Nas : Ul. 31:6;
Yos. 1:5, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. .....
seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak
akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
_________
Harus diakui bahwa sebagai manusia,
ketakutan merupakan hal yang wajar kita alami setiap hari. Takut menghadapi kematian,
persoalan dan pergumulan hidup, sakit penyakit, tanggung-jawab, penghakiman
orang lain, masa depan, ujian, dll, adalah beragam hal yang menghantui
kehidupan manusia. Sama seperti kita, Yosua pun merasa takut dan gentar ketika
memulai memimpin umat Israel. Alkitab memang tidak mencacat secara eksplisit
tentang ketakutan Yosua, namun secara implisit hal ini terlihat dengan jelas ketika
Tuhan menguatkannya dengan mengatakan bahwa “Jangan takut”, yang kemudian diulangi
sekitar empat kali.
Saya mencoba untuk membayangkan ketakutan
Yosua ini dengan melihat beberapa alasan yang Alkitab berikan, dan kemudian secara
singkat saya jumpai bahwa memang adalah wajar jika Yosua takut. Ini beberapa
alasan diantaranya; Musuh yang dihadapi Yosua adalah suku-suku bangsa yang
memiliki kekuatan militer yang mempuni, struktur geografis yang strategis, mapan
dalam perekonomian, serta postur tubuh yang besar bak raksasa (Lihat Bil.13). Sementara
Israel tidak memiliki pasukan militer, meraka adalah bangsa penggembala ternak
yang diperbudak dan dibebaskan Tuhan, dan kini selama empat puluh tahun hidup
luntang-lantung di padang gurun. Israel bukanlah lawan yang sepadan, bahkan secara
pertimbangan logis, mustahil bagi mereka untuk mencapai tanah perjanjian. Melihat
hal ini, kita langsung dapat merasakan alasan mengapa Yosua takut. Akan tetapi perhatikan,
meskipun secara statistik tidak ada kekuatan apapun yang dapat Yosua andalkan
untuk mengalahkan bangsa-bangsa yang hebat itu, namun Yosua memegang janji Tuhan akan
penyertaan-Nya yang membawa kemenangan. Di sinilah intinya! Bukan kekuatan
militer, bukan strategi perang, bukan jumlah pasukan, namun kepada Siapa Yosua
menaruh pengharapannya.
Sekali lagi, bukan kepada “Apa”,
tetapi kepada “Siapa” Yosua menaruh pengharapannya. Ia tidak mengandalkan
apapun kecuali Allah. Perhatikan janji Tuhan bagi Yosua ini, “seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku
akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau.”. Kata “Seperti” dalam kalimat ini memberikan indikasi
yang kuat bahwa penyertaan, perlindungan, pembelaan Allah kepada Yosua sama
persis dengan penyertaan Allah kepada Musa. Tidak berkurang! Singkatnya, Allah
tidak pernah membedakan bahwa Yosua adalah pemimpin “kemarin sore” dan Musa, Pemimpin
senior. Tuhan tidak pernah pilih kasih ketika Ia memanggil seseorang menjadi
alat kemuliaan-Nya. Ketika Ia memanggil kita untuk suatu tugas pekerjaan-Nya,
Ia selalu menyertai dengan sepenuh hati. Perhatian-Nya penuh, tidak
setengah-setengah. Inilah yang menjadi dasar pengharapan Yosua. Yosua tahu
bahwa hanya karena penyertaan dan perkenanan Tuhanlah, ia dapat memimpin Umat
Israel untuk masuk ke tanah perjanjian. Dasar pengharapan inilah yang
dimaksudkan ketika Rasul Paulus mengatakan bahwa “Jika Allah dipihak kita
siapakah lawan kita?” (Rm. 8:31). Jika Allah menyertai kehidupan kita, dan kita
meletakan dasar pengharapan hidup kita sepenuhnya kepada Dia, maka kita tidak
akan dilemahkan oleh setiap tantangan dan pergumulan hidup yang dihadapi,
karena tidak ada pergumulan dan permasalahan hidup yang lebih besar dari Tuhan
kita. Seperti Tuhan menyertai Musa dan Yosua, kiranya Ia juga senantiasa
menyertai kita. Amin!
Tuhan Yesus
memberkati.
Salam,
yb.
yb.
_______
Sumber gambar : www.sesawi.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar