Nas : Ezra 9:9,
Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak
ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri
Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan
menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di
Yerusalem.
Baca : Ezra 9:1-15.
__________
Alkitab merupakan satu-satunya kitab
suci yang memuat satu kebenaran unik dimana Allah semesta alam bersedia “mengikatkan”
diri-Nya dengan umat-Nya dalam serangkaian perjanjian. Melalui sejarah perjanjian
ini pula kita menyaksikan bagaimana firman Tuhan menggambarkan suatu realitas tentang
konsistensi dan kesetiaan Allah pada perjajian itu, serta kondisi sebaliknya, dimana
penghianatan demi penghianatan terus dilakukan oleh umat-Nya. Jika ditinjau
dalam konteks perjanjian Allah dan umat-Nya maka memang secara hukum pihak yang
melanggar perjanjian sudah sepantasnya menerima sangsi, karena perihal perjanjian
selalu berkaitan dengan sangsi hukum yang mengikat keduanya. Namun terdapat hal
lain mengenai Allah yang sangat mengesankan dalam bacaan ini—kesetiaan-Nya. Hal
ini yang dialami oleh umat Tuhan ketika mereka dibuang dan pasca pembuangan
dari Babel.
Firman Tuhan di atas merupakan salah
satu dari rangkaian doa syafaat Ezra pasca kembali dari pembuangan di Babel
(Pasal 9). Doa pertobatan dan syafaat yang sebenarnya biasa saja, menjadi tidak
biasa ketika ayat ini dikumandangkan. Terdapat dua pesan yang mengagumkan dalam
doa Ezra ini. Pertama, Allah kita adalah Allah yang setia, meskipun kita tidak
setia. “Karena
sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak
ditinggalkan Allah kami.” Ezra benar-benar menyadari dua hal dalam
kalimat pendek ini. Ezra meyadari konsekwensi dari pelanggaran akan hukum Allah
yaitu pembuangan dan perbudakan di Babel. Namun ditengah perbudakan itu Ezra
dan umat Israel juga melihat kesetiaan Allah yang luar biasa. Suatu bentuk
kesetiaan sejati yang nyata meski sedang berada dalam penghukuman. Kedua hal
ini merangkum suatu pengajaran penting dari iman Kristen tentang keadilan Allah
dan kasih setia-Nya. Ezra tahu bahwa keadilan
Allah harus dilaksanakan atas pelanggaran umat-Nya yang membawa mereka ke
pembuangan di Babel, namun kasih dan kesetiaan Allah juga tidak pernah sedikit
pun minggalkan mereka. Di tengah kesesakan itu Allah hadir bersama mereka dan
secara berkala memelihara mereka. Ia memang menghukum, namun Ia juga ada di
sana untuk mendampingi mereka, Ia setia ditengah-tengah ketidak-setiaan kita
agar kita menyadari betapa besar kasih Allah bagi kita, umat-Nya. Jangan
berkecl hati ketika kita berada dalam pergumulan hidup, percayalah bahwa Allah
kita adalah Allah yang setia, Ia tidak pernah meninggalkan kita untuk bergumul
sendirian (Mzm. 23:4).
Kedua, otoritas dan
providensi Allah yang melampaui kuasa dunia. “Ia membuat kami disayangi oleh
raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah
Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya,” Bagian ayat ini menerangkan beberapa hal
penting bagi kita. Pertama, Tuhan memegang kekuasaan atas pemerintahan dan
kerajaan di dunia. Allah menggunakan kerajaan Babel untuk menghukum ketikadak-setiaan
Israel, kemudian setelah masa penghukuman yang dinubuatkan selesai, Allah
kembali menggunakan kerajaan Persia yang menakhlukkan Babel untuk memulihkan
umat-Nya (Ezr.1:1; Rm. 13:1). Allah memegang otoritas tertinggi atas segala
pemerintahan di dunia ini. Maka sebagai umat Allah, kita tidak perlu khawatir
dan cemas akan siapa yang akan memerintah, karena tidak ada pemerintah yang
tidak berasal dari Allah dan yang tidak ditentukan oleh-Nya (Rm. 13:1). Seburuk
apapun suatu pemerintah, selalu ada pemeliharaan dan maksud Allah bagi umat-Nya
di sana. Hal ini terbukti ketika kekuasaan Persia berlangsung, Allah justru
menggunakan kerajaan Persia untuk memulihkan umat dan bait-Nya. Mulai dari
pemulangan umat Israel, benda-benda di bait Allah yang dijarah pada zaman raja
Babel, serta semua biaya pembangunannya ditanggung oleh pihak kerajaan. Sebuah pemeliharaan
Tuhan yang sangat ajaib! Pesan kedua adalah pemulihan spiritual. Jika pesan
pertama dari kebenaran ini merupakan pesan pemulihan umat, maka pesan kedua
dari ayat ini berbicara mengenai pemulihan hubungan rohani dengan Allah Israel
yang ditandai dengan pemulihan bait Allah, “...kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah
Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya”. Saudara, pemulihan
yang Tuhan kerjakan tidak bersifat setengah-setengah; tidak jasmani saja atau
rohani saja, namun keduanya. Ini juga yang dinyatakan kepada Ezra dan umat
Tuhan pasca pembuangan. Pemulihan yang Tuhan ijinkan haruslah dimaknai secara
sejajar antara pembangunan fisik dan rohani, antara jasmani dan spiritual. Ketika ia memulihkan kita dari pergumula atau
sakit penyakit, Ia juga ingin memulihkan kerohanian kita yang juga sakit. Ia
mau kita kembali “menegakkan reruntuhan rumah-Nya”, Ia mau kita kembali
membangun hubungan intim yang telah rusak dengan-Nya. Datanglah pada-Nya bukan
karena mujizat, namun karena hati yang mengasihi-Nya. Inilah pesan pentingnya,
pemulihan yang Tuhan kerjakan itu haruslah bermuara pada pemulihan kerohanian
kita yang kemudian mempermuliakan Tuhan.
Tuhan selalu setia, Ia setia
memegang janji-Nya sesuai dengan firman yang diucapkan-Nya, karena Ia tidak
dapat mengingkari sifat-Nya (1 Kor. 1:9; 1 Tes. 5:24; 2 Tes. 3:3). Bahkan
kesetiaan-Nya itu nyata ditengah penghukuman-Nya kepada umat yang tidak setia. Meski
demikian, kiranya kita tidak memahami kesetiaan Allah ini dengan cara yang
keliru sehingga mengabaikan konsekwensi dari setiap pelanggaran yang kita buat.
Berjuanglah untuk terus setia mengasihi Tuhan meskipun terkadang kita masih
tidak setia, karena kesetiaan merupakan wujud nyata dari kasih yang abstrak. Kiranya
Tuhan memampukan kita untuk terus setia sampai akhir! Amin, Tuhan memberkati
kita.
Salam,
yb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar