang paling memukau. Dimulai dari Tempat Kelahiran-Nya di Betlehem (Mik. 5:1), kelahiran-Nya dari seorang Perawan (Yes. 7:14), masa pelayanan, penghianatan, penderitaan-Nya, dan bagaimana Ia akan mati (Yes. 52-53), bagian tubuh-Nya yang dipaku, seruan-Nya di atas kayu salib, mati, bangkit (Mzm. 22-24), dan mengalahkan kuasa iblis (Kej. 3:15). Semuanya digenapi dengan ketepatan yang sangat ajaib! Tidak berhenti sampai disitu, Alkitab bahkan menubuatkan pesan-pesan Eskatologis yang akan terjadi di akhir zaman dan kekekalan nanti.
Hanya Allah yang memiliki kesempurnaan pengetahuan sejarah umat manusia dari awal sampai akhir yang mampu menyampaikan dan menggenapi pesan nubuatan seperti di dalam Alkitab. Dan ketepatan dalam penggenapan inilah yang membuktikan bahwa Alkitab adalah firman Allah. Perhatikan kalimat tantangan yang Tuhan Yesus sampaikan berikut ini, sesuai dengan Ulangan 18:22 di atas, “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.” (Yoh. 13:19).
5. Kuasa Yang Mengubahkan Hidup.
. Fakta bahwa Alkitab telah mengubahkan kehidupan jutaan manusia di dunia ini sepanjang zaman, memberikan indikasi yang kuat tentang otoritasnya sebagai firman Allah yang hidup. Kehidupan yang berdosa, hancur, frustasi, tanpa pengharapan, mengalami perubahan ketika mereka membaca, mendengar, dan merenungkan Alkitab (Yer. 23:9; Yoh. 15:3; 2 Tim. 3:16; Ibr. 4:12).
Agustinus, “Si Bocah Nakal” adalah salah satu kisah transformasi hidup yang sangat mengesankan melalui Alkitab. Seorang filsuf yang sedang frustasi dalam pencarian jati dirinya, berjumpa dengan Tuhan melalui ayat firman Tuhan yang tak sengaja ia buka dan baca, “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!” (Rm. 13:12). Suatu jawaban Tuhan yang kemudian membawa “si bocah nakal” menjadi salah satu Bapa Gereja dan filsuf Kristen abat ke-4 yang karya-karyanya (baik teologi maupun filsafat) sangat dihormati hingga saat ini. Tentu kisah ini hanya satu ari sekian banyak kisah tentang bagaimana Alkitab telah mengubah hidup jutaan orang.
Di dunia ini tidak ada buku yang mampu mengubah hidup seseorang yang hancur menjadi baru! Buku yang mengubah seseorang menjadi baik (menurut standar manusia), banyak, namun tidak menjadi baru! Karena perihal hidup baru hanya Allah yang mampu melakukannya, dan Alkitab adalah Firman Allah yang mengubahkan hidup manusia yang bobrok itu, menjadi kehidupan baru yang berkenan kepada Allah. Itu sebabnya, alasan terakhir ini merupakan pesan penting tentang otoritas Alkitab sebagai firman Allah yang berkuasa.
Penutup.
. Voltaire, salah seorang filsuf rasionalis asal Perancis ini pernah menghina Alkitab dengan mengatakan bahwa “Alkitab akan segera lenyap tidak sampai 50 tahun lagi. Setelah mengatakan demikian, ia melemparkan Alkitab yang ada ditangannya dan berkata” Tidak lama lagi kita ini hanya akan ditemukan di Museum”. Pada kenyataannya, Voltaire yang lebih dulu dimuseumkan tidak sampai lima puluh tahun. Tak lama berselang, rumah tempat tinggal Voltaire justru dibeli oleh salah seorang anak Tuhan dan dijadikan tempat percetakan Alkitab.
. Alkitab telah membuktikan eksistensinya sebagai firman Allah melalui berbagai ujian dan sejarah panjang umat manusia. Ketika kita memegang Alkitab di tangan kita, hal ini memperlihatkan bahwa Allah dengan kuasa-Nya terus memelihara kebenaran firman-Nya agar pesan keselamatan itu terus digemakan di setiap generasi. Kebenaran ini memberikan keyakinan dan jaminan bagi kita bahwa Alkitab merupakan firman Allah yang hidup dan yang sejati. Jika Alkitab adalah firman Allah, maka kita tidak boleh mengabaikannya, mengabaikannya, sama halnya dengan tidak menghormati Allah.
Soli Deo Gloria!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar