Rabu, 19 September 2018

STUDI DOKTRINAL: PENCIPTAAN, KEJATUHAN, DAN PENEBUSAN.


Penciptaan, Kejatuhan, dan Penebusan Dalam Konteks Teologis.
 


          Penciptaan, Kejatuhan, dan Penebusan merupakan tiga tema utama yang termasuk dalam pengajaran penting iman Kristen. Dipandang dari sudut kronologis, maka terdapat tiga pandangan dari para Teolog mengenai urutan keselamatan, yaitu  Supralapsarian, Infralapsarian dan Sublapsarian.[1] Jika dikategorikan dengan tema ini maka secara sederhana urutan ini (“Penciptaan, Kejatuhan, dan Penebusan”) dapat digolongkan ke dalam kelompok “Infralapsarian” dan “Sublapsarian”. Urutan ini termasuk dalam dua kelompok tersebut karena disorot dari sudut pandang kronologis pewahyuan Alkitab dimana dimulai dari proses penciptaan (Kej. 1 dan 2), kemudian Kejatuhan manusia (Kej. 3), dan  Penebusan di dalam Kristus (Kej. 3:15, 3:21. Bdk. Yoh. 1:29; Ef. 2:5).

Korelasi Teologis.

          Ketiga unsur ini memiliki hubungan yang sangat jelas dan logis. Suatu hubungan yang secara mendalam menggambarkan mengenai siapakah manusia itu, seperti apakah dia, dan kebutuhannya  yang paling mendalam. Disisi lain, hubungan ketiga hal ini juga menggambarkan kebaikan, kemurahan, dan anugerah Allah Tritunggal bagi manusia, ciptaan-Nya. 

          Penciptaan. Ketika kita menggunakan kata “Penciptaan”, maka secara logis kita mendapati dua kebenaran di dalamnya, yaitu kebenaran mengenai Sang Pencipta dan yang dicipta. Dalam konteks teologis Alkitab menerangkan kepada kita bahwa “Manusia adalah makhluk ciptaan Allah”. Manusia ada karena dicipta, ia tidak berasal dari suatu proses evolusi acak seperti teori Darwin, dengan demikian sebagai ciptaan ia terbatas dan bergantung kepada Allah. Ia juga memiliki suatu tujuan karena tidak ada suatu hal yang diciptakan tanpa ada tujuan yang jelas (Ef. 2:10).

           Kejatuhan. “Kejatuhan” merupakan istilah teologis yang merujuk kepada suatu peristiwa dimana manusia, ciptaan Allah yang sebelumnya “baik” itu kini telah berada dalam kuasa maut oleh karena perbuatan dosa (melanggar hukum Allah) yang dilakukannya (Kej. 2:17; Pasal 3). Kejatuhan ini bukan hanya berhubungan dengan dosa “Adam dan Hawa” namun sekaligus juga merupakan hubungan dengan “natur” dosa semua umat manusia. Maksudnya, karena Adam dan Hawa adalah benih pertama dari seluruh umat manusia yang telah ternoda dan dikuasai oleh maut, maka semua manusia yang lahir dari keturunan mereka mewarisi natur/sifat dosa (Kej. 5:3; Mzm. 51:5; Rm. 3:23).  Seperti sebuah penyakit mematikan yang menular secara turun-temurun dari keturunan sebelum kita, demikan kehidupan semua manusia berada dibawah kuasa dosa dan maut yang diwariskan dari Adam nenek moyang manusia (Rm. 5:12, 15). Kejatuhan menggambarkan dua kebenaran mengenai manusia, yaitu semua manusia telah berdosa dan patut dihukum Allah. Kedua, semua manusia membutuhkan keselamatan atau lebih tepat membutuhkan Juruselamat.

          Penebusan. Penebusan dalam konteks teologis mengindikasikan dua hal, pertama adanya objek penebusan dan subjek dari karya penebusan itu. Pada bagian “Kejatuhan” di atas, Alkitab menjelaskan mengenai “Objek” dan “Subjek” dari penebusan ini. Objeknya adalah “manusia” yang telah berdosa dan mati karena pelanggaran, sementara “Subjek”nya adalah Allah. Kejadian 3:8-9 menunjukan bahwa Allah mencari manusia yang terhilang itu, Allah “berjalan” dan “memanggil mereka”. Allah adalah Subjek keselamatan manusia. Ia yang mencari manusia bukan manusia yang mencari Allah. Keberdosaan, kerusakan, dan keterbatasan manusia sebagai makhluk ciptaan, tidak memungkinkan ia untuk mencari dan berjumpa dengan Allah yang sejati, untuk itulah Kristus telah datang kepada kita, umat manusia yang berdosa (Luk. 5:23; Yoh. 1:14; 12;46). Di dalam Perjanjian Baru, hal ini semakin diperjelas melalui karya penebusan yang dinyatakan dalam karya salib Kristus. Nubuatan tentang “pakaian dari kulit hewan” sebagai pakaian Adam yang menjadi simbol penumpahan darah sebagai penebusan dosa dalam perjanjian Lama (Kej. 3:21; Ibr. 9:22), kini digenapi oleh Kristus yang adalah “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” (Yoh. 1:29; bdk. juga, Why. 5:9).

Penutup.

          Peta pewahyuan Alkitab selalu berbicara secara konsisten mengenai sejarah perjalanan umat manusia hingga menuju kesudahannya. Alkitab juga memberikan alasan serta dasar-dasar yang kuat mengapa manusia itu jatuh, keadaan setelah jatuh, kebutuhan keselamatannya, dan bagaimana ia dapat diselamatkan. Hanya Alkitab yang memberikan pewahyuan paling konsisten dengan penjabaran yang sangat mendetail. 

          Sementara dalam konteks penciptaan, kejatuhan, dan penebusan dalam hubungan teologis, ketiganya tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya karena terdapat korelasi yang terhubung. Ketiga hal ini memperlihatkan betapa rusaknya manusia yang jatuh dalam dosa itu, serta menunjukan suatu hal yang luar biasa mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih yang merelakan Anak-Nya yang tunggal sebagai pendamaian bagi manusia berdosa. Kasih yang tidak layak bagi para pendosa seperti kita, namun karena anugerah-Nya yang mulia, kita menerima keselamatan di dalam penebusan Kristus. Singkatnya, korelasi dari tiga kebenaran ini memperlihatkan betapa rusaknya kita sebagai manusia, dan betapa mulianya anugerah Allah di dalam Kristus.  Amin! (yb)._



[1]Pelajari lebih lanjut di,  http://artikel.sabda.org/ajaran_tentang_ketetapan_tuhan_doctrine_devine_decree.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar