Senin, 24 September 2018

RENUNGAN: KASIH SETIA TUHAN

Nas : Mazmur 63:4, Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.

_______

            Ketika menulis Mazmur ini Daud sedang berada di padang gurun Yehuda (ay. 1). Matthew Henry menyoroti tulisan ini sebagai salah satu tulisan termanis Daud yang dihasilkan dalam suasana lingkungan yang pahit, yaitu pengasingan, sebagaimana surat-surat "cinta" Paulus bagi Jemaat yang ditulis di balik pengapnya penjara bawah tanah Romawi. Kasih setia Tuhan yang melimpah telah menggerakan hidup hamba-hamba-Nya untuk tetap dapat melihat anugerah di balik penderitaan, kelegaan di tengah kesesakan, dan mahkota di balik salib, sehingga mereka tak tergoncangkan oleh keadaan. Bahkan di dalam keadaan hidup yang paling suram sekalipun. Suatu kesaksian iman yang nampaknya sudah mulai pudar dan jarang dijumpai pada gereja kontemporer dewasa ini.

             Menyoroti konteks ayat ini, maka sulit untuk membayangkan bagaimana Daud dapat tetap mengucap syukur dan memuji Tuhan meskipun keadaannya tidak baik. Hal ini hanya mungkin jika Daud memiliki suatu pemahaman serta pengalaman iman yang baik dan benar mengenai Tuhan. Hal tersebut digambarkan dengan jelas oleh Pemazmur dalam ayat ini, "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup...". Satu-satunya alasan dari ucapan syukur dan pujian Daud dalam keadaan sulit itu adalah karena "Kasih setia-Mu!". Suatu langkah iman yang luar biasa. Daud tidak mengarahkan pandangannya pada "berkat atau pertolongan di tangan Tuhan", tetapi justru mengucap syukur atas  "kasih setia di hati-Nya".  Ungkapan "kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup" merupakan ungkapan perbandingan, keputusan, serta pencapaian tertinggi Daud dimana ia telah melihat bahwa apa yang dapat dicapai dalam hidup ini (harta, kekayaan, kedudukan, popularitas, status sosial) tidaklah sebanding dengan kasih setia Tuhan bagi dirinya. Cara pandang yang sangat Teosentris. Dalam ayat ini Daud mengajarkan bahwa semua pencapaiannya tidak dapat menopang dan menyelamatkan keadaannya yang buruk selain karena kasih setia Tuhan. Siapa yang memperoleh kasih setia Tuhan pastilah memperoleh hidup karena Tuhan adalah sumber hidup itu, akan tetapi siapa yang hanya berjuang untuk memperoleh "hidup" (pencapaian-pencapaian dalam kehidupan kita) tanpa berkat kasih setia-Nya akan berakhir pada kehampaan hidup (Yer. 17:5). Sayangnya masih banyak umat Tuhan yang lebih memilih "hidup" (baca: berkat-berkat materi) dengan mengorbankan kasih setia Tuhan baginya, hingga pada titik tertentu mreka justru kecewa. Atau ada juga yang dengan sengaja "memanfaatkan" Tuhan untuk memperoleh "hidup" yang sia-sia itu.

            Teladan Daud ini semoga menjadi pendorong dan motivasi positif bagi umat Tuhan untuk tetap tekun mengasihi dan mengucap syukur dalam segala keadaan, karena keberadaan kita hingga hari ini tidak terlapas dari anugerah kasih dan setia-Nya. Kasih setia yang memimpin, menopang, menghibur, menyelamatkan, serta memampukan kita untuk menjalani hidup. Kiranya kasih setia Tuhan itu menjadi pengharapan yang teguh bahwa Ia senantiasa menyertai kita dalam segala keadaan. Amin! (yb).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar