Rabu, 07 Maret 2018

KESETIAAN: SEBUAH TELADAN IMAN DARI GEMBALA (Refleksi singkat atas pelayanan Pdt. Hengky Setiawan, S.Th).


Nas : Amsal 20:6 (TB) Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?

________

          Jika Saudara bertanya tentang hal apakah (selain kasih) yang mampu mempertahankan komitmen seorang pelayan dapat terus melayani Tuhan, maka jawabannya adalah kesetiaan. Kesetiaan adalah bukti kasih yang paling konkret dari seorang hamba Tuhan dalam memenuhi panggilan pelayanannya. Kesetiaan membutuhkan daya tahan yang tidak mudah, karena untuk menjadi seorang pelayan Tuhan yang setia, ia harus berjuang sampai di garis akhir pelayanannya. Om Hengky pernah berkata bahwa, "Kesetiaan diuji oleh waktu, dan terbukti di akhir perjalanan hidup seseorang." Dengan kata lain, Seseorang baru dapat dikatakan setia, ketika ia berhasil membuktikan komitmen imannya dalam melayani Tuhan hingga di akhir hidupnya.

          Bagi Rekan-rekan, pelayanan Om Hengky kemarin (Minggu, 05/03/2018) mungkin hanya terlihat sebagai pelayanan yang biasa saja, namun tentu tidak demikian bagi penulis. Dalam keadaan fisik yang kurang baik (harus melayani di atas kursi roda), Beliau memberikan suatu contoh dan teladan iman bagi kita, generasi muda Gereja, tentang makna penting dari sebuah kesetiaan. Terutama kesetiaan dalam melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya. Tulisan ini tentu tidak dimaksudkan untuk menonjolkan pelayanan Beliau, karena memang masih banyak contoh lain yang juga memberkati, namun karena Beliau adalah Gembala kita, maka kita bukan hanya mendengar tentang kesaksian imannya, namun juga menyaksikan bagaimana demonstrasi dari kesetiaannya, sebagaimana yang kita saksikan dalam pelayanan kemarin.

          Kitab Amsal dalam bacaan di atas merefleksikan dua hal. Pertama, orang baik, dan yang mengaku baik itu banyak. Saudara, untuk menjadi orang baik, Saudara cukup melakukan satu atau dua kebaikan bagi orang lain, dan Saudara sudah dapat terlihat sebagai orang baik. Namun tidak bagi orang yang setia. Kesetiaan memerlukan proses dan komitmen yang bulat. Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk menjadi orang yang setia, kita tidak cukup satu kali setia. Hari ini setia, dan besok tidak. Untuk menjadi seorang yang setia itu harus dibuktikan dalam komitmen di berbagai situasi, hingga di garis akhir kehidupan. Kesetiaan yang sejati dibuktikan dengan komitmen dan tindakan praktis yang dipraktekkan hingga di penghujung kehidupan kita.

          Melalui tulisan singkat ini, kiranya kita generasi muda GPI IMMANUEL, dapat belajar tentang komitmen iman dan kesetiaan untuk melayani Tuhan dari Gembala kita terkasih, Bpk. Pdt. Hengky, meskipun dalam keadaan fisik yang kurang baik, namun tetap setia melayani, seperti nasihat Rasul Paulus, (2 Tim. 4:2) "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya," Amin! Dukung dan doakan selalu bagi Bapak dan Ibu Gembala kita. Tuhan Yesus memberkati!

Salam,
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar