Rabu, 05 Juli 2023

"LUKA-LUKA KRISTUS SEBAGAI TANDA IMAN"

RENUGAN PASKAH 2023

"LUKA-LUKA KRISTUS SEBAGAI TANDA IMAN"

NAS: YOHANES 20:19-31

            Dalam ilmu linguistik terdapat salah satu bidang kajian yang secara khusus mengkaji mengenai tanda dan makna. Bidang ilmu ini disebut sebagai semiotika. Semiotika mempelajari tentang tanda-tanda dan maknanya. Misalnya ketika kita berkendara dan sampai pada pemberhentian lampu merah, kita akan menafsirkan “lampu merah” yang sementara menyala itu sebagai tanda yang berarti “berhenti.” Demikian juga lampu kuning, bermakna bersiap-siap dan lampu hijau memberikan tanda untuk kita segera melanjutkan perjalanan. Dalam Alkitab, kita juga menjumpai pola-pola yang sama dalam pelayanan Tuhan Yesus. Saat menyampaikan pesan-Nya, Kristus beberapa kali memberikan tanda-tanda yang merujuk pada makna atau pesan tertentu. Misalnya dalam Matius 12:38-42, ketika Ia menegaskan suatu tanda, yaitu “tanda nabi Yunus” yang merujuk pada kematian dan kebangkitan-Nya. Kemudian mukzijat yang dilakukan-Nya juga merupakan tanda mengenai Siapa diri-Nya. Misalnya mukjizat air menjadi anggur pada perkawinan di Kana, Alkitab menyebutnya “sebagai yang pertama dari tanda-tanda…kemuliaan-Nya.” (Yoh. 2:11) Demikian juga dalam peristiwa Paskah dimana salib merupakan tanda kehinaan dan penderitaan, sekaligus menjadi tanda keselamatan bagi orang percaya. Sementara dalam bacaan nas ini, kebangkitan Kristus dan penyataan diri-Nya bagi para Rasul, secara khusus bagi Rasul Tomas, luka-luka di tubuh Kristus juga menjadi tanda bagi kemenangan-Nya atas maut. Ia yang mati tiga hari yang lalu itu benar-benar telah bangkit dan hidup.

            Hal yang menarik bahwa pasca kebangkitan itu, tubuh Kristus yang telah mengenakan tubuh kemuliaan dimana meskipun masih dalam bentuk jasmani namun tidak dibatasi ruang dan waktu. Ia dapat menembus pintu-pintu yang terkunci dengan rapat saat para Murid sementara berkumpul. Hal yang paling menarik adalah meskipun Ia telah mengenakan tubuh kemuliaan, namun bekas luka-luka pada tangan, lambung dan kaki-Nya tetap ada. Kristus seperti dengan sengaja membiarkan bekas luka-luka itu pada tubuh-Nya karena Dia tahu ada murid-Nya yang skeptis seperti Tomas. Murid yang ragu-ragu, murid yang kritis, murid yang tidak mudah percaya. Murid yang memang setia mengikut Tuhan tetapi menaruh keyakinannya pada bukti-bukti empiris (bukti-bukti yang dapat dilihat mata). Singkatnya, bukti mendahului iman. Kalau ada bukti baru percaya. Kalau Tuhan membuat mukjizat baru percaya. Jemaat Tuhan, Tomas mewakili karakter orang percaya yang demikian. Orang percaya yang tidak mudah percaya, Orang percaya tetapi kurang percaya. Namun kita perlu perhatikan dengan seksama karakter Kristus dalam memberikan respons. Ini yang luar biasa! Kristus seperti sengaja meninggalkan bekas luka-luka-Nya itu sebagai “tanda” bagi ketidak percayaan Tomas. Jemaat Tuhan, ketika kita membaca perjumpaan Murid-murid lain dengan Tuhan Yesus pada perikop sebelumnya (Yoh. 20:19-23), mereka langsung percaya dan bersukacita. Tetapi berbeda dengan Tomas. Jadi bekas luka-luka pada tubuh Kristus itu seperti merupakan pesan pribadi Tuhan Yesus bagi Tomas.  Kristus tidak mengutuk keragu-raguan yang tulus dari mereka yang benar-benar mencari-Nya, tetapi Ia membuka diri dan  meberikan kesempatan bagi Tomas untuk mengujinya sendiri.

            Jemaat Tuhan, Iman pribadi kita yang paling mendalam diperoleh dari relasi secara pribadi dengan Tuhan. Tomas mungkin sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan Yesus, secara kognitif (pengetahuan akali), dia telah mengetahui berbagai macam pengajaran iman dari Tuhan, tetapi dia belum memiliki iman yang kokoh. Mengapa? Karena dia belum memiliki pengalaman pribadi yang menyentuh hati nuraninya yang terdalam. Itu sebabnya, bekas dari luka-luka Tuhan Yesus itu menjadi tanda yang mengubah arah iman Tomas dan orang-orang percaya di sepanjang zaman. Peristiwa perjumpaan Tomas dengan Kristus itu merupakan momentum yang mengubah cara pandang, kehidupan dan iman Tomas. Dia yang tadinya hanya menganggap Kristus sebagai seorang rabi/guru Yahudi yang revolusioner, seketika dengan takjub berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Jika Petrus menyerukan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16), maka Tomas melangkah lebih jauh, dia memproklamasikan Kristus sebagai Tuhan dan Allahnya! Perjumpaan itu juga mengubah dan mengobarkan arah hidup Tomas untuk menjadi Martir bagi Kristus, bahkan hingga ke India.

            Pada Momentum Paskah ini kita kembali diingatkan dengan pesan Kristus bagi Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” (ay. 29). Tujuan dari tanda-tanda pada luka-luka Kristus itu hanya untuk satu hal, yaitu agar kita dapat beriman sepenuh hati pada-Nya. Seperti penegasan penting pada bagian akhir dari perikop ini: “Supaya kamu percaya bahwa Yesuslah mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup yang kekal” (ay.31). Paskah demonstrasi kasih Allah yang menyelamatkan sekaligus merupakan undangan bagi semua umat manusia untuk diselamatkan. Maka jangan lagi ragu-ragu seperti Tomas. Mari, percaya dan percayakanlah hidup kita pada Kristus karena hanya melalui Dia kita memperoleh hidup yang kekal. Selamat Paskah, Shalom!

_____________________

Cat. Artikel ini telah diterbitikan pada Warta Jemaat GPI Immanuel Bandung, April 2023.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar