Selasa, 20 Maret 2018

"AKU TELAH MENGAKHIRI PERTANDINGAN IMAN" (Refleksi Pribadi Atas Teladan Iman Alm. Pdt. Hengky Setiawan)


"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan,"
(2 Timotius 4:7-8) 

"Kesetiaan diuji oleh waktu dan terbukti di akhir 
perjalanan hidup seseorang." 
(Pdt. Hengky Setiawan)




Pendahuluan.

          Bagi Jemaat GPI Immanuel Bdg, Om Hengky adalah sosok yang energik, humoris, dan pekerja keras. Seorang hamba Tuhan yang memiliki selera humor tinggi, namun sangat serius dalam menjalani kehidupan, terutama hal-hal yang menyangkut tanggung-jawab dalam keluarga dan pelayanan. Warta jemaat adalah salah satu buah tangan beliau yang semenjak terbit pertama kalinya (mungkin sekitar 20 tahun lalu atau lebih) hingga saat ini, tidak pernah absen di tangan Jemaat dalam setiap Ibadah raya minggu (Meskipun terkdang kita mengabaikannya!). Hal ini terlihat sederhana, namun untuk melakukan suatu hal yang sederhana ini selama puluhan tahun tentu bukanlah sesuatu yang sederhana, karena membutuhkan komitmen, ketekuanan, dan kesetiaan dalam melakukannya. Bentuk pelayanan tersebut hanya sebagian kecil dari begitu banyak pelayanan dan berkat-berkat rohani yang telah beliau tinggalkan bagi kita, Jemaat lokal, yang sekaligus menyiratkan pesan tanpa kata mengenai bagaimana seharusnya seorang anak Tuhan/hamba Tuhan melayani dengan setia dan berkomitmen.

Berkat yang Diwariskan.

          Kita (Jemaat) masing-masing memiliki beragam kesan, pesan, pengajaran, kata-kata iman dan kata-kata bijak yang diterima dari beliau. Mulai dari bagaimana kita harus bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, suatu pengajaran iman yang selalu dipraktekkan dalam khtobah beliau dengan menggunakan alat peraga pilar di belakang mimbar (yang entahkah suatu kebetulan atau pun tidak pilar itu ada di sana!), suatu pesan iman yang menacap begitu kokoh di hati pada Jemaat, seperti kesaksian Ibu Yeni semalam, dan juga Bung Jan yang selalu memperagakan keyakinan ini ketika dahulu sedang memimpin pujian (dengan mata yang tampak berkaca-kaca), dan juga kita, jemaatnya. Pesan lainnya mengenai filosofi hidup tentang bagaimana menjalani hidup meskipun dalam pergumulan yang sulit adalah "Hidup boleh susah tetapi jangan nyusahin orang!" Kalimat sederhana yang mengajarkan kita tentang suatu perjuangan untuk hidup dengan tidak cengeng dan pesimistik, berani menghadapi patihnya kehidupan tanpa menyusahkan orang lain. Filosofi ini bukan hanya sebuah semboyan, namun dipraktekkan oleh beliau. Beberapa kali beliau terlihat berjuang untuk berdiri dan berjalan tanpa bantuan beberapa rekan di sampingnya adalah sebuah contoh dari bagaimana mempraktekkan prinsip hidup. Kesan lainnya adalah Guyonannya tentang bagaimana mencari pasangan hidup yang ideal. Bagi para pria jangan mencari pasangan hidup wanitanya yang bangun jam 12 siang, sarapan jam 1, mandi keramas jam 3, berbahaya... bagi para wanita sebaliknya, jangan mencari pasangan pria yang "Merana, merono, merene, mangan, turu" (pengangguran yang tidak memiliki kerjaan, yang saban hari hanya makan dan tidur). Pesan humoris yang sangat membekas di hati kita namun sarat makna. Dan yang tak kalah pentingnya adalah visinya. Beliau memiliki visi yang luar biasa mengenai masa depan generasi muda gereja yang akan berdiri dihadapan orang-orang besar dalam Bangsa ini (Amsal 22:29), bukanlah sesuatu yang berlebihan karena beliau selalu menambahkan kalimat ini dibelakangnya, "Tuhan akan mempertontonkan karya-karya besar-Nya melalui hidup kita!, bersama Tuhan kita lakukan perkara-perkara besar!" Bukankah Alkitab berkata Tidak ada yang mustahi bagi Allah dan Orang percaya?! (Mrk. 9:23; Luk.1:37).


Sebuah Pengabdian Diri.

          Dan yang paling menggetarkan hati penulis adalah pelayanan terakhir beliau pada minggu, 4 maret 2018, dimana meskipun dalam keadaan lemah di atas kursi roda, beliau tetap berkomitmen untuk memegang teguh panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan dalam memimpin pelayanan perjamuan kudus. Saudara, bagaimana rasanya kita yang sehat dilayani dan didoakan oleh hamba Tuhan yang sedang dalam kelemahan fisik? Tentu terlalu mengharukan untuk dijawab. Namun pelayanan terakhir beliau ini meninggalkan kesan dan teladan iman yang sangat mengesankan bagi kita. Kesan tentang iman dan kesetiaan dari seorang hamba Kristus. Melihat kesetiaan beliau dalam mengikuti dan melayani Kristus, penulis teringat sebuah pesan dari John Piper, suatu saat kita semua akan berdiri di hadapan takhta Kristus, dan kita tidak mungkin mempersembahkan sesuatu hal yang tidak bernilay kekal dalam hidup kita, maka Piper memperingatkan bahwa "Jangan menyia-nyiakan hidup anda" dengan hal-hal yang sia-sia, karena itu merupakan sebuah tragedi yang paling tragis. Om  Hengky mengakhiri pertandingan imannya dengan luar biasa, Ia tidak menyia-nyikan waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan sehingga hidupnya merupakan suatu totalitas pelayanan bagi Kristus. Karena menjadi "hamba Tuhan" dan "Anak Tuhan" adalah suatu panggilan yang tidak mengenal masa pensiun untuk melayani Tuhan dan sesama, maka seperti hanya Om Hengky, tidak ada hal lain yang memiliki nilay kekal selain melayani dan mengasihi Tuhan dan sesama kita.


Mengakhiri Pertandingan Iman.

          Sabtu, 17 Maret 2018, pukul 11.33 WIB, setelah berjuang dengan kelemahan fisiknya beberapa bulan terakhir, Om Hengky-Kekasih Kristus, Ayah rohani terkasih, berpulang ke rumah Bapa. Dalam salah satu khotbahnya, Om pernah berkata bahwa hanya mereka yang bertanding dalam pertandingan iman dan menyelesaikan pertandingannya yang akan memperoleh mahkota kemuliaan. Tanpa bertanding dalam pertandingan iman, jangan berharap untuk memperoleh makhota kemuliaan. Seperti khotbahnya dan sejalan dengan pesan firman Tuhan di atas, Om Hengky telah mengakhiri pertandingan imannya. Dan seperti janji Tuhan kepada mereka yang setia sampai akhir akan memperoleh Mahkota, maka dengan dasar ini pula kita percaya bahwa Om telah telah menerimanya. Di sini kita perlu memahami bahwa pertandingan iman orang percaya membutuhkan ketekunan, daya tahan, dan kesetiaan sampai akhir. Suatu teladan yang juga kita jumpai semasa hidup beliau. Prinsip hidup tentang "Kesetiaan diuji oleh waktu dan terbukti diakhir kehidupan seseorang" dibuktikan dan dilalui dengan iman serta pengharapan yang teguh. Puji Tuhan!

          Saudara, suatu kehidupan yang didedikasikan bagi kemuliaan Allah adalah tujuan hidup bagi semua orang percaya (Mat. 5:6; Ef. 2:10) dan Om Hengky berhasil menjalani dan mengakhirinya dengan luar biasa. Sekarang giliran kita, giliran Saudara dan saya melanjutkan panggilan dan tugas pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan dan Gereja. Suatu kehormatan yang melebihi pencapaian tertinggi dalam karier sekuler yang dapat kita capai, maka pastikan bahwa kita terlibat dalam panggilan kehormatan tersebut hingga di garis akhir.

Penutup.

          "Kematian adalah suatu kepastian yang tidak pasti" demikian penggalan kalimat dalam khotbah Om Hengky di beberapa kali pelayanan kedukaan. Suatu pesan eksplisit tentang kematian yang merupakan takdir bagi umat manusia, yang secara tak terhindarkan dapat datang kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Khalil Gibran merangkum hal ini dengan menulis bahwa "syarat untuk mati tidak harus tua dan tidak pula harus sakit." Sejalan dengan hal ini seorang teolog mengatakan bahwa kematian tidak mengenal belas kasih. Merenungkan nasihat-nasihat bijak ini, maka sekali lagi saya mengutip kalimat John Piper di atas, "Jangan menyia-nyiakan hidup Anda". Seperti teladan iman dan kesetiaan yang telah diwariskan Om Hengky kepada kita, maka diwaktu yang masih Tuhan anugerahkan bagi kita, hendaknya dipergunakan dengan sebaik mungkin, semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan, sehingga kita pun dapat mengakhiri pertandingan iman kita masing-masing, Sebagaimana bunyi akhir dari pujian yang sering dinyanyikan beliau, "Bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat". Kiranya Tuhan memberkati, dan memampukan kita. Amin!

Selamat jalan Kekasih Kristus,
Selamat jalan Ayah rohani terkasih,
Sampai berjumpa di rumah Bapa!

(yb)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar