Minggu, 26 Maret 2017

Wacana Kritik

Catatan singkat bagi Prof. Hawking.
Oleh:Yosep Belay




https://www.pinterest.com/jman40/
                Tidak seperti kebanyakan orang, Prof. Hawking memiliki kelebihan langka seperti halnya penyakit yang Ia derita, kecemerlangan pemikiran dan analisa sains khususnya dalam bidang fisiknya begitu mengagumkan. Dari pemikirannya ini pula, Ia menjadi salah satu pemikir sains abat ini yang paling diperhitungkan. Namun sebagai manusia, tentu saja "no body is perfect".

                 Refeleksi singkat ini tidak dimaksudkan untuk menunjukan bahwa seolah-olah saya dapat mengkritisi Prof. Hawking dan menunjukan kelemahan dalam analisa sainsnya. Kritik ini hanya berupa beberapa catatan sederhana dari perspektif teologis dan filosofis yang dapat menjadi world view yang mungkin saja telah luput dari "kacamata" Sang Prof. Beberapa catatan tersebut sebagai berikut:

                1. "Bing Bang", the ultimate theory of science. Seperti kebanyakan kritik yang diajukan oleh para teolog dan filsuf bahwa asal mula dunia ini tidak dapat didasari atas teori Bing Bang karena meskipun "Bing Bang" memiliki kebenaran, namun tentu saja kita masih membutuhkan Tuhan untuk "menata puing-puing ledakan itu menjadi seekor monyet ajaib yang tiba-tiba dapat hidup, bergerak, bernafas, dan membangun koloninya". Lucu ya?... ya, tapi itulah keyakinan iman dari para saintis ateis seperti Prof. Hawking.

                2. "History of time". Dalam bukunya yang terkenal mengenai asal mula waktu, Prof. Hawking mengkritisi asal mula waktu yang kemudian Ia sampai pada kesimpulan bahwa mustahil Tuhan ada karena sebelum adanya "Big Bang" segala sesuatu belum ada termasuk waktu.

                Prof. Hawking Sepertinya lupa, atau mungkin prof. Hawking memiliki konsep Tuhan yang salah. Konsep Tuhan yang "terkurung dalam ruang dan waktu" layaknya berhala-berhala yang tak berdaya. Tentu saja konsep Tuhan demikian bukanlah konsep Tuhan dalam Iman Kristen karena Tuhan dalam Iman Kristen merupakan Allah yang berada diluar waktu (transenden), dan juga dapat berada di dalam ruang dan waktu (imanensi). Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa "waktu" hanya berlaku bagi "ciptaan" bukan pencipta, karena ciptaan terbatas oleh ruang dan waktu, sementara Sang Pencipta tidak!, Ia kekal dari kekal sampai kekal, itulah Tuhan.

                3. Wrong presupposition. Apa yang menyebabkan Prof. Hawking  menolak eksistensi Tuhan dan kehidupan pasca mati adalah semata-mata karena Ia berdiri pada suatu presuposisi sains serta world view yang kaku sehingga kesimpulan yang dicapainya berakhir pada ateisme.

                Sebagai penutup, sebenarnya jika kita renungkan perjalanan hidup dari Prof. Hawking, sesungguhnya Allah telah memberikan anugerah-Nya sehingga Prof. Hawking masih bisa hidup 49 tahun lebih pasca vonis dokter. Kemudian Ia diberi kecerdasan untuk melihat kemuliaan Allah dalam ciptaan, namun sampai sejauh ini Ia tetap "buta". Pada akhirnya memang hanya anugerah Allah saja yang dapat memimpin hidup manusia kepada-Nya.

Iman kepada Allah tidak menjadikan Kekristenan kehilangan rasio, sebaliknya, sains meneguhkan iman, karena sains merupakan  karya Allah dalam wahyu umum yang menyatakan kemuliaan-Nya.

Soli Deo Gloria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar