Rabu, 05 Juli 2023

“MENGENAL KRISTUS MELALUI JALAN SALIB”

 

RINGKASAN KHOTBAH GSPDI FILADEFIA MARGAASIH

MINGGU, 16 APRIL 2023

TEMA: “MENGENAL KRISTUS MELALUI JALAN SALIB”

NAS: LUKAS 23:32-43; MATIUS 16:13-17.

Oleh: Yosep Belay, M.Th


PENDAHULUAN

           Tema atau visi tahunan GSPDI Filadelfia sangat menarik, “Umat yang mengenal Allah, kuat dan bertindak.” Pengenalan akan Allah berdampak pada kekuatan iman dan pengharapan yang memampukan kita umat-Nya untuk bertindak. Seperti pengenalan kita akan orang tua kita misalnya. Pada saat kita kecil, kita mengenal orang tua kita dan sepenuhnya yakin bahwa mereka tidak mungkin memberikan hal-hal yang buruk bagi kita. Maka dengan dasar pengenalan itu pula kita menerima makanan saat disuapi oleh mereka. Pengenalan dan kepercayaan juga sangat penting dalam beriman kepada Tuhan. Itu sebabnya pengenalan yang keliru akan berdampak pada tindakan, keputusan atau bahkan pengharapan yang keliru pula.

       Kali ini kita akan belajar mengenai bagaimana mengenal Tuhan Yesus dari peristiwa salib dan respons penjahat yang disalib sebagai representasi dari pengenalan yang benar akan Kristus.

BAHASAN & EKSPOSISI NAS

1.     Pengenalan yang Keliru tentang Kristus (ay.  32-39)

            Beberapa bentuk pengenalan mengenai Mesias dalam nas ini:

·   Pengenalan Orang-orang Yahudi dan Para pemimpin/Imam dan Ahli Taurat (ay. 35; Mat. 27:39-43). Kata mereka, “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.”

·    Pengenalan para prajurit Romawi (ay. 36). Kata mereka, “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi (Mesias/Kristus), selamatkan diri-Mu.”

·    Identifikasi Tulisan di Atas Kepala Kristus (ay. 38). Bagian ini merupakan interpretasi Pilatus mengenai Yesus dari pernyataan Orang Yahudi namun secara politis. Keterangan itu tertulis, “Inilah raja orang Yahudi (Mesias/Kristus).”

·  Pengenalan salah seorang penjahat (ay. 39). Salah seorang penjahat di samping Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus (Mesias)? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” 

Pengenalan orang-orang di atas, baik orag Yahudi, para Imam, Penjahat dan juga orang Romawi semuanya memandang Mesias dalam pemahaman ekonomi, sosial dan politik seperti di masa kerajaan Daud. Mesias yang dipandang sebagai Juruselamat yang mampu melepaskan mereka dari penderitaan, penjajahan dan mendatangkan kemakmuran. Ini memang cara pandang abat pertama dari tradisi para Rabi yang telah berkembang perihal Mesias sebagai Juruselamat ekonomi dan politik. Hal ini juga bahkan terlihat dari pengelanan para Murid, secara khusus Petrus.

          Dalam perjalanan pelayanan Kristus di dalam Matius 16:13-17, Tuhan Yesus pernah menanyakan perihal identitas-Nya kepada para murid-Nya. Dalam percakapan itu, Tuhan Yesus menggunakan dua pertanyaan menarik: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Pertanyaan pertama ini dikemukakan untuk mengetahui sejauh mana para Murid memperoleh informasi akan pengenalan orang-orang di sekitar mereka mengenai Tuhan Yesus. Sementara pertanyaan kedua adalah pertanyaan yang lebih spesifik dan bersifat pribadi, “Tetapi apa katamu siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Jawaban Petrus itu memang jawaban yang tepat, tetapi bukan dalam konsep yang tepat. Petrus dan para Murid mengakui Yesus sebagai Mesias, namun Mesias dalam pengertian Juruselamat dari urusan ekonomi, sosial dan politik. Mesias yang akan selalu membuat mukzijat kesembuahan dan mengenyangkan perut, sehingga mereka makmur sentosa. Itu sebabnya Petrus tidak rela Yesus di salib, saat Tuhan Yesus memberitakan tentang kematian-Nya, Petrus langsung menarik-Nya dan berkata, “Kiranya Allah menajuhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Mat. 16:22). Mengapa Petrus melakukan hal itu? Karena pengenalan dan pengharapan mereka akan Mesias/ Juruselamat hanya didasarkan pada model Mesias ekonomi, sosial-poiltik dan kemakmuran sehingga jika Yesus mati pengharapan itu akan sirna.

         Orang-orang Kristen yang memiliki pemahaman keliru akan menempatkan Kristus sebagai “Mesias yang Lain” dalam hidup mereka. Mesias yang mereka ciptakan seturut kemauan sendiri untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka. Kekristenan Sekuler atau orang Kristen yang duniawi hanya akan menempatkan Tuhan Yesus sebagai Mesias/ Juruselamat yang membebaskan dari penderitaan, sakit penyakit, memberkati, sukses dan berkelimpahan materi sepanjang hidup. Setiap penderitaan dan salib yang datang, mereka tolak “dalam nama Yesus!” Tidak boleh ada penderitaan dan salib dalam hidup mereka. Fokus hidup mereka hanya berorientasi pada hal-hal lahiriah dan duniawi. Mengenai orang-orang percaya demikian, Paulus mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling malang karena iman dan pengharapan mereka hanya ditempatkan kepada hal-hal duniawi (Bdk. 1 Kor. 15:19; 2 Kor. 5:16b).

            Itu sebabnya kita perlu memiliki pemahaman yang tepat mengenai Kristus sehingga kita dapat menempatkan diri dan memperlakukan Dia dengan benar. Salah memahami Tuhan akan berdampak pada sikap dan penyembahan yang salah pula.

2.     Pengenalan yang benar akan Kristus (ay. 40-42)

            Hal yang paling menarik sekaligus ironi adalah kita harus belajar mengenal Tuhan Yesus dari seorang mantan penjahat. Namun terkadang Tuhan memang dapat mengajari dan meluruskan kita menggunakan tongkat yang bengkok, seperti Bileam yang diperingati oleh keledai tunggangannya. Tetapi inilah faktanya, si mantan penjahat ini justru lebih mengenal Kristus dibanding siapapun, termasuk murid-murid Tuhan Yesus sendiri. Greg Laurie, menulis: “Tampaknya pada saat ini pencuri ini, yang baru hidup secara rohani beberapa saat sebelumnya, memiliki wawasan rohani yang lebih banyak daripada pengikut terdekat Yesus mana pun!” Orang-orang Yahudi hendak meminta Yesus untuk menyelamatkan diri-Nya, penjahat disampingnya juga demikian, namun secara ironi, Ia memang sementara menjalankan misi dan karya keselamatan itu. Disinilah letak pemahaman yang tidak sejalan dengan cara pandang Allah. Namun berbeda dengan cara pandang si penjahat ini. Dia mampu memahami Siapa Kristus dan apa yang sementara di kerjakan, juga bagaimana Ia akan datang dalam kemuliaan kerajaan-Nya.  

            Di atas telah disinggung perihal pemahan si penjahat ini yang sepertinya secara perlahan berubah selama perjalananna memikul salib. Si penjahat ini kemungkinan juga merupakan orang Yahudi karena ia memahami mengenai pengharapan Mesias seperti yang nampak dari perkataannya. Jika ia adalah orang Yahudi maka ia pasti telah belajar dan memahami Hukum Taurat serta janji dan pengharapa mengenai Mesias. Dia juga pasti telah mendengar tentang Yesus namun mungkin tidak pernah berjumpa secara langsung. Di dalam perjalanan dan di salib itulah Ia mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Kristus. Perjalanan salib adalah momentum perjumpaan pribadinya dengan Kristus. Perjumpaan yang diresponi dengan keputusan yang tepat sehingga ia memperoleh pengampunan dan keselamatan.

       Perjalanan menuju salib ini memberikan penggambaran mengenai bagaimana Tuhan menggunakan kesulitan-kesulitan hidup kita untuk membawa kita berjumpa dengan Dia. Sepanjang via dolorosa, sepanjang perjalanan pergumulan itu Tuhan seperti menutup semua pintu-pintu yang menjadi perharapan bagi kita. Tidak ada jalan keluar, tidak ada harapan, tidak ada orang-orang yang dapat dimintai pertologan. Tuhan membawa kita sampai pada titik-titik paling kritis dalam hidup kita sehingga tidak ada siapa pun, selain hanya kita dan Tuhan. Di atas salib itu, si penjahat menyerah pada anugerah dan kasih Allah.

         Dari seorang penjahat yang tidak berpengharapan, menuju ciptaan baru yang berkemenangan bersama Kristus. Terdapat tiga pesan penting yang dapat kita pelajari dari pernyataan anak Tuhan yang X-penjahat ini:

·        Mengenal dan berjumpa dengan Kristus melalui Penderitaan salib.

·        Dari pengenalan menuju pertobatan (ay. 40-41).

·     Dampak dari Pengenalan yang benar (ay. 42-43): Pertama, Tumbuhnya Iman dan pengharapan (ay. 42). Kedua, Memperoleh keselamatan (ay. 43).

3.     Mengenal Kristus Lebih Dekat Melalui Dua Perkataan Salib (ay. 34, 43).

            Di salib, terdapat tujuh ucapan Kristus yang menjadi renungan Paskah yang cukup mendalam. Bapak-Ibu, ucapan seseorang memberikan gambaran dari karakteristik orang tersebut. Demikian juga dengan ucapan Kristus di salib. Menariknya, dua dari tujuh ucapan itu terdapat dalam bacaan Injil Lukas yang menjadi bahasan kita kali ini. Kedua ucapan tersebut merupakan ucapan yang sangat luar biasa dan tidak mungkin diucapkan oleh manusia mana pun. Itu sebabnya kita menolak anggapan-anggapan orang di luar sana yang mengatakan bahwa yang di salibkan itu bukan Tuhan Yesus tetapi ada yang diserupakan dengan-Nya. Karena dari perkataan salib ini kita dapat melihat kemuliaan Kristus yang luar biasa.

            Dari dua perkataan Tuhan ini kita akan melihat dua kebenaran mengenai siapa Kristus:

·        Ungkapan Kasih-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Seorang hamba Tuhan memberikan penggambaran yang luar biasa mengenai doa Tuhan Yesus ini, “Dari mulut Yesus Kristus mengalir karunia, kasih, pengampunan dan doa syafaat. Doa syafaat Kristus ini disertai dengan pengorbanan. Sambil berdoa bagi orang lain, sambil diri-Nya sendiri berkorban bagi orang yang Ia doakan itu.” Luar biasa! Halleluya!

          Hal lainnya yang sangat mengesankan adalah, perkataan pertama ini merupakan doa Tuhan Yesus bagi mereka yag menganiaya diri-Nya di saat yang paling menyakitkan di atas salib. Warren W. Wiersbe memberikan penjelasan singkat yang menarik, “Tujuh kata terakhir Tuhan kita dari kayu salib penting bukan hanya karena orang yang mengucapkannya, tetapi juga karena tempat di mana kata-kata itu diucapkan. …Ketujuh kata terakhir dari salib ini adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat ke dalam kekekalan dan melihat hati Sang Juruselamat, juga melihat inti dari berita Injil.” Bapak-Ibu Jemaat Tuhan, dalam bahasa Inggris, ada frasa penting yang tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, “Dan pada saat itu Yesus berkata…” Saat seperti apa itu? Saat paling melelahkan dimana dilanjutkan dengan para prajurit Romawi itu memaku dan kemudian menegakkan salib. Pada peristiwa ini, berat dari tubuh-Nya seketika ditopang oleh paku-paku yang menancap pada tangan dan kaki-Nya. Inilah saat-saat yang paling mengerikan dalam peristiwa salib. Tidak ada kata-kata hujat, kata-kata kotor, tetapi kasih dan pengampunan! Suatu teladan hampir-hampir mustahil kita teladani. Kristus bukan hanya mengajarkan mengenai kasih dan pengampunan, namun Ia nunjukkan kasih dan pengampunan itu pada situasi yang mustahil dilakukan oleh siapapun! Kasih yang sejati selalu disertai dengan pengampunan yang tulus, itulah yang didemonstrasikan Kristus di atas kayu salib. Karena Kristus telah memberikan teladan mengenai kasih dan pengampunan, maka hendaklah kita pun mengikuti teladan-Nya itu.

·        Ungkapan Otoritas dan kuasa-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

“Amin! (Pasti!/Sungguh benar!) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

             Penggambaran kuasa dan otoritas Kristus dalam perkataan kedua-Nya dapat dibagi dalam tiga pokok:

“Aku berkata kepadamu”: Menyatakan Otoritas Kristus yang memegang kuasa untuk menentukan.

Hari ini juga…bersama dengan Kristus”: Menyatakan otoritas Kristus yang menentukan waktu keselamatan bagi seseorang yang berkenan pada-Nya.

“Di dalam Firdaus”: Menyatakan otoritas Kristus yang memiliki dan menentukan siapa saja yang dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya/surga.

PENUTUP

            Tiga Kesimpulan akhir khotbah ini:

1. Pengenalan yang benar akan membawa kita pada pertobatan, iman dan pengharapan di dalam Kristus.

2.     Dua ucapan Kristus di atas salib, memberikan pengajaran penting mengenai kasih, pengampunan dan otoritas-Nya di dalam Surga.

3.   Di dalam Kristus, ada pengharapan dan jaminan keselamatan kekal. Maka ketika kita membaca penegasan Kristus tentang “Hari ini,” Ia memanggil kita menuju pertobatan, responilah dengan sungguh-sungguh.

Tuhan Yesus memberkati kita, amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar