"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah
tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh
Tuhan,"
(2 Timotius 4:7-8)
"Kesetiaan diuji oleh waktu dan terbukti di akhir
perjalanan hidup seseorang."
(Pdt. Hengky Setiawan)
Pendahuluan.
Bagi Jemaat GPI Immanuel Bdg, Om
Hengky adalah sosok yang energik, humoris, dan pekerja keras. Seorang hamba
Tuhan yang memiliki selera humor tinggi, namun sangat serius dalam menjalani
kehidupan, terutama hal-hal yang menyangkut tanggung-jawab dalam keluarga dan
pelayanan. Warta jemaat adalah salah satu buah tangan beliau yang semenjak
terbit pertama kalinya (mungkin sekitar 20 tahun lalu atau lebih) hingga saat ini,
tidak pernah absen di tangan Jemaat dalam setiap Ibadah raya minggu (Meskipun
terkdang kita mengabaikannya!). Hal ini terlihat sederhana, namun untuk
melakukan suatu hal yang sederhana ini selama puluhan tahun tentu bukanlah
sesuatu yang sederhana, karena membutuhkan komitmen, ketekuanan, dan kesetiaan
dalam melakukannya. Bentuk pelayanan tersebut hanya sebagian kecil dari begitu
banyak pelayanan dan berkat-berkat rohani yang telah beliau tinggalkan bagi
kita, Jemaat lokal, yang sekaligus menyiratkan pesan tanpa kata mengenai
bagaimana seharusnya seorang anak Tuhan/hamba Tuhan melayani dengan setia dan
berkomitmen.
Berkat yang Diwariskan.
Kita (Jemaat) masing-masing memiliki
beragam kesan, pesan, pengajaran, kata-kata iman dan kata-kata bijak yang diterima
dari beliau. Mulai dari bagaimana kita harus bersandar sepenuhnya kepada Tuhan,
suatu pengajaran iman yang selalu dipraktekkan dalam khtobah beliau dengan
menggunakan alat peraga pilar di belakang mimbar (yang entahkah suatu kebetulan
atau pun tidak pilar itu ada di sana!), suatu pesan iman yang menacap begitu
kokoh di hati pada Jemaat, seperti kesaksian Ibu Yeni semalam, dan juga Bung
Jan yang selalu memperagakan keyakinan ini ketika dahulu sedang memimpin pujian
(dengan mata yang tampak berkaca-kaca), dan juga kita, jemaatnya. Pesan lainnya
mengenai filosofi hidup tentang bagaimana menjalani hidup meskipun dalam
pergumulan yang sulit adalah "Hidup boleh susah tetapi jangan nyusahin
orang!" Kalimat sederhana yang mengajarkan kita tentang suatu perjuangan
untuk hidup dengan tidak cengeng dan pesimistik, berani menghadapi patihnya
kehidupan tanpa menyusahkan orang lain. Filosofi ini bukan hanya sebuah
semboyan, namun dipraktekkan oleh beliau. Beberapa kali beliau terlihat
berjuang untuk berdiri dan berjalan tanpa bantuan beberapa rekan di sampingnya
adalah sebuah contoh dari bagaimana mempraktekkan prinsip hidup. Kesan lainnya
adalah Guyonannya tentang bagaimana mencari pasangan hidup yang ideal. Bagi
para pria jangan mencari pasangan hidup wanitanya yang bangun jam 12 siang,
sarapan jam 1, mandi keramas jam 3, berbahaya... bagi para wanita sebaliknya,
jangan mencari pasangan pria yang "Merana, merono, merene, mangan,
turu" (pengangguran yang tidak memiliki kerjaan, yang saban hari hanya
makan dan tidur). Pesan humoris yang sangat membekas di hati kita namun sarat
makna. Dan yang tak kalah pentingnya adalah visinya. Beliau memiliki visi yang
luar biasa mengenai masa depan generasi muda gereja yang akan berdiri dihadapan
orang-orang besar dalam Bangsa ini (Amsal 22:29), bukanlah sesuatu yang
berlebihan karena beliau selalu menambahkan kalimat ini dibelakangnya,
"Tuhan akan mempertontonkan karya-karya besar-Nya melalui hidup kita!,
bersama Tuhan kita lakukan perkara-perkara besar!" Bukankah Alkitab
berkata Tidak ada yang mustahi bagi Allah dan Orang percaya?! (Mrk. 9:23;
Luk.1:37).
Sebuah Pengabdian Diri.
Dan yang paling menggetarkan hati
penulis adalah pelayanan terakhir beliau pada minggu, 4 maret 2018, dimana
meskipun dalam keadaan lemah di atas kursi roda, beliau tetap berkomitmen untuk
memegang teguh panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan dalam memimpin
pelayanan perjamuan kudus. Saudara, bagaimana rasanya kita yang sehat dilayani
dan didoakan oleh hamba Tuhan yang sedang dalam kelemahan fisik? Tentu terlalu
mengharukan untuk dijawab. Namun pelayanan terakhir beliau ini meninggalkan
kesan dan teladan iman yang sangat mengesankan bagi kita. Kesan tentang iman
dan kesetiaan dari seorang hamba Kristus. Melihat kesetiaan beliau dalam
mengikuti dan melayani Kristus, penulis teringat sebuah pesan dari John Piper,
suatu saat kita semua akan berdiri di hadapan takhta Kristus, dan kita tidak
mungkin mempersembahkan sesuatu hal yang tidak bernilay kekal dalam hidup kita,
maka Piper memperingatkan bahwa "Jangan menyia-nyiakan hidup anda"
dengan hal-hal yang sia-sia, karena itu merupakan sebuah tragedi yang paling
tragis. Om Hengky mengakhiri pertandingan imannya dengan luar biasa, Ia
tidak menyia-nyikan waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan sehingga hidupnya
merupakan suatu totalitas pelayanan bagi Kristus. Karena menjadi "hamba
Tuhan" dan "Anak Tuhan" adalah suatu panggilan yang tidak
mengenal masa pensiun untuk melayani Tuhan dan sesama, maka seperti hanya Om
Hengky, tidak ada hal lain yang memiliki nilay kekal selain melayani dan
mengasihi Tuhan dan sesama kita.
Mengakhiri Pertandingan Iman.
Sabtu, 17 Maret 2018, pukul 11.33 WIB,
setelah berjuang dengan kelemahan fisiknya beberapa bulan terakhir, Om
Hengky-Kekasih Kristus, Ayah rohani terkasih, berpulang ke rumah Bapa. Dalam
salah satu khotbahnya, Om pernah berkata bahwa hanya mereka yang bertanding
dalam pertandingan iman dan menyelesaikan pertandingannya yang akan memperoleh
mahkota kemuliaan. Tanpa bertanding dalam pertandingan iman, jangan berharap untuk
memperoleh makhota kemuliaan. Seperti khotbahnya dan sejalan dengan pesan
firman Tuhan di atas, Om Hengky telah mengakhiri pertandingan imannya. Dan
seperti janji Tuhan kepada mereka yang setia sampai akhir akan memperoleh
Mahkota, maka dengan dasar ini pula kita percaya bahwa Om telah telah
menerimanya. Di sini kita perlu memahami bahwa pertandingan iman orang percaya
membutuhkan ketekunan, daya tahan, dan kesetiaan sampai akhir. Suatu teladan
yang juga kita jumpai semasa hidup beliau. Prinsip hidup tentang
"Kesetiaan diuji oleh waktu dan terbukti diakhir kehidupan seseorang"
dibuktikan dan dilalui dengan iman serta pengharapan yang teguh. Puji Tuhan!
Saudara, suatu kehidupan yang
didedikasikan bagi kemuliaan Allah adalah tujuan hidup bagi semua orang percaya
(Mat. 5:6; Ef. 2:10) dan Om Hengky berhasil menjalani dan mengakhirinya dengan
luar biasa. Sekarang giliran kita, giliran Saudara dan saya melanjutkan
panggilan dan tugas pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan dan Gereja. Suatu kehormatan
yang melebihi pencapaian tertinggi dalam karier sekuler yang dapat kita capai,
maka pastikan bahwa kita terlibat dalam panggilan kehormatan tersebut hingga di
garis akhir.
Penutup.
"Kematian adalah suatu kepastian
yang tidak pasti" demikian penggalan kalimat dalam khotbah Om Hengky di
beberapa kali pelayanan kedukaan. Suatu pesan eksplisit tentang kematian yang
merupakan takdir bagi umat manusia, yang secara tak terhindarkan dapat datang
kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Khalil Gibran merangkum hal
ini dengan menulis bahwa "syarat untuk mati tidak harus tua dan tidak pula
harus sakit." Sejalan dengan hal ini seorang teolog mengatakan bahwa
kematian tidak mengenal belas kasih. Merenungkan nasihat-nasihat bijak ini,
maka sekali lagi saya mengutip kalimat John Piper di atas, "Jangan
menyia-nyiakan hidup Anda". Seperti teladan iman dan kesetiaan yang telah
diwariskan Om Hengky kepada kita, maka diwaktu yang masih Tuhan anugerahkan
bagi kita, hendaknya dipergunakan dengan sebaik mungkin, semaksimal mungkin
bagi kemuliaan Tuhan, sehingga kita pun dapat mengakhiri pertandingan iman kita
masing-masing, Sebagaimana bunyi akhir dari pujian yang sering dinyanyikan
beliau, "Bila saatnya nanti, ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat".
Kiranya Tuhan memberkati, dan memampukan kita. Amin!
Selamat jalan Kekasih Kristus,
Selamat jalan Ayah rohani terkasih,
Sampai berjumpa di rumah Bapa!
(yb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar