Nas : Yeremia 17:5, 7 (TB) Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN! .... Diberkatilah orang yang
mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Mengcopy-paste dan memposting dua ayat ini hanya membutuhkan satu
menit. Membaca dua ayat ini juga tidak akan membutuhkan waktu lebih dari
dua menit. Namun untuk mempraktekkan salah satu saja dari ayat ini, akan menghabiskan seluruh waktu dalam kehidupan kita. Mengapa demikian? Karena kita telah terbiasa dengan "cara
dunia" yang memuja diri sendiri (narcisme dan antroposentris). Puas
dengan diri sendiri. Percaya dengan apa yang kita miliki. Bangga dengan
pencapaian-pencapaian diri sendiri sehingga tanpa sadar kita tidak lagi
berfokus pada Tuhan, tetapi pada manusia (realisme model baru dalam
Kekristenan). Pada titik ini, kita menyingkirkan kuasa Tuhan dan
mengandalkan kekuatan sendiri. Suatu kebanggaan semu yang justru
dikutuk. Kehidupan yang tidak berdokus pada Tuhan tetapi pada diri
sendiri merupakan bentuk lain dari cara seseorang mengungkapkan
ketidak-percayaannya kepada Tuhan. Dengan kata lain, meskipun ia seorang
Kristen, namun ia sesungguhnya tidak percaya kepada Tuhan.
Di sisi lain, kita dituntut untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Suatu panggilan iman yang radikal. Radikal karena kita harus menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan yang secara empiris tidak terjangkau oleh panca indra kita, selain oleh iman. Hal ini pun sebuah konsep keyakinan yang terbalik dengan cara dunia. Cara-cara dunia membutuhkan fakta-fakta empiris untuk dapat menyokong apa yang kita yakini. Semenjak kecil, kita telah dilatih untuk bergumul dan berpengharapan dengan cara demikian, namun tidak di dalam iman. Iman yang sejati membutuhkan totalitas untuk berpengharapan pada Tuhan tanpa pembuktian empiris yang mendahuluinya. Abraham adalah salah satu contohnya (Bd. Rm. 4:12). Suatu teladan iman yang radikal dalam perngaharapan yang tidak pernah kadalwarsa oleh waktu.
Menulis kebenaran ini bukan berarti saya telah "lulus" di dalamnya, namun kiranya kita sama-sama berjuang untuk mempraktekkannya karena lebih baik menjadi pelaku, daripada hanya menjadi pembaca (apalagi sekedar mengejar "like" pada postingan di akun media sosial) firman Tuhan. Selamat beraktifitas Saudara, tetap andalkan Tuhan selalu. Salam. (yb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar