Selasa, 19 Juni 2018

RENUNGAN : PROVIDENSI ALLAH [ELIA, Bag. 1]


Nas    : 1 Raja. 17: 1-6, “... (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana." (5) Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. ...”.

_________

          Semasa kecil ketika kita disuapi makanan oleh orang tua kita, kita tidak pernah bertanya dan menolak apa yang diberikan oleh mereka, karena kita yakin bahwa orang tua kita pasti memberikan makanan yang terbaik. Bahkan pada waktu sakit kita disuguhi obat yang pahit, dan dengan tangis penolakan kita dibujuk untuk tetap meminumnya. Namun pada akhirnya kita menyadari bahwa obat pahit yang diberikan itu ternyata menyembuhkan penyakit kita. Pemeliharaan dan perhatian orang tua yang selalu menyertai langkah kecil kita, merupakan suatu gambaran yang konkret mengenai kepercayaan dan kebergantungan iman kita kepada providensi Allah. Hal demikian juga yang kita jumpai dalam perjalanan hidup Elia, seorang hamba Tuhan yang dengan keyakinan iman, ia dipelihara oleh Tuhan dalam masa-masa yang sangat krisis.

          Firman Tuhan dalam bacaan di atas memperlihatkan tiga hal yang menarik bagi kita mengenai providensi Allah kepada Elia. Ketika Elia memasukui masa krisis di negeri Israel, ia diperintahkan oleh Tuhan untuk mengungsi ke tepi sungai Kerit. Di sana ia akan minum dari sungai itu dan memperoleh makanan dari burung gagak yang di perintahkan Tuhan. Sungguh mengagumkan kebenaran firman Tuhan ini. Saudara, kata “Kerit” yang merupakan nama dari sungai ini memiliki arti “Rangka Kerongkongan”. Secara implisit, Tuhan mau berbicara kepada Elia dan kita bahwa di tengah kekeringan yang parah itu, ketika dunia di sekitar kita mengalami krisis, ketika tidak ada lagi pengharapan bagi manusia, sehingga bukan hanya tidak ada air di dalam kerongkongan, bahkan dikatakan di sana, kerongkongan kita hanya tersisa “kerangka”, begitu kering! Namun perhatikan, di dalam Tuhan selalu ada pengharapan dan pemeliharaan-Nya yang ajaib, puji Tuhan! Suatu jaminan iman bagi kita untuk tetap mampu melihat pemeliharaan Tuhan yang maha kuasa melampaui krisis yang melanda hidup kita. Tidak ada krisis dalam hidup ini yang berada di luar kuasa-Nya, dan tidak ada krisis yang melanda hidup kita yang tidak dapat diselesaikan oleh Tuhan kita.

           Pesan kedua bagi kita adalah cara Tuhan memelihara Elia memalui dua cara. Pertama, perihal kecukupan yang disediakan melalui cara natural. Yang saya maksudkan dengan “cara natural” di sini adalah pencukupan kebutuhan minum Elia, Tuhan sediakan melalui air sungai. Pesan kedua ini berbicara tentang Tuhan kita yang memberkati umat-Nya tidak selalu dengan hal-hal supranatural atau yang ajaib, namun juga dengan sarana yang natural. Saudara, ada kalangan denominasi tertentu yang begitu menekankan iman dan kuasa Allah secara tidak proporsional, sampai-sampai mereka anti terhadap dunia medis dan obat-obatan. Hal-hal itu dipandang mereka sebagai suatu tindakan yang melemahkan iman dan bahkan bertentangan dengan iman, padahal Tuhan juga mengulurkan tangan kasih-Nya melalui sarana “natural” tersebut. Elia justru memberikan contoh praktek iman yang berbeda. Ia bukannya tidak mampu berdoa untuk memindahkan perusahaan air minum ke pemukimannya untuk mencukupi kebutuhannya (bukankah pada pasal sebelumnya ia berdoa sehingga turun api dan hujan?), akan tetapi ia memilih untuk patuh kepada kehendak Allah dengan mencukupkan kebutuhan minumnya melalui sungai kerit yang mungkin saja sudah mulai mengering. Elia memberikan suatu teladan iman bahwa, jangan memaksakan kehendak kita mengatas namakan iman yang keliru, keliru karena tidak sesuai dengan kehendak Allah. Pertolongan dan berkat Tuhan tidak selalu “jatuh dari langit”, tidak selalu berbau supranatural, akan tetapi terkadang disediakan dari hal-hal yang “natural” di sekitar kita. Maka memiliki iman yang radikal adalah sangat baik, namun  berhikmat dalam pimpinan Roh Kudus untuk menangkap maksud dan rencana Tuhan merupakan instrumen yang menjaga serta memimpin iman yang radikal itu tidak menjadi “buta”.

          Kedua, dengan cara supranatural sekaligus paradoksal. Burung gagak yang diperintahkan Tuhan untuk menghantarkan makanan bagi Elia menjadi peringatan yang penting bagi kita tentang pemeliharaan dan kedaulatan Tuhan yang tak terselami oleh pikiran kita. Berapa lama Elia tinggal di tepi sungai kerit, Alkitab tidak memberitahukan kepada kita, namun frasa “Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering,...” pada ayat ke-7 memberikan indikasi jangka waktu dimana Elia menetap di sana. Kemungkinan untuk menunggu sungai kerit yang merupakan anak sungai Yordan menyusut karena musim kemarau panjang, maka dapat diasumsikan sekitar dua atau tiga bulan (mungkin juga lebih) Elia menetap di sana. Dan selama itu pula,   perhatikan, setiap “waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya” (ay. 6). Luar biasa! dimasa yang begitu krisis, Elia tetap menikmati berkat Tuhan yang terbaik—Roti dan daging—dari burung gagak yang justru haram menurut hukum Musa (Im. 11:15). Dengan kata lain, Tuhan memberkati Elia melalui sarana yang sama sekali tak terpikirkan oleh Elia. Disinilah letak misteri dari kedaulatan Tuhan. Suatu pembelajaran untuk Elia dan kita, bahwa Tuhan dapat memakai siapapun, dan bahkan orang-orang tertentu yang tidak pernah kita duga untuk menjadi sarana berkat-Nya, bahkan meskipun sarana itu dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekalipun! Percayalah Tuhan sanggup memakainya!

          Tidak sampai di situ, providensi Allah ini tergenapi dalam hidup Elia hanya karena satu hal berikut, “Lalu ia (Elia) pergi dan ia (Elia) melakukan seperti firman TUHAN;” (Ay. 5). Ketaatan pada firman Allah! Ketaatan merupakan kunci berkat sekaligus bukti nyata dari iman yang sejati. Banyak orang hanya ingin berkat Tuhan, tetapi tidak mau taat, tidak mau dengar dan patuhi firman Tuhan. banyak orang juga mengakui dirinya sebagai orang beriman, namun tidak terwujud dalam sikap hati yang taat akan kebenaran. Elia meninggalkan kunci kebenaran ini buat kita, hanya dengan “Pergi dan Lakukan!” seperti yang Tuhan firmankan! Hanya itu! Ketaatan merupakan bukti dari iman kita dan kunci dari berkat Tuhan. Providensi Allah merupakan janji berkat-Nya yang “Ya” dan “Amen” bagi semua orang percaya, hanya saja sudahkah kita melakukan seperti yang Elia lakukan? Sudahkah kita “Pergi” dan “Lakukan” firman Tuhan? (yb).

Kiranya Tuhan memampukan kita. Amin!
Soli Deo Gloria.

                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar