Minggu, 09 April 2017

YOUTH SERVICE : “BE A PEACE MAKER"


 Khotbah Ibadah Pemuda, Sabtu, 08/04/2017.


Nats: Yoh. 20:21, Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 
____________

          Kalau saudara senang bernyanyi maka ada dua lagu yang mewakili pencarian umat manusia akan suasana kedamaian. Pertama adalah lagu kasidah jadul yang dipopulerkan kembali oleh grup band Gigi, “Perdamaian, perdamaian ... ... Banyak yang cinta damai tapi perang semakin ramai ... ... Bingung bingung ku memikirnya.” Lagu bergendre timur tengah yang sarat akan kritikan sosial-politik ini, dengan sangat jelas mencerminkan kerinduan terdalam umat manusia untuk hidup dengan damai namun “Bingung memikirnya.”Kedamaian memang merupakan kerinduan terdalam semua umat manusia, tidak terkecuali kita sebagai umat kristiani, namun banyak dari kita yang mendefinisikan kedamaian secara keliru, yaitu suatu keadaan yang berhubungan dengan suasana hati kita. Misalnya, “Damai itu kalau si Mama gak cerewet”, “Damai itu kalau bos gak marah-marah”, “Damai itu kalau lagi jalan bareng ma si dia”, “Damai itu kalau lagi deket ma kecengan”. Ada juga orang-orang Kristen yang terinspirasi dengan kata “damai” sampai-sampai anaknya dinamakan si “Damai”, tapi kerjaannya di sekolah berantem mulu. Ada juga yang punya toko martial namanya “Damai Jaya”, tapi di toko kerjaannya marah-marahin anak buah wae. Memang kedamaian itu didambakan namun sulit dicapai. Jika demikian apa sebenarnya makna dari kata “Damai” itu?... bingung ya?... Saudara tidak sendiri karena seperti lirik lagu di atas manusia zaman ini semua bingung memikirkannya.


         Apa sih sebenarnya “Damai/Damai Sejahtera” itu? (Baca, Yoh. 20:21). Tahu kah Saudara bahwa di dalam konsep Agama-agama, klaim-klaim sebagai  “Agama damai” seringkali kita dengar, namun satu-satunya agama yang paling sering mempraktekkan salam kedamaian adalah Kristen. Darimana kita tahu? Jawabannya ada pada kata "Syalom".  Kata “Syalom” yang Saudara ucapkan kepada Saudara seiman yang dijumpai ketika masuk ke ruangan Gereja atau di rumah dan di komunitas Kristen lainnya adalah ucapan yang sangat bermakna! Kata “Syalom” berasal dari kata Ibrani yang berarti Damai Sejahtera. “Suatu Salam persahabatan yang merujuk pada keyakinan iman bahwa saudara yang kita sapa itu dalam keadaan sehat, damai, sejahtera, tidak khawatir, dan tenteram dalam kasih Tuhan.” Sedangkan dalam ayat di atas yang barusan kita baca, kata “Damai Sejahtera” tersebut digunakan kata Yunani “Eirene”. Kata “Eirene” tersebut memiliki makna yang sama dengan “Syalom”, suatu salam yang bukan hanya ucapan formalitas namun merupakan doa iman yang dapat membangun dan juga meruntuhkan (Bdk. Luk. 10:5-6). Kita telah mengetahui makna dan pentingnya ucapan Syalom tersebut. Kita akan beranjak ke pembahasan yang lebih dalam.

           Pada pembukaan khotbah di atas, saya sempat menyinggung mengenai dua lagu yang mewakili pencarian umat manusia akan kedamaian. Dan lagu yang kedua, adalah lagu rohani jadul namun memiliki makna yang sangat dalam! Mari perhatikan kata-katanya, “Ke gunung tinggi kunaik ... naik ... naik ... naik, mencari damai, ke lembah jurang kuturn .... turun ... turun, mencari damai. Namun akhirnya juga, tiada ku dapati jua, kecuali hanya di dalam Yesus Tuhan.” Jika saudara menyimak dengan seksama, maka secara umum terdapat dua kebenaran yang kita jumpai dalam dua lagu tersebut.
  1. Umat manusia di muka bumi ini semua merindukan Damai Sejahtera, namun tidak tahu cara untuk mencapainya. 
  2. Umat Kristen sudah memperoleh Damai Sejahtera, namun justru seringkali tidak menyadari dan tidak tahu cara membagikannya kepada dunia.
          Dan Poin yang kedua ini adalah bagian yang akan kita geluti secara serius pada pertemuan kali ini. Mari perhatikan sekali lagi ayat Firman Tuhan di atas dan kita membaca satu kali lagi (Yoh. 20: 21). Ada tiga hal yang akan kita pelajari dari ayat ini.

1. Damai sejahtera yang sejati hanya ditemukan di dalam Kristus (“Damai sejahtera bagi kamu!”).

         Terdapat hal yang sangat penting pada ayat ini. Pada ayat tersebut dikatakan bahwa “Damai sejahtera bagi kamu!”. Dalam Injil Yohanes 14:27, dengan lebih jelas Tuhan Yesus mengatakan bahwa: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku, Ku berikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu!”. Perhatikan bahwa “Damai Sejahtera” dalam konsep Iman Kristen sangat berbeda dengan konsep “Damai Sejahtera” agama manapun. Bahkan Tuhan membandingkan Damai Sejahtera yang Ia berikan dengan “yang diberikan oleh dunia”, artinya semua hal yang dapat dunia berikan untuk mencapai damai sejahtera, tidaklah sebanding dengan apa yang Tuhan Yesus berikan! Damai sejahtera yang dunia berikan terbatas, dan sama sekali tidak menjamin kehidupan yang damai.

          Damai Sejahtera dalam Iman Kristen berhubungan erat dengan Pribadi Kristus. Artinya apa? Artinya Kristus adalah pusat dan sumber “Damai Sejahtera” yang dicari oleh umat manusia! Di luar Kristus tidak ada Damai Sejahtera. Di luar Kristus Saudara tidak akan menemukan kedamaian, di luar Kristus hanya ada kehampaan. Agustinus, seorang Filsuf  Kristen dan Bapa gereja yang sangat dihormati, dalam pencarian imannya, ia menyadari satu hal penting bahwa, Tuhan telah menciptakan kita dengan menaruh suatu ruang kosong yang hanya dapat di sisi oleh Pribadinya. Hanya di dalam pribadi Kristuslah kita akan menjumpai damai sejahtera yang sejati.

          Lantas mengapa kita masih khawatir, takut dan bimbang? Karena kita belum benar-benar mengerti mengenai kebenaran Firman Tuhan tersebut, bahwa kita telah berada dalam “Damai Sejahtera” Kristus. Kita belum memahami bahwa seperti para Rasul, Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa “Damai Sejahtera bagi Kamu!”. Bukankah satu-satunya tempat yang paling aman dan damai adalah ketika kita bernaung di dalam pelukan kasih serta pelindungan Allah? (Maz. 91), Bukankah Rasul Paulus mengatakan bahwa “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom. 8:31).  Jika saat ini Saudara sedang dalam keadaan takut, tertekan, dan hilang kedamaian, maka saya mengundang Saudara untuk datang kepada Kristus. Mintalah agar Ia memberikan damai sejahtera yang sejati, yang akan memimpin hidup Saudara untuk menghadapi tantangan demi tantangan hidup.

2. “We Are the Agent of Peace” (...Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu).

           Kita telah belajar mengenai kebenaran bahwa kita sebagai Orang percaya adalah orang-orang yang hidup dalam damai sejahtera Kristus. Namun tidak berhenti disitu. Damai sejahtera yang kita terima tersebut harus dibagikan kepada dunia. Kebenaran berikutnya adalah Kristus mengutus kita sebagai agen-agen pembawa damai Kristus ditengah-tengah dunia yang chaos—kacau, tanpa damai, serta tanpa pengharapan.

         Kata “Mengutus” dalam ayat ini berarti “Mengirim pergi”. Seperti seorang misionaris yang dikirim ke suatu daerah untuk memberitakan Injil, demikian halnya, kita diutus oleh Tuhan untuk pergi kedaerah kita masing-masing untuk membawa Damai SejahteraKristus bagi lingkungan dimana kita berada. Di rumah, di Kampus,di lingkungan sosial, di Gereja, di mana saja kita berada, kita dituntut untuk membawa damai sejahtera di sana.

         Bagaimana caranya? Terdapat tiga cara yang dapat kita lakukan.

         a. Membawa damai melalui komunikasi lisan.  Lisan berarti kita menjadi agen-agen pembawa damai sejahtera Kristus dengan perkataan yang membangun, dan mendamaikan, bukan bergosip dan menjadi pemecah-belah.

         b. Membawa damai melalui komunikasi tulisan. Tulisan, berarti kita menjadi agen Kristus melalui media sosial online yang kita miliki dengan tulisan-tulisan yang memberkati dan bukan mengutuk. Tulisan-tulisan yang menguatkan, bukan melemahkan. Tulisan-tulisan yang bermafaat dan membangun, bukan yang mencela.

         c. Membawa damai melalui tindakan/prilaku. Tindakan berarti melalui perbuatan kita sehari-hari orang merasakan pengaruh yang positif. Perbuatan yang menunjukan bahwa kita adalah agen-agen pembawa damai sehingga siapapun yang berada di dekat kita akan merasakan ketenangan bukan sebaliknya, menjadi trouble maker.

3. Alasan mengapa kita harus mewujudkan Damai Sejahtera.

 Ada tiga alasan mendasar mengapa kita harus mewujudkan damai sejahtera Kristus dalam hidup kita, (1). Karena kita diutus secara langsung oleh Tuhan (Yoh. 20:21). (2). Karena Damai Sejahtera berhubungan dengan Buah Roh (Gal. 5:22) yang merupakan salah satu buah yang harus nampak dalam kehidupan kristiani yang normal. (3). Karena kita adalah anak-anak Allah (Mat. 5:9).
 Kesadaran akan tanggung-jawab kita sebagai agen-agen dan generasi Muda Gereja sebagai pembawa damai sejahtera, akan membawa pengaruh positif bagi masa depan kita, lingkungan sosial kita dan juga mempermuliakan Kristus.


Penutup.

          Damai sejahtera dalam Iman kristen tidak terlepas dari pribadi Kristus. Maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, Pertama, Saudara tidak akan menemukan damai sejahtera di manapun selain di dalam Kristus! Kedua, kita bukan hanya telah menerima dan hidup di dalam damai sejahtera Allah, namun kita juga perlu menyadari bahwa kita diutus untuk menjadi pembawa damai di lingkungan dimana kita berada. Ketiga, Ucapkanlah “Syalom”, dalam pemaknaan yang benar sebagai suatu ungkapan kesungguhan iman dan doa kita kepada suadara seiman yang kita jumpai. Keempat, Sebagai penutup, sebagaimana kita telah diutus, maka langkah selanjutnya adalah marilah kita pergi, dan membagikan damai sejahtera Tuhan kita kepada semua orang melalui, perkataan lisan, tulisan, dan prilaku yang memberkati dan mempermuliakan Tuhan. 

           Semoga Tuhan menolong kita. Amin!...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar