Perlombaan Iman
“…marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia…supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” (Ibr. 12:1-3)
Di dalam kekaisaran Yunani/Romawi kuno (abat pertama, pada masa Perjanjian Baru) terdapat stadion-stadion seni dan olehraga berbentuk oval. Stadion demikian disebut sebagai “Amfiteater.” Amfiteater Yunani kuno dibangun membentuk setengah lingkaran, dengan tempat duduk berjenjang di sekitar area pertunjukan (lihat gambar). Orang-orang Yunani/Romawi kuno memiliki hobi untuk menonton perlombaan olahraga dan seni. Tempat ini sering digunakan sebagai sarana hiburan bagi mereka. Penulis surat Ibrani menggunakan penggambaran ini untuk menunjukkan bagi kita perihal keadaan semua orang percaya yang sementara berlomba. Alkitab memberikan visualisasi mengenai bagaimana kehidupan kristiani ini. Lantas apa dan bagaimana perlombaan iman itu? Ada tiga pesan berkaitan dengan jawaban ini:
Pesan pertama, kesadaran bahwa hidup kita dalah sebuah perlombaan iman. Pada ayat pertama dalam bacaan di atas kita membaca frasa “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” dan ajakan untuk “berlomba dalam perlombaan yang diwajibkan” merupakan penggambaran dari bagaimana sebuah perlombaan sedang berlangsung di dalam Afiteater. Firman Tuhan hendak mengigatkan kita bahwa kehidupan kita sebagai orang percaya merupakan kehidupan iman yang sementara berada di dalam arena perlombaan. Suatu perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Tidak ada pilihan lain, selain ikut berpartisipasi dalam lomba. Tetapi dalam berlomba kerap kali ada halangan yaitu “beban dan dosa.” Adalah sebuah kebodohan jika seorang atlit lari yang sementara berlomba, berlari dengan memikul ransel seberat 50 kg pada punggungnya. Beban itu akan menyebabkan ia cedera dan bahkan bisa membunuhnya. Itu sebabnya sebelum memulai perlombaan iman kita perlu “membereskan beban-beban itu” bagurlah kita dapat berlomba dengan maksimal. Dalam kehidupan kita setiap hari, kita dipanggil untuk masuk dalam perlombaan iman untuk menjadi terang dan garam. Kita berlomba di tempat pekerjaan, di rumah, di sekolah, di pasar dan dimana saja. Di dalam perlombaan itu kita disaksikan banyak saksi-saksi, ada keluarga, saudara seiman, ada sahabat, teman dan orang lain. Itu sebabnya kita perlu mempersiapkan diri dengan baik dan menjalani kehidupan dengan sungguh-sungguh sesuai kebenaran firman sehingga bisa menjadi berkat.
Pesan kedua, memahami prinsip perlombaan iman. Hal yang sangat penting mengenai bagaimana perlombaan iman itu harus dilakukan dijelaskan pada ayat ke-2a, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus.” Perlombaan iman kita harus dilakukan dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Mengapa harus dilakukan dengan mata yang tertuju pada Yesus? Ini perbedaan penting mengenai makna hidup orang percaya dan tidak percaya. Di dalam kehidupan orang tidak percaya, fokus hidup mereka hanya tertuju pada diri sendiri. Itu sebabnya mereka akan berjuang mati-matian untuk memuaskan keinginan pribadi. Fokus dan tujuan hidup orang yang tidak percaya berpusat pada dirinya. Karena hanya berfolus pada diri sendiri, orang-orang demikian akan cenderung egois, tidak peduli dengan lingkungan dan bahkan memanfaatkan Tuhan untuk mencapai ambisinya. Sementara kita tidak, kita menjalani kehidupan dengan mata yang tertuju pada Kristus. Kristus adalah tujuan hidup kita, firman-Nya menjadi penuntun dan koreksi bagi etika kita dan teladan-Nya menjadi gambaran kehidupan yang ideal bagi orang percaya (Gal. 2:20). Fokus hidup kita harus tertuju pada Kristus karena hanya melalui dan bersama Dia kita akan dipimpin menuju iman yang sempurna. Di luar kristus, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 15:5).
Pesan ketiga, tetaplah memandang
Kristus meskipun dalam pertandingan iman yang sulit. “I have decided to follow Jesus; no turning back, no turning back”
(“Mengikut Yesus keputusanku, ku tak ingkar, ku tak ingkar”—Kidung Keesaan 339)
adalah syair lagu Hymn yang dinyanyikan oleh Sadhu Sundar Singh, seorang hamba
Tuhan di India sebelum ia dieksekusi karena imannya. Singh menunjukkan
bagaimana komitmen iman ketika melalui lembah kekelaman bersama Kristus, Allah
yang setia. Dalam pergumulan iman yang sulit itu Singh tetap mengarahkan
pandangannya pada Kristus dan tidak berpaling dari imannya. Dalam perjalanan
kehidupan dan pengiringan kita akan Tuhan, ada saatnya kita berada dalam
“lembah yang kelam,” masa-masa sulit dalam kehidupan kita. Namun sekali lagi,
firman Tuhan memberi kekuatan bagi kita dengan sebuah nasihat, “Ingatlah
selalu akan Dia (Kristus)…supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”
Ingatlah akan Tuhan, jangan putus asa! Dia Allah yang setia, Allah yang
menyertai kita (Mat. 1:23) bahkan di dalam lembah kekelaman sekalipun (Mzm.
23:4). Maka dengan mata dan hati yang tertuju pada Kristus, mari lanjutkan
perlombaan iman kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar