Rabu, 08 Agustus 2018

RENUNGAN : KESETIAAN DI DALAM KETIDAK-SETIAAN



Nas    : Ezra 9:9, Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.

Baca  : Ezra 9:1-15.

__________

          Alkitab merupakan satu-satunya kitab suci yang memuat satu kebenaran unik  dimana Allah semesta alam bersedia “mengikatkan” diri-Nya dengan umat-Nya dalam serangkaian perjanjian. Melalui sejarah perjanjian ini pula kita menyaksikan bagaimana firman Tuhan menggambarkan suatu realitas tentang konsistensi dan kesetiaan Allah pada perjajian itu, serta kondisi sebaliknya, dimana penghianatan demi penghianatan terus dilakukan oleh umat-Nya. Jika ditinjau dalam konteks perjanjian Allah dan umat-Nya maka memang secara hukum pihak yang melanggar perjanjian sudah sepantasnya menerima sangsi, karena perihal perjanjian selalu berkaitan dengan sangsi hukum yang mengikat keduanya. Namun terdapat hal lain mengenai Allah yang sangat mengesankan dalam bacaan ini—kesetiaan-Nya. Hal ini yang dialami oleh umat Tuhan ketika mereka dibuang dan pasca pembuangan dari Babel. 

          Firman Tuhan di atas merupakan salah satu dari rangkaian doa syafaat Ezra pasca kembali dari pembuangan di Babel (Pasal 9). Doa pertobatan dan syafaat yang sebenarnya biasa saja, menjadi tidak biasa ketika ayat ini dikumandangkan. Terdapat dua pesan yang mengagumkan dalam doa Ezra ini. Pertama, Allah kita adalah Allah yang setia, meskipun kita tidak setia. Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami.”  Ezra benar-benar menyadari dua hal dalam kalimat pendek ini. Ezra meyadari konsekwensi dari pelanggaran akan hukum Allah yaitu pembuangan dan perbudakan di Babel. Namun ditengah perbudakan itu Ezra dan umat Israel juga melihat kesetiaan Allah yang luar biasa. Suatu bentuk kesetiaan sejati yang nyata meski sedang berada dalam penghukuman. Kedua hal ini merangkum suatu pengajaran penting dari iman Kristen tentang keadilan Allah dan kasih setia-Nya.  Ezra tahu bahwa keadilan Allah harus dilaksanakan atas pelanggaran umat-Nya yang membawa mereka ke pembuangan di Babel, namun kasih dan kesetiaan Allah juga tidak pernah sedikit pun minggalkan mereka. Di tengah kesesakan itu Allah hadir bersama mereka dan secara berkala memelihara mereka. Ia memang menghukum, namun Ia juga ada di sana untuk mendampingi mereka, Ia setia ditengah-tengah ketidak-setiaan kita agar kita menyadari betapa besar kasih Allah bagi kita, umat-Nya. Jangan berkecl hati ketika kita berada dalam pergumulan hidup, percayalah bahwa Allah kita adalah Allah yang setia, Ia tidak pernah meninggalkan kita untuk bergumul sendirian (Mzm. 23:4).

          Kedua, otoritas dan providensi Allah yang melampaui kuasa dunia. “Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya,”  Bagian ayat ini menerangkan beberapa hal penting bagi kita. Pertama, Tuhan memegang kekuasaan atas pemerintahan dan kerajaan di dunia. Allah menggunakan kerajaan Babel untuk menghukum ketikadak-setiaan Israel, kemudian setelah masa penghukuman yang dinubuatkan selesai, Allah kembali menggunakan kerajaan Persia yang menakhlukkan Babel untuk memulihkan umat-Nya (Ezr.1:1; Rm. 13:1). Allah memegang otoritas tertinggi atas segala pemerintahan di dunia ini. Maka sebagai umat Allah, kita tidak perlu khawatir dan cemas akan siapa yang akan memerintah, karena tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan yang tidak ditentukan oleh-Nya (Rm. 13:1). Seburuk apapun suatu pemerintah, selalu ada pemeliharaan dan maksud Allah bagi umat-Nya di sana. Hal ini terbukti ketika kekuasaan Persia berlangsung, Allah justru menggunakan kerajaan Persia untuk memulihkan umat dan bait-Nya. Mulai dari pemulangan umat Israel, benda-benda di bait Allah yang dijarah pada zaman raja Babel, serta semua biaya pembangunannya ditanggung oleh pihak kerajaan. Sebuah pemeliharaan Tuhan yang sangat ajaib! Pesan kedua adalah pemulihan spiritual. Jika pesan pertama dari kebenaran ini merupakan pesan pemulihan umat, maka pesan kedua dari ayat ini berbicara mengenai pemulihan hubungan rohani dengan Allah Israel yang ditandai dengan pemulihan bait Allah, “...kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya”. Saudara, pemulihan yang Tuhan kerjakan tidak bersifat setengah-setengah; tidak jasmani saja atau rohani saja, namun keduanya. Ini juga yang dinyatakan kepada Ezra dan umat Tuhan pasca pembuangan. Pemulihan yang Tuhan ijinkan haruslah dimaknai secara sejajar antara pembangunan fisik dan rohani, antara jasmani dan spiritual.  Ketika ia memulihkan kita dari pergumula atau sakit penyakit, Ia juga ingin memulihkan kerohanian kita yang juga sakit. Ia mau kita kembali “menegakkan reruntuhan rumah-Nya”, Ia mau kita kembali membangun hubungan intim yang telah rusak dengan-Nya. Datanglah pada-Nya bukan karena mujizat, namun karena hati yang mengasihi-Nya. Inilah pesan pentingnya, pemulihan yang Tuhan kerjakan itu haruslah bermuara pada pemulihan kerohanian kita yang kemudian mempermuliakan Tuhan. 

          Tuhan selalu setia, Ia setia memegang janji-Nya sesuai dengan firman yang diucapkan-Nya, karena Ia tidak dapat mengingkari sifat-Nya (1 Kor. 1:9; 1 Tes. 5:24; 2 Tes. 3:3). Bahkan kesetiaan-Nya itu nyata ditengah penghukuman-Nya kepada umat yang tidak setia. Meski demikian, kiranya kita tidak memahami kesetiaan Allah ini dengan cara yang keliru sehingga mengabaikan konsekwensi dari setiap pelanggaran yang kita buat. Berjuanglah untuk terus setia mengasihi Tuhan meskipun terkadang kita masih tidak setia, karena kesetiaan merupakan wujud nyata dari kasih yang abstrak. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk terus setia sampai akhir! Amin, Tuhan memberkati kita. 

Salam,
yb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar