Nas : Lukas
9:23, Kata-Nya
kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (TB).
Then Jesus said to all of them,
"If anyone would come after Me, he must deny himself and take up his cross
daily and follow Me. (NIV).
Pendahuluan.
Ketika kita berbicara mengenai “Follow
Me” atau “Mengikut Yesus”, berarti kita sedang berbicara mengenai dua hal,
yaitu mengenai “Objek” dan “Alasan”. Objeknya tentang “Siapa yang diikuti” dan
alasanya, “Mengapa kita mengikutinya”. Dua hal ini menjadi pola dan
pertimbangan mendasar bukan hanya dalam hal rohani namun juga dalam hal umum
lainnya seperti mengapa kita menjadi follower
dari seorang tokoh di Medsos, atau bergabung dengan suatu organisasi, partai, hingga
berjemaat di suatu gereja. Objek dan alasan, selalu menjadi dua hal yang tak
terpisahkan dalam pengambilan suatu keputusan.
Dalam hubungan “Ikut-mengikuti”,
terdapat dua perbedaan yang signifikan antara cara-cara dunia dan cara Kristus.
Pola
Dunia dan Pola Yesus.
Dunia dan Pengikutnya. Dalam dunia
politik terdapat tiga kelompok pemilih/followers, sosiologis, psikologis, dan rasional. Pada
masa kampanye politik seperti saat ini, kalangan politisi beramai-ramai menggunakan
pemetaan dari teori ini untuk “menjual” berbagai macam “dagangan dan dagelan”
demi meraih simpati dan pengikut. Di sini “Objek” dan “Alasan” disajikan kepada
masyarakat, mulai dari program-program spektakuler hingga ragam sandiwara yang
sarat dengan intrik dan penipuan publik. Saudara, dunia memiliki seribu satu
cara untuk menjaring simpati para pengikutnya, termasuk cara-cara manipulatif. Disisi
lain sebagai lembaga yang diberi otoritas Ilahi, sangat disayangkan bahwa masih
banyak gereja yang juga tanpa sadar memiliki cara pikir duniawi dengan menerapkan
pola-pola pendekatan yang juga manipulatif. Perhatikanlah iklan-iklan yang
terpampang di media-media masa, gereja-gereja modern justru sibuk memamerkan bintang
tamu, pengkhotbah, mujizat, doorprize, dan sederet artis pendukung sebagai
“nilay jualnya” dan daya tarik pengunjung. Kristus tidak memiliki tempat dalam kegiatan-kegiatan demikian! Suatu gagasan sekuler yang justru bertentangan
dengan firman Tuhan (Yoh. 12:32), dan bahkan ditolak oleh Kristus (Mat. 7:21-23).
Kristus juga tidak pernah mempraktekkan cara-cara manipulasi seperti ini untuk memperoleh
simpati dari pengikut-Nya! Sangat mengerikan bahwa gereja-gereja modern justru berbangga ketika mempraktekkan hal itu.
Yesus
dan Pengikut-Nya. lantas bagaimana cara Than Yesus berinteraksi dengan pada pengikut-Nya? Berbeda dengan cara-cara dunia yang manipulatif, Kristus
tidak pernah tergiur dengan banyaknya pengikut, Dia tidak pernah terpengaruh
oleh pujian dan tepuk tangan para Netizen! Tidak tergiur dengan orang-orang
hebat, kaya, dan berpangkat yang berebutan untuk mengikut-Nya. Dia adalah Pribadi agung
yang blak-blakan dengan siapapun tanpa takut akan kehilangan pengikut! Dia
tidak pernah menawarkan program-program spektakuler seperti ahli-ahli kampanye,
meskipun Ia yang merancang dan meletakan dasar bumi ini. Ia tidak mencoba untuk
merangkai kata-kata indah dalam khotbah seperti seperti para orator ulung,
meskipun Ia adalah Sang Firman Allah yang penuh hikmat. Ia bahkan tidak pernah sibuk mencuri domba
tetangga untuk dengan bangga memenuhi daftar member gereja-Nya seperti yang
banyak dilakukan gereja-gereja modern! Tidak. Yesus tidak melakukan itu!
Sebaliknya, Ia justru mengungkapkan serangkaian konsekwensi berat dan
penderitaan yang akan dialami kelak jika kita bersedia mengikuti-Nya. Suatu hal
yang berbanding terbalik dengan cara-cara dunia!
David Platt mengomentari hal ini
dengan nada yang lucu namun memukau. Platt mengatakan, Yesus bukanlah seorang
calon pemimpin yang lihai dalam hal mencari pengikut. Bisa Saudara bayangkan
jika Saudara menjadi salah satu Murid Tuhan pada saat itu Saudara pasti akan kecewa. Baimana tidak, ketika orang banyak
berkerumun hendak mengikut Dia, Yesus malah mengeluarkan pernyataan-pernyataan
“aneh” yang justru membuat pengikut-Nya itu mundur dengan teratur. Mulai dari kamu harus makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, sangkal diri, pikul salibmu, oiya, juga membeci Orang tua, Saudara, anak, menjual
harta, dan memberikan nyawanya. kalau kamu tidak melakukan hal-hal ini kamu tidak dapat menjadi Murid-Ku. Mungkin
Murid-murid-Nya langsung berkata, “Ooh,
Guru, jangan mulai lagi dengan pernyataan-pernyataan “aneh” itu! Itu hanya akan
membuat orang banyak ini pergi meninggalkan kita! kita akan kehilangan banyak aset!”. Tetapi perhatikan, Yesus tidak bergeming dengan cara-cara yang manipusai untuk memperoleh keuntungan dari pengikut-Nya! Dia menawarkan harga mahal dan berat di depan, bagi siapa saja yang bersedia mengikut-Nya! Inilah gambaran
dari Kristus yang sejati, Pribadi agung yang hidup dalam kebenaran tanpa
manipulasi dan kompromi.
Sosok Kristus yang berbeda dengan
Kristus yang dipopulerkan oleh gereja-gereja pemuja kemakmuran. Kristus yang
tidak dapat disogok oleh banyaknya perpuluhan. Kristus yang tidak dapat
diperintah-perintah, seolah-olah Dia pembantu yang siap melayani kebutuhan
kita. Kristus yang disajikan Alkitab kali ini adalah Kristus yang sangat
berbeda, Kristus yang menuntut dari Saudara dan saya untuk sangkal diri,
pikul salib, dan mengikuti Dia setiap hari. Tidak ada kenyamanan yang ditawarkan Kristus dalam pergumulan iman umat-Nya. Ini merupakan syarat yang berat
bagi seorang pengikut Kristus sejati! Maka sebelum saya melanjutkan khotbah
ini, ada baiknya saya bertanya kepada Saudara, bersediakah Saudara untuk
mendengarkan khotbah yang keras ini?
Kata-Nya kepada mereka semua:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (TB).
1. “SANGKAL DIRI : KETIKA YANG ENAK-ENAK DILARANG.”
Ada
yang menarik dengan lagu Rhoma Irama yang berjudul “Haram”. Pada bagian reff
lagu ini berbunyi demikian, “Kenapa semua yang enak-enak, itu diharamkan...Kenapa semua yang
asyik-asyik, itu yang dilarang”. Terdapat nilay kebenaran universal dalam
penggalan lirik lagu ini. Kebenaran universal yang menyatakan bahwa keinginan
daging itu merupakan hal-hal yang paling enak, mengasikkan, dibandingkan
keinginan Roh. Mengapa demikian? Karena
semua manusia berada dalam kuasa dan perbudakan dosa sehingga kecenderungan
hati serta perbuatannya selalu ingin berbuat dosa (Kej. 6:5; Mzm. 78:32; Rm. 6:16;
7:19-20). Dosa menjadi sesuatu yang nikmat. Ini merupakan natur manusia lama
kita (Gal. 5:19). Meskipun dunia sekuler menyangkali kebenaran dari natur dosa asal ini, namun sesungguhnya tanpa sadar mereka mendengungkannya di dalam kehidupan mereka. suatu kebenaran Alkitab yang tidak dapat ditolak.
Fakta dari kebenaran ini membawa kita kepada satu pertanyaan penting mengenai perihal tuntunan Tuhan ini, "Mengapa kita perlu
menyangkal diri?" Jawabannya sederhana, karena penyangkalan diri merupakan tindakan iman yang
menyatakan komitmen kita setelah lahir baru sebagai pengikut dan milik Kristus
(Gal. 5:24). Apa yang “enak-enak” dalam kehidupan lama kita, kini menjadi
sesuatu yang perlu disangkal, dibuang, dan diganti dengan yang baru yaitu apa
yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:2; Gal. 5:20-23). Penyangkalan diri
merupakan sebuah proses pembentukan dimana kita mulai masuk dalam kehidupan
yang dipimpin oleh Roh dan bukan daging.
Ini
merupakan syarat pertama sebagai seorang pengikut Kristus. Bersedia untuk
menyangkal diri, suatu perjuangan seumur hidup kita untuk tekun membuang semua
kebiasaan buruk dan perbuatan-perbuatan dosa serta menggantinya dengan kehidupan yang disiplin dalam kebenaran.
2. “PIKUL SALIB : KETIKA PENDERITAAN
MENJADI KEMULIAAN.”
“Salib” merupakan lambang penderitaan
dan kehinaan. Hal ini digambarkan
Alkitab dengan sangat jelas, Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1Pet 2:21;
4:13), kematian (Kis 10:39), kehinaan (Ibr 12:2), cemoohan (Mat 27:39), penolakan (1Pet 2:4) serta penyangkalan diri (Mat 16:24).
Memikul salib berarti sebuah panggilan
untuk hidup seperti Kristus. Suatu kehidupan baru yang siap untuk menderita,
dihina, dicemooh, ditolak, bahkan dalam batasan anugerah tertentu, “salib” berarti bersedia
menjadi martir bagi Kristus. Beberapa minggu lalu kita mendengar mengenai
berita penutupan tiga gereja di Jambi. Suatu berita yang menyayat hati karena
ditengah-tengah perjuangan untuk menegakkan nilay-nilay Pancasila dan kebhinekaan, perlakukan
yang diskriminatif masih saja terjadi. Reaksi beragam pun muncul dari
kalangan umat Tuhan, namun satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa “Inilah
Salib yang harus kita pikul!” Inilah harga dari mengikut Yesus yang harus kita
bayar. Saudara, kita harus mengasihi Yesus sampai dunia membenci kita. Karena
jika dunia belum membenci kita, itu berarti kita masih serupa dengan dunia!
(Yoh. 15:19). Hal ini jangan diartikan sebagai suatu tindakan ngawur untuk mencari-cari masalah, bukan, akan tetapi suatu tindakan iman yang mencolok dan menelanjangi kegelapan dunia sehingga dunia membenci kita karena kita tidak hidup dengan cara dan sistem dunia yang korup dan gelap.
Randy Alcorn, seorang hamba Tuhan yang
juga perjuang kemanusiaan bagi hak hidup anak-anak yang ingin diaborsi
memberikan kesaksian dimana ia harus memikul panggilan Tuhan ini meskipun
keluarganya terancam. Ia memberikan suatu kesaksian iman yang luar biasa,
Alcorn mengatakan, “Orang-orang yang berniat baik memperingatkan kami bahwa anak-anak kami
akan menderita karena keputusan saya (menolak legalitas hukum aborsi). Tetapi
kami percaya bahwa anak-anak menderita bukan saat orang tua mereka melakukan
kehendak Allah, tetapi waktu orang tua mereka tidak melakukan kehendak Allah!”
Alcorn memiliki pemahaman yang benar mengenai tanggung-jawab yang diberikan Tuhan
sebagai sebuah salib yang harus ia pikul. Dan salib yang hina itu memiliki
konsekwensi berat terhadap kehidupannya serta keluarga, namun ia juga menyadari
bahwa tidak ada mahkota tanpa Salib, karena satu-satnya jalan untuk memperoleh
mahkota kemuliaan itu haruslah melalui jalan salib.
Seperti perjuangan Alcorn, salib
Kristus harus nyata dan termanifestasikan dalam kehidupan kita. Meskipun berat
namun salib adalah satu-satunya jalan menuju kemuliaan karena tidak ada mahkota
tanpa salib. Sejak perintah ini
dikatakan Yesus, saat itu pula semua umat Tuhan di dunia ini bergumul dengan
salib mereka masing-masing, mulai dari para Murid, Bapa-bapa gereja, dan hingga
kita saat ini. Tidak ada satupun dari mereka yang tidak bergumul dengan
pencobaan dan penderitaan. Kekritstenan yang sejati tidak perlah lepas dari
kata ini, “Salib!”, karena itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa yang tidak
memikul salibnya, ia tidak layak bagi-Ku (Mat. 10:38). Hari-hari ini sebagian
besar orang percaya justru bertindak sebaliknya, mereka sedang berusaha untuk “membuang
salib mereka” dengan berbagai macam cara. Satu diantaranya adalah pemahaman teologis
yang keliru bahwa menjadi orang percaya pasti kaya, diberkati, dan tidak
menderita. Sebuah ajaran yang menyesatkan! Salib adalah konsekwensi logis bagi semua
pengikut Kristus. Tidak memilkul salib berarti tidak menjadi murid Kristus. That’s
the Christ Command!
3.
“IKUT AKU : KETIKA GEMBALA MEMANGGIL.”
“Ikut Aku”.
Kata ikut/mengikut (Yun. Akoloutheite)
bermakna sangat dalam. Suatu perintah yang berarti memerlukan tindakan tak
putus-putus, “Hendaklah dia terus mengikut Aku” (Wycliffe). Setiap hari, di
manapun kita mengikut dan menjadi pengikut Yesus. Kita membawa nama itu dan
menjadi misionaris-misionaris Allah di dalam pekerjaan, sekolah, di rumah, di lingkunagn
sosial. Dimanapun kita berada, jangan pernah lupa bahwa kita adalah pengikut
Yesus.
Kata “Aku” menunjuk kepada objek dari
keputusan kita. Dan objek itu adalah Yesus Kristus. Ini merupakan objek
sekaligus alasan utama dan terpenting dari keputusan iman kita. Saudara, orang
mungkin dapat tekun dan taat beragama, namun perhatikan, jika objek dari
ketekunan dan kesalehan agama itu keliru, maka hal itu tidak berfaedah sama
sekali. Dengan kata lain, sesaleh apapun hidup keagamaan seseorang, sebesar
apapun penderitaan yang dia bayar untuk imannya itu, namun jika Tuhan yang ia
sembah adalah objek yang salah, maka kesalehan dan imannya yang baik itu tidak memiliki arti
apapun. Banyak orang bergama di dunia ini yang sangat baik dan saleh, namun sayang
fokus imannya keliru. Untuk menegaskan dan menghindari kekeliruan itu, maka dua
kata ini (“Ikut Aku!”) menjadi hal yang sangat penting dan krusial bagi iman
Kisten. Setelah sangkal diri dan pikul salib, Tuhan Yesus melanjutkan dengan
kalimat penutup sebagai objek dari tindakan ketaatan itu, “Ikut Aku!”. Yesus
adalah objek serta alasan dari iman dan pengharapan kita, karena Dia adalah satu-satunya
Jalan, Kebenaran, dan kehiidupan (Yoh. 14:6). Mengikuti Dia berarti kita berada
di jalan yang tepat menuju kekekalan. Ia adalah Objek sekaligus alasan utama mengapa Saudara dan saya mengikut-Nya.
Penutup.
Menjadi pengikut Yesus bukan hanya sekedar datang, duduk, diam, dengar
pulang. Bukan juga sekedar berjalan "lenggang kangkung" tanpa beban
dibelakang Sang Gembala agung, namun ada tanggung-jawab di sana,
tanggung jawab untuk berjalan sambil menyangkal diri, dan memilkul salib
setiap hari. Ini merupakan panggilan dari pengikut Yesus yang sejati.
Menjadi pengikut Yesus tidaklah mudah karena membutuhkan totalitas,
komitmen yang teguh, serta daya tahan yang kuat, karena hal ini
berlangsung seumur hidup kita dan dalam setiap keadaan. Tentu saja
secara manusia kita tidak akan mampu, namun karena penyertaan dan karya Allah Tritunggal
jugalah, maka kita dimampukan untuk dapat tekun mengikut Kristus sampai di garis
akhir kehidupan kita (Yoh. 14:26; 16:13; Fil. 2:23; Ibr. 12:2). Kiranya kasih dan anugerah Allah memampukan Saudara dan saya selalu. Amin!
Soli
Deo Gloria!
_______________
Nb.
Tulisan ini merupakan ringkasan khotbah yang penulis sampaikan dalam kegiatan Ibadah
Youth di GPI Immanuel, Bdg.