Nas : Mazmur 19:2-5a, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan
malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada
kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh
dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”
___________
Mempertanyakan mengenai asal
mula alam semesta merupakan pertanyaan yang mustahil terjawab bahkan hingga di
zaman emas sains modern seperti saat ini. Para ahli sains yang terkemuka sekali
pun hanya dapat sampai kepada asumsi-asumsi tumpang tindih yang membingungkan. “Bing
bang” misalnya, suatu teori asal mula yang memproyeksikan kehidupan universal
alam semesta di mulai dari suatu ledakan besar. Suatu teori sains yang justru
paling sering dikritik oleh kalangan saintis (Louis Pasteur, salah satunya) karena kegagalan bukti, metode, bahkan
prinsip-prinsip logis. Bertolak belakang dari teori-teori tersebut, Alkitab
memulai kesaksian akan alam semesta ini dari Allah sebagai “penggerak utama”
yang mencipta, alam semesta merupakan karya ciptaan Allah yang “ex nihilo”. Meski
demikian terdapat satu kesamaan antara bidang penelitian sains dan teologi,
yaitu objek penelitiannya dalam hal ini alam semesta. Namun karena perbedaan
titik tolak (presuposisi) maka kesimpulan yang dihasilkan pun berbeda.
Alam semesta merupakan bukti
dari karya Allah yang tidak terbantahkan dalam kehidupan manusia. Di mana pun
kita memijakkan kaki, sejauh apapun kita memandang, kita akan selalu menjumpai karya
tangan Allah di sekitar kita. Hal ini yang disampaikan oleh Pemazmur dalam ayat
ini, “Langit menceritakan kemuliaan
Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Kapler salah seorang
Ilmuan terkemuka memberi kesaksian tentang hal ini. Dalam sebuah wawancara,
Kapler mengatakan, “Dulu saya berniat menjadi seorang teolog ... tetapi
sekarang melalui apa yang saya lakukan, saya melihat bahwa Allah juga
dimuliakan dalam astronomi karena langit mengungkapkan kemuliaan Allah.” Kapler
menunjukkan kepada kita bahwa menjadi seorang Ilmuan tidak harus membuang
imannya, bahkan sebaliknya, astronomi yang sejati haruslah bermuara pada
kemuliaan Tuhan, karena triliunan galaksi, planet, dan bintang di alam semesta
ini merupakan saksi-saksi bisu mengenai sang perancang Agung di baliknya. Keteraturan
dan kerumitan struktur alam semesta ini terlalu mustahil jika berasal dari
suatu ledakan besar seperti teori Big bang. Bahkan jika hal tersebut benar pun
proses spektakuler ini pada akhirnya membutuhkan suatu mujizat yang luar biasa
untuk menghasilkan alam semesta yang teratur dengan beragam jenis makhluk hidup
dengan kerumitan struktural di dalamnya.
Fakta-fakta ini yang menghantarkan orang-orang
hebat seperti Kopernikus, Galileo, Newton, Kapler, Pascal, dan para Ilmuan Kristen lainnya yang meskipun
bergelut di bidang sains namun tetap teguh berpegang pada imannya karena mereka
mendapati bahwa alam semesta ini merupakan karya dan anugerah Allah yang tiada
tara bagi kehidupan manusia. Alam semesta merupakan pesan Allah yang paling
jelas bagi semua umat manusia tentang keberadaan-Nya. Namun menemukan jejak Allah
dalam gambaran luas alam semesta (wahyu umum) merupakan hal yang mustahil. Manusia
membutuhkan wahyu khusus untuk menjumpai Allah yang sejati itu. Pada titik
inilah kekristenan berdiri secara konsisten untuk menjawab kebutuhan terdalam
umat manusia yang berjuang menemukan Allah melalui wahyu khusus—Alkitab. Kita
tidak cukup mencari Allah pada saksi-saksi bisu alam semesta ini, kita perlu
berjumpa dengan Dia di dalam Kristus. Keterbatasan dan keberdosaan kita sebagai
ciptaan tidak memungkinkan untuk “menemukan Allah yang sejati” itu, maka Allah
memutuskan untuk menjumpai kita di dalam Kristus karena, barangsiapa melihat Aku (Kristus), ia melihat
Dia, yang telah mengutus Aku
(Yoh. 12:45). Alam semesta menjadi saksi-saksi bisu yang menghantarkan manusia
kepada kebenaran mengenai keberadaan Allah, namun hanya di dalam Kristus kita
berjumpa dengan Allah yang sejati itu. Amin! (yb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar