Kamis, 30 Agustus 2018

RENUNGAN : PENDERITAAN DAN TEGURAN.


Ayub 33:14-19, ”Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. ... maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing. Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya...”.

__________

          Semenjak peristiwa kejatuhan (Kej. 3), pergumulan dan penderitaan hidup sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia, tak terkecuali bagi umat Tuhan. Meski demikian, tidak ada satu pun di antara kita yang ingin hidup menderita. Keinginan ini mendasari kerinduan umat manusia yang terdalam sehingga dimana-mana kita dapat menjumpai beragam penemuan baru juga cara-cara praktis yang diciptakan dan ditawarkan—mulai dari tips-tips sukses, kesehatan, motivasi hidup, keuangan, bahkan dalam kemasan yang paling rohani seperti KKR yang bertemakan kebebabsan finansial, pemulihan ekonomi, kesehatan, hingga paham teologis nyeleneh yang memandang penderitaan sebagai sebuah kutuk, dan bukti dari keadaan iman yang dangkal. Meskipun kelihatan sangat baik dan rohani, namun semua hal ini secara filosofis disugguhi untuk satu tujuan; menghindarkan manusia dari penderitaan hidup—Manusia tidak ingin menderita.

          Penderitaan memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, namun bukan berarti bahwa kita pun harus hidup dengan pasrah, tanpa hikmat, dan tanpa tujuan hidup. Pada titik ini kita harus menghindarkan diri dari dua ekstrem tersebut--penekanan yang ekstreme pada sisi humanisme dan kepasrahan dalam keptus-asaan--dengan berusaha memahami maksud dan rencana Tuhan sesuai kebenaran firman-Nya. Penderitaan hidup memang tidak dapat dihindari karena penderitaan  dapat dialami oleh karena konsekwensi kesalahan kita, juga bisa karena kesalahan orang lain yang berimbas kepada kita, dan terakhir bukan karena kedua hal di atas, tetapi oleh karena  Tuhan yang mengijinkannya seperti kasus Ayub. Dalam kondisi demikian, pemahaman dan sikap/respons yang benar terhadap penderitaan lah yang akan menentukan ke arah mana kita akan melangkah—apakah pada keterpurukan atau kemenangan.   

          Ayat di atas memberikan pemahaman dan cara pandang yang baik mengenai penderitaan. Penderitaan yang terjadi merupakan maksud Allah bagi umatnya untuk “menghalangi manusia dari pada perbuatannya, melenyapkan kesombongannya,... menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut” (ay. 16-18). Keterbatasan dan ketidak-pahaman seringkali menghalangi pemandangan kita terhadap rencana Tuhan dalam hidup kita. Hal ini yang menyebabkan kita tidak tahan dalam penderitaan dan ingin cepat-cepat keluar bahkan dengan segala macam cara. Sementara di sisi lain, Tuhan sengaja “menahan langkah kita” dengan penderitaan, untuk menghindarkan kita dari jerat maut. Suatu teguran yang memimpin kita pada kehidupan. Hal ini yang juga disadari oleh Daud ketika ia menulis mazmurnya, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mzm. 119:71). Penderitaan bagi umat Tuhan harus dipandang dari cara pandang yang benar—suatu instrumen bagi pertobatan maupun suatu batu loncatan bagi kesempurnaan iman—sehingga kita tidak terburu-buru untuk kecewa terhadap Tuhan, atau terburu-buru untuk berusaha keluar dari rencana Tuhan yang justru membawa malapetaka yang lebih serius. Selain pemahaman yang benar, kita perlu “memasang telinga” dengan baik, karena “Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi (sering kali) kita tidak memperhatikannya” (ay. 14). Hal ini pun merupakan penghiburan bagi kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ia terus berbicara kepada kita dalam berbagai cara, termasuk ketika Ia menegur dan menghajar kita dengan keras. Ini merupakan bukti konkret betapa Ia mengasihi kita, karena kita tahu bahwa apa yang Ia lakukan pasti membawa kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Tetap percaya terus berjuang dan berharap selalu kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati, Amin! (yb).
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar