Penciptaan,
Kejatuhan, dan Penebusan Dalam Konteks Teologis.
Penciptaan, Kejatuhan, dan Penebusan
merupakan tiga tema utama yang termasuk dalam pengajaran penting iman Kristen. Dipandang
dari sudut kronologis, maka terdapat tiga pandangan dari para Teolog mengenai
urutan keselamatan, yaitu
Supralapsarian, Infralapsarian dan Sublapsarian.[1]
Jika dikategorikan dengan tema ini maka secara sederhana urutan ini (“Penciptaan,
Kejatuhan, dan Penebusan”) dapat digolongkan ke dalam kelompok “Infralapsarian”
dan “Sublapsarian”. Urutan ini termasuk dalam dua kelompok tersebut karena disorot
dari sudut pandang kronologis pewahyuan Alkitab dimana dimulai dari proses
penciptaan (Kej. 1 dan 2), kemudian Kejatuhan manusia (Kej. 3), dan Penebusan di dalam Kristus (Kej. 3:15, 3:21.
Bdk. Yoh. 1:29; Ef. 2:5).
Korelasi Teologis.
Ketiga unsur ini memiliki
hubungan yang sangat jelas dan logis. Suatu hubungan yang secara mendalam
menggambarkan mengenai siapakah manusia itu, seperti apakah dia, dan
kebutuhannya yang paling mendalam.
Disisi lain, hubungan ketiga hal ini juga menggambarkan kebaikan, kemurahan,
dan anugerah Allah Tritunggal bagi manusia, ciptaan-Nya.
Penciptaan. Ketika kita menggunakan kata
“Penciptaan”, maka secara logis kita mendapati dua kebenaran di dalamnya, yaitu
kebenaran mengenai Sang Pencipta dan yang dicipta. Dalam konteks teologis
Alkitab menerangkan kepada kita bahwa “Manusia adalah makhluk ciptaan Allah”. Manusia
ada karena dicipta, ia tidak berasal dari suatu proses evolusi acak seperti
teori Darwin, dengan demikian sebagai ciptaan ia terbatas dan bergantung kepada
Allah. Ia juga memiliki suatu tujuan karena tidak ada suatu hal yang diciptakan
tanpa ada tujuan yang jelas (Ef. 2:10).
Kejatuhan. “Kejatuhan” merupakan istilah
teologis yang merujuk kepada suatu peristiwa dimana manusia, ciptaan Allah yang
sebelumnya “baik” itu kini telah berada dalam kuasa maut oleh karena perbuatan
dosa (melanggar hukum Allah) yang dilakukannya (Kej. 2:17; Pasal 3). Kejatuhan ini
bukan hanya berhubungan dengan dosa “Adam dan Hawa” namun sekaligus juga
merupakan hubungan dengan “natur” dosa semua umat manusia. Maksudnya, karena
Adam dan Hawa adalah benih pertama dari seluruh umat manusia yang telah ternoda
dan dikuasai oleh maut, maka semua manusia yang lahir dari keturunan mereka
mewarisi natur/sifat dosa (Kej. 5:3; Mzm. 51:5; Rm. 3:23). Seperti sebuah penyakit mematikan yang menular
secara turun-temurun dari keturunan sebelum kita, demikan kehidupan semua
manusia berada dibawah kuasa dosa dan maut yang diwariskan dari Adam nenek
moyang manusia (Rm. 5:12, 15). Kejatuhan menggambarkan dua kebenaran mengenai
manusia, yaitu semua manusia telah berdosa dan patut dihukum Allah. Kedua, semua
manusia membutuhkan keselamatan atau lebih tepat membutuhkan Juruselamat.
Penebusan. Penebusan dalam konteks
teologis mengindikasikan dua hal, pertama adanya objek penebusan dan subjek
dari karya penebusan itu. Pada bagian “Kejatuhan” di atas, Alkitab menjelaskan
mengenai “Objek” dan “Subjek” dari penebusan ini. Objeknya adalah “manusia”
yang telah berdosa dan mati karena pelanggaran, sementara “Subjek”nya adalah
Allah. Kejadian 3:8-9 menunjukan bahwa Allah mencari manusia yang terhilang
itu, Allah “berjalan” dan “memanggil mereka”. Allah adalah Subjek keselamatan
manusia. Ia yang mencari manusia bukan manusia yang mencari Allah. Keberdosaan,
kerusakan, dan keterbatasan manusia sebagai makhluk ciptaan, tidak memungkinkan
ia untuk mencari dan berjumpa dengan Allah yang sejati, untuk itulah Kristus
telah datang kepada kita, umat manusia yang berdosa (Luk. 5:23; Yoh. 1:14;
12;46). Di dalam Perjanjian Baru, hal ini semakin diperjelas melalui karya
penebusan yang dinyatakan dalam karya salib Kristus. Nubuatan tentang “pakaian
dari kulit hewan” sebagai pakaian Adam yang menjadi simbol penumpahan darah sebagai
penebusan dosa dalam perjanjian Lama (Kej. 3:21; Ibr. 9:22), kini digenapi oleh
Kristus yang adalah “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” (Yoh. 1:29; bdk.
juga, Why. 5:9).
Penutup.
Peta pewahyuan Alkitab selalu
berbicara secara konsisten mengenai sejarah perjalanan umat manusia hingga menuju
kesudahannya. Alkitab juga memberikan alasan serta dasar-dasar yang kuat
mengapa manusia itu jatuh, keadaan setelah jatuh, kebutuhan keselamatannya, dan
bagaimana ia dapat diselamatkan. Hanya Alkitab yang memberikan pewahyuan paling
konsisten dengan penjabaran yang sangat mendetail.
Sementara dalam konteks penciptaan,
kejatuhan, dan penebusan dalam hubungan teologis, ketiganya tidak dapat
terpisahkan satu dengan yang lainnya karena terdapat korelasi yang terhubung. Ketiga
hal ini memperlihatkan betapa rusaknya manusia yang jatuh dalam dosa itu, serta
menunjukan suatu hal yang luar biasa mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih
yang merelakan Anak-Nya yang tunggal sebagai pendamaian bagi manusia berdosa. Kasih
yang tidak layak bagi para pendosa seperti kita, namun karena anugerah-Nya yang
mulia, kita menerima keselamatan di dalam penebusan Kristus. Singkatnya, korelasi
dari tiga kebenaran ini memperlihatkan betapa rusaknya kita sebagai manusia,
dan betapa mulianya anugerah Allah di dalam Kristus. Amin! (yb)._
[1]Pelajari
lebih lanjut di, http://artikel.sabda.org/ajaran_tentang_ketetapan_tuhan_doctrine_devine_decree.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar