Nas : 1 Samuel 17: 45-47, Tetapi
Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan
pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN
semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. ... dan supaya
segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan
bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun
menyerahkan kamu (Goliat) ke dalam tangan kami."
Bacaan : 1 Samuel 17.
_____________
Membaca kisah heroik Daud mengalahkan
Goliat pada bacaan di atas memang sangat menginspirasi dan memotivasi iman
(kisah ini bahkan telah terbit dalam beberapa judul buku dan film rohani. “Facing
The Giant”, salah satunya yang paing terkenal). Meski inspiratif, namun tentu
saja secara naluriah tidak ada satu orang pun termasuk bala tentara pasukan
Saul yang bersedia “mati konyol” dengan mengambil keputusan seperti Daud. Gambaran
ini mempresentasikan satu kebenaran universal bahwa pada dasarnya kita semua lebih
memilih untuk mencari aman seperti pasukan tentara Israel. Kita bahkan
cenderung menolak dan menghindar untuk menghadapi “Goliat” kita masing-masing. Akan
tetapi karena konsekwensi dari kehidupan adalah permasalah dan pergumulan maka
kita tidak dapat menghindar dari pergumulan hidup. “Tamu” yang tak diundang ini
akan menghampiri tanpa melihat kondisi kita; siap atau tidak, “Goliat-goliat”
itu pasti menghadang. Daud dalam kisah ini memberikan sebuah pengajaran iman yang
luar biasa terutama bagi kita yang sedang berada dalam pergumulan hidup yang
sukar.
Saudara, Tuhan kadang-kala menempatkan
kita pada posisi sulit dan tak terduga seperti Daud untuk melihat seberapa
besar iman dan pengharapan kita kepada-Nya. Daud bukan seorang prajurit, ia
hanya seorang peternak, anak kemarin sore yang kebetulan “nyasar” di medan
pertempuran. Namun Daud memiliki cara pandang dan iman yang berbeda dari
prajurit Israel yang berperang sehingga dia siap mengahadapi segala macam
situasi. Dan ini yang menjadi kunci kemanangan Daud, ia memiliki iman,
pengalaman iman, pengenalan akan siapa Allahnya (ay. 37, 45, 47) serta fokus
hidup yang tertuju pada Allah. Hal ini merupakan perbedaan yang mencolok antara
Daud dan pasukan Israel yang sedang berperang. Ketika para prajurit Israel berfokus
pada kekuatan Goliat, sang raksasa yang menggetarkan mereka, Daud justru memilih
untuk berfokus kepada Allah. Perhatikan jawaban yang Daud berikan kepada
Goliat, “Engkau (Goliat) mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing,
tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam...”. Daud tidak berfokus pada perawakan Goliat
yang tinggi besar, tidak pada pengalaman perangnya, dan juga tidak pada pedang,
tombak, lembing, tetapi pada “Nama Tuhan”. Daud tahu bahwa bersama Tuhan, Allah
semesta Alam, Goliat si raksasa Filistin akan terlihat seperti bocah ingusan.
Bersama Tuhan, Daud justru berubah
menjadi Malaikat maut bagi Goliat. Inilah pesan pertama yang kita peroleh dari
Daud—Jangan berfokus pada pergumulan, tetapi fokuslah pada kuasa Tuhan, karena
hanya bersama Tuhan kita mampu menghadapi dan melewati badai hidup kita. bersama Tuhan, tidak ada Goliat yang tidak
dapat ditakhlukkan!
Pesan kedua adalah Tuhan menggunakan
Goliat untuk mempromosikan Daud. Dengan kata lain Goliat adalah batu uji bagi
Daud untuk ia naik level. Saudara, Tuhan tidak sembarangan membawa Daud ke
medan peperangan. Daud mungkin saja sudah sering menghantarkan makanan kepada
Kakak-kakaknya di medan peperangan, namun hanya pada momentum kehadiran Goliat lah,
Daud tergerak untuk maju! Artinya Daud menyadari bahwa kehadiran Goliat
merupakan waktunya Tuhan untuk mempertontonkan kuasa-Nya dan membawa Daud naik
lebih tinggi! Hanya dengan menumbangkan Goliat lah, iman Daud dikuatkan, dan
janji Tuhan mulai digenapi. Goliat adalah langkah awal Umat Israel mengenal
siapa Daud, orang yang diurapi Allah itu. Saudara terkasih, menghadapi pergumulan
hidup memang sangat tidak menyenangkan, namun jangan buru-buru untuk mengeluh
apalagi kecewa dan undur dari Tuhan. Berdooa, bertanya dan bersabarlah, karena
mungkin saja pergumulan yang Tuhan injinkan tersebut merupakan sebuah awal yang
baik. Suatu awal atau momentum yang Tuhan sediakan untuk mempromosikan kita,
atau mungkin juga suatu peringatan agar kita berbalik dan bersandar pada Tuhan.
perhatikan dengan baik kalimat iman daud dalam ayat ini, “Sebab di tangan Tuhanlah
pertempuran!” Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran, luar biasa! Kuasa
dan otoritas serta kemenangan dalam pergumulan hidup tidak terletak pada
kekuatan kita, pada skill kita, pada harta kita, pada seberapa kaya, dan
hebatnya orang-orang disekitar kita, tetapi pada tangan Tuhan! hanya bersama
Tuhanlah kita mampu menakhlukkan “Goliat-goliat” dalam hidup kita. Ini adalah
kunci kemenangan Daud, Ia mengandalkan Tuhan bukan kekuatannya (Yer. 17:5). Ubahlah
cara pandang kita terhadap perguulan, karena pergumulan hidup merupakan
kesempatan dan waktunya Tuhan untuk suatu tujuan yang mulia bagi kita, maka jangan
kecewa, andalkan Tuhan selalu.
Ketiga, menjadi kesaksian bagi umat
Tuhan. Kelembutan dan kemurnian hati Daud terlihat dalam peristiwa ini. Kalilat
yang ia ucapkan merupakan suatu konfirmasi yang sangat tegas, “supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa
TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing”. Daud menyadari
betul bahwa dalam menghadapi Goliat,
Tuhan memiliki suatu tujuan, yaitu mempermuliakan diri-Nya dan memperkenalkan kepada
umat Tuhan, bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang setia dan dasyat! Tuhan
memakai Daud untuk mempertontonkan karya Tuhan yang besar di depan mata
umat-Nya yang skeptis. Maka Daud tahu bahwa pertempuran ini bukan tentang
kemuliaannya, tetapi kemuliaan Tuhan, sementara ia hanya alat kemuliaan Tuhan. Kesadaran
akan hal ini sangat penting, terutama bagi para pelayan dan hamba Tuhan karena
ternyata masih banyak umat/hamba Tuhan
yang ketika dipromosikan Tuhan atau setelah melalui pergumulan berat dan
selamat, menjadi lupa diri. Menganggap bahwa
semua itu hasil usahanya, kerja kerasnya, dan sebagainya, sehingga alih-alih
menjadi saksi yang mempermuliakan Tuhan, justru sebaliknya, mempermuliakan diri
sendiri. Daud tahu bahwa kemenangan yang akan ia peroleh merupakan suatu
momentum yang Tuhan kehendaki untuk menjadi saksi demi meneguhkan iman
umat-Nya. Seperti Daud, setelah keluar dari pergumulan dan menjadi pemenang,
jangan lupa bahwa ada tangan Tuhan yang menopang kita sehingga kita tidak jatuh
tergeletak, maka muliakanlah Tuhan dengan kesaksian kita agar umat Tuhan
dipersiapkan untukmenghadapi “Goliat-goliat” mereka dengan iman dan pengharapan
di dalam Kristus!
Tiga hal teladan iman yang
ditinggalkan Daud ketika menghadapi Goliat pada bacaan ini, kiranya menjadi
pencerahan dan semangat untuk kita tekun berjuang dalam kehidupan, dengan iman
dan mata yang tertuju pada Tuhan. Semoga Tuhan memampukan kita, Amin! Tuhan
Yesus memberkati Saudara.
Salam,
yb.