Selasa, 17 April 2018

RENUNGAN : DASAR IMAN YANG TEGUH


Nas    : Ul. 31:6; Yos. 1:5, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. ..... seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

_________

          Harus diakui bahwa sebagai manusia, ketakutan merupakan hal yang wajar kita alami setiap hari. Takut menghadapi kematian, persoalan dan pergumulan hidup, sakit penyakit, tanggung-jawab, penghakiman orang lain, masa depan, ujian, dll, adalah beragam hal yang menghantui kehidupan manusia. Sama seperti kita, Yosua pun merasa takut dan gentar ketika memulai memimpin umat Israel. Alkitab memang tidak mencacat secara eksplisit tentang ketakutan Yosua, namun secara implisit hal ini terlihat dengan jelas ketika Tuhan menguatkannya dengan mengatakan bahwa “Jangan takut”, yang kemudian diulangi sekitar empat kali.

          Saya mencoba untuk membayangkan ketakutan Yosua ini dengan melihat beberapa alasan yang Alkitab berikan, dan kemudian secara singkat saya jumpai bahwa memang adalah wajar jika Yosua takut. Ini beberapa alasan diantaranya; Musuh yang dihadapi Yosua adalah suku-suku bangsa yang memiliki kekuatan militer yang mempuni, struktur geografis yang strategis, mapan dalam perekonomian, serta postur tubuh yang besar bak raksasa (Lihat Bil.13). Sementara Israel tidak memiliki pasukan militer, meraka adalah bangsa penggembala ternak yang diperbudak dan dibebaskan Tuhan, dan kini selama empat puluh tahun hidup luntang-lantung di padang gurun. Israel bukanlah lawan yang sepadan, bahkan secara pertimbangan logis, mustahil bagi mereka untuk mencapai tanah perjanjian. Melihat hal ini, kita langsung dapat merasakan alasan mengapa Yosua takut. Akan tetapi perhatikan, meskipun secara statistik tidak ada kekuatan apapun yang dapat Yosua andalkan untuk mengalahkan bangsa-bangsa yang hebat itu,  namun Yosua memegang janji Tuhan akan penyertaan-Nya yang membawa kemenangan. Di sinilah intinya! Bukan kekuatan militer, bukan strategi perang, bukan jumlah pasukan, namun kepada Siapa Yosua menaruh pengharapannya.

          Sekali lagi, bukan kepada “Apa”, tetapi kepada “Siapa” Yosua menaruh pengharapannya. Ia tidak mengandalkan apapun kecuali Allah. Perhatikan janji Tuhan bagi Yosua ini, “seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”. Kata “Seperti” dalam kalimat ini memberikan indikasi yang kuat bahwa penyertaan, perlindungan, pembelaan Allah kepada Yosua sama persis dengan penyertaan Allah kepada Musa. Tidak berkurang! Singkatnya, Allah tidak pernah membedakan bahwa Yosua adalah pemimpin “kemarin sore” dan Musa, Pemimpin senior. Tuhan tidak pernah pilih kasih ketika Ia memanggil seseorang menjadi alat kemuliaan-Nya. Ketika Ia memanggil kita untuk suatu tugas pekerjaan-Nya, Ia selalu menyertai dengan sepenuh hati. Perhatian-Nya penuh, tidak setengah-setengah. Inilah yang menjadi dasar pengharapan Yosua. Yosua tahu bahwa hanya karena penyertaan dan perkenanan Tuhanlah, ia dapat memimpin Umat Israel untuk masuk ke tanah perjanjian. Dasar pengharapan inilah yang dimaksudkan ketika Rasul Paulus mengatakan bahwa “Jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita?” (Rm. 8:31). Jika Allah menyertai kehidupan kita, dan kita meletakan dasar pengharapan hidup kita sepenuhnya kepada Dia, maka kita tidak akan dilemahkan oleh setiap tantangan dan pergumulan hidup yang dihadapi, karena tidak ada pergumulan dan permasalahan hidup yang lebih besar dari Tuhan kita. Seperti Tuhan menyertai Musa dan Yosua, kiranya Ia juga senantiasa menyertai kita. Amin!

Tuhan Yesus memberkati.

Salam,
yb.

_______

Sumber gambar : www.sesawi.net
         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar