Selasa, 11 September 2018

RENUNGAN : SAKSI-SAKSI BISU



Nas : Mazmur 19:2-5a, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”

___________

          Mempertanyakan mengenai asal mula alam semesta merupakan pertanyaan yang mustahil terjawab bahkan hingga di zaman emas sains modern seperti saat ini. Para ahli sains yang terkemuka sekali pun hanya dapat sampai kepada asumsi-asumsi tumpang tindih yang membingungkan. “Bing bang” misalnya, suatu teori asal mula yang memproyeksikan kehidupan universal alam semesta di mulai dari suatu ledakan besar. Suatu teori sains yang justru paling sering dikritik oleh kalangan saintis (Louis Pasteur, salah satunya)  karena kegagalan bukti, metode, bahkan prinsip-prinsip logis. Bertolak belakang dari teori-teori tersebut, Alkitab memulai kesaksian akan alam semesta ini dari Allah sebagai “penggerak utama” yang mencipta, alam semesta merupakan karya ciptaan Allah yang “ex nihilo”. Meski demikian terdapat satu kesamaan antara bidang penelitian sains dan teologi, yaitu objek penelitiannya dalam hal ini alam semesta. Namun karena perbedaan titik tolak (presuposisi) maka kesimpulan yang dihasilkan pun berbeda.

          Alam semesta merupakan bukti dari karya Allah yang tidak terbantahkan dalam kehidupan manusia. Di mana pun kita memijakkan kaki, sejauh apapun kita memandang, kita akan selalu menjumpai karya tangan Allah di sekitar kita. Hal ini yang disampaikan oleh Pemazmur dalam ayat ini,  “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Kapler salah seorang Ilmuan terkemuka memberi kesaksian tentang hal ini. Dalam sebuah wawancara, Kapler mengatakan, “Dulu saya berniat menjadi seorang teolog ... tetapi sekarang melalui apa yang saya lakukan, saya melihat bahwa Allah juga dimuliakan dalam astronomi karena langit mengungkapkan kemuliaan Allah.” Kapler menunjukkan kepada kita bahwa menjadi seorang Ilmuan tidak harus membuang imannya, bahkan sebaliknya, astronomi yang sejati haruslah bermuara pada kemuliaan Tuhan, karena triliunan galaksi, planet, dan bintang di alam semesta ini merupakan saksi-saksi bisu mengenai sang perancang Agung di baliknya. Keteraturan dan kerumitan struktur alam semesta ini terlalu mustahil jika berasal dari suatu ledakan besar seperti teori Big bang. Bahkan jika hal tersebut benar pun proses spektakuler ini pada akhirnya membutuhkan suatu mujizat yang luar biasa untuk menghasilkan alam semesta yang teratur dengan beragam jenis makhluk hidup dengan kerumitan struktural di dalamnya. 

          Fakta-fakta ini yang menghantarkan orang-orang hebat seperti Kopernikus, Galileo, Newton, Kapler, Pascal, dan  para Ilmuan Kristen lainnya yang meskipun bergelut di bidang sains namun tetap teguh berpegang pada imannya karena mereka mendapati bahwa alam semesta ini merupakan karya dan anugerah Allah yang tiada tara bagi kehidupan manusia. Alam semesta merupakan pesan Allah yang paling jelas bagi semua umat manusia tentang keberadaan-Nya. Namun menemukan jejak Allah dalam gambaran luas alam semesta (wahyu umum) merupakan hal yang mustahil. Manusia membutuhkan wahyu khusus untuk menjumpai Allah yang sejati itu. Pada titik inilah kekristenan berdiri secara konsisten untuk menjawab kebutuhan terdalam umat manusia yang berjuang menemukan Allah melalui wahyu khusus—Alkitab. Kita tidak cukup mencari Allah pada saksi-saksi bisu alam semesta ini, kita perlu berjumpa dengan Dia di dalam Kristus. Keterbatasan dan keberdosaan kita sebagai ciptaan tidak memungkinkan untuk “menemukan Allah yang sejati” itu, maka Allah memutuskan untuk menjumpai kita di dalam Kristus karena, barangsiapa melihat Aku (Kristus), ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku (Yoh. 12:45). Alam semesta menjadi saksi-saksi bisu yang menghantarkan manusia kepada kebenaran mengenai keberadaan Allah, namun hanya di dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah yang sejati itu. Amin! (yb).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar