Selasa, 12 Juni 2018

RENUNGAN : FILSAFAT KETUHANAN [SEBUAH IRONI MODERNITAS]

No automatic alt text available.
1 Korintus 8:5-6 (TB) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi — dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian — namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. 

"Ketika seorang primitif berhenti percaya pada berhala kayunya, itu tidaklah berarti bahwa tidak ada Allah, tetapi itu berarti bahwa Allah yang benar tidak terbuat dari kayu" [Leo Tolstoy].
_______

             Apa yang disampaikan oleh Tolstoy di atas merupakan suatu ringkasan pemikiran perjalanan filsafat ke-Tuhanan pada masa peralihan "Renaissance" yang terus berkambang hingga kini. Dari zaman primitif menjadi modern, dari masa kebodohan menjadi masa kepintaran, dan dari masa kegelapan menjadi pencerahan. Suatu peralihan zaman yang mengubah wajah umat manusia dalam segala bidang, tak terkecuali keagamaan.

             "Allah-allah kayu" zaman primitif memang telah ditinggalkan. Di pelosok dunia hari ini hanya sebagian kecil dari umat manusia yang masih melakukan ritual penyembahan pada ilah-ilah patung kayu. Hal itu pun dipandang oleh masyarakat modern sebagai suatu bentuk kebodohan keagamaan dari warisan kebudayaan masyarakat primitif yang seharusnya sudah dimuseumkan. Respons umum masyarakat modern saat ini didasari atas berbagai fakta sains serta perkembangan spiritualitas keagamaan yang semakin baik dalam berbagai aspek. Namun terdapat fakta-fakta ironi yang justru lebih mengerikan di dunia modern.

              Fakta bahwa "ilah-ilah kayu" di zaman primitif itu tidak benar-benar musnah adalah benar. Kehidupan keagamaan modern tidak pernah benar-benar "membunuh" para ilah kayu tersebut, namun hanya berganti wajah saja. Seperti apa yang dikatakan oleh Einstein, "Aku takut suatu hari teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot." Inilah ironi yang sedang melanda generasi saat ini. Suatu generasi pemuja teknologi, berhala-berhala modern.

              Percaya atau tidak, kita sebenarnya sedang berada dalam masa peralihan spiritualitas penyembahan. Suatu bentuk peralihan peyembahan dari "ilah-ilah kayu" zaman primitif kepada "ilah-ilah besi" zaman modern. Dan ironinya, proses Modernisasi dan perkembangan teknologi justru menghasilkan lebih banyak "ilah-ilah besi" dengan berbagai macam bentuk yang memikat dan mematikan, dibandingkan dengan kaum primitif. Gambaran tersebut merupakan sebuah ironi kegagalan teologis zaman modern yang secara tak terhindarkan melanda umat manusia saat ini. Maka hiduplah dengan bijak, jangan terjebak pada peyembahan palsu ilah-ilah zaman. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. (1 Tes. 5:21).
-yb-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar