Selasa, 10 April 2018

RENUNGAN : BEBAS NAMUN TERPENJARA

Nas : Bilangan 21:5 (TB), Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."

_______

            Dalam peristiwa pra keluaran hingga keluaran umat Israel dari perbudakan Mesir, Allah menunjukan kepada bangsa Israel, Mesir, dan dunia bahwa Dialah Allah yang sejati dan berkuasa melalui berbagai mujizat yang dasyat. Peristiwa historis ini menunjukan kepada kita suatu pesan mendalam tentang penghukuman Allah bagi Mesir dan Anugerah-Nya bagi umat Israel. Namun secara tragis, Alkitab juga memperlihatkan kepada kita tentang kebebalan umat Israel yang diselamatkan itu. Mesir hanya menyaksikan sepuluh tulah, tidak berobat, dan dihukum. Akan tetapi umat Israel bukan hanya menyaksikan sepuluh tulah, mereka bahkan menyaksikan lebih banyak mujizat yang Tuhan kerjakan setelah peristiwa keluaran, namun kebebalan tidak pernah lepas dalam hati mereka. Meskipun secara fisik mereka merdeka, namun hati mereka tetap terpenjara pada kenikmatan hidup duniawi di Mesir.

            Hal-hal ini menunjukan kepada kita bahwa dasyatnya mujizat tidak dapat menjamim pertobatan seseorang sebagai pertobatan yang sejati. Bangsa Israel bukan hanya menyaksikan berbagai mujizat luar biasa yang tidak akan pernah terjadi lagi, mereka bahkan berjumpa secara langsung dengan Tuhan, dipimpin dan dipelihara oleh Tuhan, namun hati mereka tetap keras, hati mereka tertinggal di mesir, itu sebabnya Tuhan menyebut mereka bangsa yang tegar tengkuk. Susah diatur, bagaikan kambing liar yang digembalakan, akan selalu memberontak dan melawan gembalanya. Pesan ini memperlihatkan bahwa kecenderungan hati manusia adalah "hidup nyaman". Meskipun menjadi budak, hidup dalam dosa namun jika hidupnya nyaman, enak, itu sudah cukup, karena itulah tujuan hidup. Ini sangat keliru. Kekristenan merupakan suatu panggilan Tuhan menuju proses hidup bersama-Nya, maka kehidupan kristiani tanpa proses pembentukan Tuhan bukanlah Kekristenan yang sejati.

         Ayat di atas secara menyedihkan memperlihatkan suatu pesan bahwa meskipun umat Israel telah menjadi umat Tuhan namun tujuan hidup mereka masih berorientasi pada hal-hal "perut", sehingga ketika pergumulan datang mereka mulai membandingkan kehidupan lama sebagai budak di Mesir dan kehidupan baru mereka di dalam Tuhan. Mulai timbul persungutan, mulai menyalahkan Tuhan. Terlebih lagi tidak menghargai berkat, anugerah, dan pemeliharaan Tuhan. Saudara, jika ciri-ciri mulai nampak dalam hidup kita, maka periksalah, jangan-jangan kita hanya mengikut Tuhan karena "perut", atau jangan-jangan badan kita memang berada di dalam Gereja tetapi hati kita masih terpenjara di dunia. Tuhan tahu kebutuhan perut kita dan Dia pasti mencukupkannya, akan tetapi Dia lebih tahu kebutuhan yang lebih utama kita, yaitu keselamatan dan persekutuan kekal bersama-Nya. Ikut dan layanilah Tuhan dengan mental sebagai anak Tuhan yang murni, bukan dengan mental seorang egois yang selalu berpusat pada kepentingan dan kesenangan pribadi. Amin.

Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita.

Salam,
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar