Nas : 1 Raja. 17: 1-6,
“... (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah
Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana." (5) Lalu
ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi
sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. ...”.
_________
Semasa kecil ketika kita disuapi
makanan oleh orang tua kita, kita tidak pernah bertanya dan menolak apa yang
diberikan oleh mereka, karena kita yakin bahwa orang tua kita pasti memberikan
makanan yang terbaik. Bahkan pada waktu sakit kita disuguhi obat yang pahit,
dan dengan tangis penolakan kita dibujuk untuk tetap meminumnya. Namun pada
akhirnya kita menyadari bahwa obat pahit yang diberikan itu ternyata
menyembuhkan penyakit kita. Pemeliharaan dan perhatian orang tua yang selalu
menyertai langkah kecil kita, merupakan suatu gambaran yang konkret mengenai
kepercayaan dan kebergantungan iman kita kepada providensi Allah. Hal demikian
juga yang kita jumpai dalam perjalanan hidup Elia, seorang hamba Tuhan yang dengan
keyakinan iman, ia dipelihara oleh Tuhan dalam masa-masa yang sangat krisis.
Firman Tuhan dalam bacaan di atas
memperlihatkan tiga hal yang menarik bagi kita mengenai providensi Allah kepada
Elia. Ketika Elia memasukui masa krisis di negeri Israel, ia diperintahkan oleh
Tuhan untuk mengungsi ke tepi sungai Kerit. Di sana ia akan minum dari sungai
itu dan memperoleh makanan dari burung gagak yang di perintahkan Tuhan. Sungguh
mengagumkan kebenaran firman Tuhan ini. Saudara, kata “Kerit” yang merupakan
nama dari sungai ini memiliki arti “Rangka Kerongkongan”. Secara implisit,
Tuhan mau berbicara kepada Elia dan kita bahwa di tengah kekeringan yang parah
itu, ketika dunia di sekitar kita mengalami krisis, ketika tidak ada lagi
pengharapan bagi manusia, sehingga bukan hanya tidak ada air di dalam kerongkongan,
bahkan dikatakan di sana, kerongkongan kita hanya tersisa “kerangka”, begitu
kering! Namun perhatikan, di dalam Tuhan selalu ada pengharapan dan
pemeliharaan-Nya yang ajaib, puji Tuhan! Suatu jaminan iman bagi kita untuk tetap
mampu melihat pemeliharaan Tuhan yang maha kuasa melampaui krisis yang melanda hidup
kita. Tidak ada krisis dalam hidup ini yang berada di luar kuasa-Nya, dan tidak
ada krisis yang melanda hidup kita yang tidak dapat diselesaikan oleh Tuhan
kita.
Pesan kedua bagi kita adalah cara Tuhan
memelihara Elia memalui dua cara. Pertama, perihal kecukupan yang disediakan
melalui cara natural. Yang saya maksudkan dengan “cara natural” di sini adalah
pencukupan kebutuhan minum Elia, Tuhan sediakan melalui air sungai. Pesan kedua
ini berbicara tentang Tuhan kita yang memberkati umat-Nya tidak selalu dengan
hal-hal supranatural atau yang ajaib, namun juga dengan sarana yang natural.
Saudara, ada kalangan denominasi tertentu yang begitu menekankan iman dan kuasa
Allah secara tidak proporsional, sampai-sampai mereka anti terhadap dunia medis
dan obat-obatan. Hal-hal itu dipandang mereka sebagai suatu tindakan yang
melemahkan iman dan bahkan bertentangan dengan iman, padahal Tuhan juga
mengulurkan tangan kasih-Nya melalui sarana “natural” tersebut. Elia justru
memberikan contoh praktek iman yang berbeda. Ia bukannya tidak mampu berdoa
untuk memindahkan perusahaan air minum ke pemukimannya untuk mencukupi
kebutuhannya (bukankah pada pasal sebelumnya ia berdoa sehingga turun api dan
hujan?), akan tetapi ia memilih untuk patuh kepada kehendak Allah dengan
mencukupkan kebutuhan minumnya melalui sungai kerit yang mungkin saja sudah
mulai mengering. Elia memberikan suatu teladan iman bahwa, jangan memaksakan
kehendak kita mengatas namakan iman yang keliru, keliru karena tidak sesuai
dengan kehendak Allah. Pertolongan dan berkat Tuhan tidak selalu “jatuh dari
langit”, tidak selalu berbau supranatural, akan tetapi terkadang disediakan
dari hal-hal yang “natural” di sekitar kita. Maka memiliki iman yang radikal
adalah sangat baik, namun berhikmat dalam
pimpinan Roh Kudus untuk menangkap maksud dan rencana Tuhan merupakan instrumen
yang menjaga serta memimpin iman yang radikal itu tidak menjadi “buta”.
Kedua, dengan cara supranatural
sekaligus paradoksal. Burung gagak yang diperintahkan Tuhan untuk menghantarkan
makanan bagi Elia menjadi peringatan yang penting bagi kita tentang
pemeliharaan dan kedaulatan Tuhan yang tak terselami oleh pikiran kita. Berapa
lama Elia tinggal di tepi sungai kerit, Alkitab tidak memberitahukan kepada
kita, namun frasa “Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering,...”
pada ayat ke-7 memberikan indikasi jangka waktu dimana Elia menetap di sana.
Kemungkinan untuk menunggu sungai kerit yang merupakan anak sungai Yordan
menyusut karena musim kemarau panjang, maka dapat diasumsikan sekitar dua atau
tiga bulan (mungkin juga lebih) Elia menetap di sana. Dan selama itu pula, perhatikan,
setiap “waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging
kepadanya” (ay. 6). Luar biasa! dimasa yang begitu krisis, Elia tetap menikmati
berkat Tuhan yang terbaik—Roti dan daging—dari burung gagak yang justru haram
menurut hukum Musa (Im. 11:15). Dengan kata lain, Tuhan memberkati Elia melalui
sarana yang sama sekali tak terpikirkan oleh Elia. Disinilah letak misteri dari
kedaulatan Tuhan. Suatu pembelajaran untuk Elia dan kita, bahwa Tuhan dapat
memakai siapapun, dan bahkan orang-orang tertentu yang tidak pernah kita duga untuk
menjadi sarana berkat-Nya, bahkan meskipun sarana itu dipandang sebelah mata oleh
orang-orang sekalipun! Percayalah Tuhan sanggup memakainya!
Tidak sampai di situ, providensi Allah
ini tergenapi dalam hidup Elia hanya karena satu hal berikut, “Lalu ia (Elia) pergi
dan ia (Elia) melakukan seperti firman TUHAN;” (Ay. 5). Ketaatan pada firman
Allah! Ketaatan merupakan kunci berkat sekaligus bukti nyata dari iman yang
sejati. Banyak orang hanya ingin berkat Tuhan, tetapi tidak mau taat, tidak mau
dengar dan patuhi firman Tuhan. banyak orang juga mengakui dirinya sebagai
orang beriman, namun tidak terwujud dalam sikap hati yang taat akan kebenaran. Elia
meninggalkan kunci kebenaran ini buat kita, hanya dengan “Pergi dan Lakukan!”
seperti yang Tuhan firmankan! Hanya itu! Ketaatan merupakan bukti dari iman
kita dan kunci dari berkat Tuhan. Providensi Allah merupakan janji berkat-Nya
yang “Ya” dan “Amen” bagi semua orang percaya, hanya saja sudahkah kita
melakukan seperti yang Elia lakukan? Sudahkah kita “Pergi” dan “Lakukan” firman
Tuhan? (yb).
Kiranya Tuhan
memampukan kita. Amin!
Soli Deo Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar