Senin, 24 April 2017

KERANGKA KHOTBAH EKSPOSITORI—DEDUKSI


KERANGKA KHOTBAH EKSPOSITORI—DEDUKSI 
(Diambil dari bab III, buku karangan penulis)



   Dalam rangka menghindari kekeliruan pemahaman pembaca serta bahaya eisegesis, maka perlu penulis sampaikan kembagi bahwa metode Ekspositori—Deduksi yang dijelaskan dalam konteks tulisan ini bukanlah merupakan sebuah “prinsip penfasifan” tetapi hanya berperan sebagai “bagan” khotbah. Sedangkan prinsip penafsirannya, tetap menggunakan prinsip Induktif, yang juga merupakan persamaan dari metode pendekatan ekspositori. Prinsip penafsiran tersebut dimulai dari analisa terhadap teks Alkitab yang kemudian berkembang kepada jawaban bagi isu universal (khusus ke umum). Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai bagan dan kerangka tersebut dengan lebih terperinci.

Kesulitan yang paling umum dijumpai pada seorang pengkhotbah adalah memahami struktur dari kerangka khotbah. Berbicara mengenai struktur maka hal tersebut secara otomatis menyinggung mengenai sistematika suatu tulisan. Namun untuk mempermudah dan menghindari penggunaan istilah teknis yang sulit mengenai sistematika, maka pada bagian ini penulis akan menyederhanakannya menjadi tiga bagian, yaitu Pendahuluan, Isi, serta Penutup (Kesimpulan dan Relevansi) Ketiga hal ini perlu dipahami agar proses penyampaian isi berita Firman Tuhan dapat tersampaikan dengan teratur serta efektif.

Adapun prinsip deduksi (lawan dari induksi/induktif) yang dimaksud adalah suatu bentuk alur pemikiran dari yang umum menuju ke yang khusus. Hal-hal yang umum dibahas terlebih dahulu, kemudian mengerucut ke hal yang khusus yang berkaitan dengan Firman Tuhan yang ingin disampaikan atau yang menjadi jawaban bagi permasalahan umum tadi. Hal-hal umum atau universal tersebut dapat berupa berita di TV, Isu-isu yang sedang hangat di masyarakat, atau juga dapat berupa hal-hal umum apa saja yang dapat digunakan sebagai pengantar khotbah.  Lebih jelasnya, kerangka umum Khotbah Ekposisi—Deduksi yang meliputi Pendahuluan, Isi, dan Penutup tersebut jika digambarkan dalam bentuk diagram, maka akan berbentuk sebagai berikut:

         Sederhananya, dapat disimpulkan bahwa Khotbah Espositori—Deduksi merupakan jenis khotbah yang ditafsirkan dengan prinsip dasar eksegesis yang ketat, kemudian disampaikan dengan tiga bagian utama yang berbentuk segitiga terbalik, yaitu bagian Pendahuluan, berisikan penjabaran hal-hal atau isu-isu universal (umum) yang berkaitan dengan tema khotbah, kemudian dilanjutkan ke bagian kedua yaitu Isi Firman Tuhan, dimana bagian ini merupakan penjabaran poin-poin khotbah yang merupakan jawaban Firman Tuhan atas isu universal pada bagian pendahuluan, dan kemudian mengerucut pada bagian Penutup yang berisi kesimpulan dan hal-hal praktis apa saja yang perlu jemaat praktekkan, sehubungan dengan jawaban Firman Tuhan mengenai tema khotbah tersebut. Pola tersebut, merupakan pola yang umum digunakan dalam kerangka tulisan renungan-renungan harian. Hanya saja, pada buku-buku renungan, di bagian “batang tubuh” atau isi, penjabarannya dipersingkat pada masing-masing poin.

Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi sebuah panduan sederhana untuk menyusun kerangka khotbah. Salam.
_______________
Cat: Penjabaran yang lebih terperinci dapat dilihat pada buku penulis.

Sabtu, 22 April 2017

PD KAIROS SERVICE : "PENJAHAT DI HADAPAN RAJA"







Nats: Lukas 23:41-43 (TB). 

(41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."(42) Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (43) Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

______

          Dalam konsep teologi agama-agama, penekanan pada "perbuatan" baik merupakan syarat mutlak keselamatan. Tanpa perbuatan baik, maka jangan pernah bermimpi mengenai masuk surga. Namun berbeda ketika kita berbicara dalam konsep Iman Kristen. Iman percaya kepada Pribadi serta karya Yesus Kristus merupakan syarat mutlak. Hal ini justru berbanding terbalik dengan semua konsep keselamatan dalam agama mana pun. Di mana letak perbedaan yang lebih spesifik?, mengapa demikian?, apa jaminannya?.

          Dalam ayat Firman Tuhan di atas terdapat dua hal yang menjadikan konsep keselamatan dalam Kekristenan sangat istimewa. Dua tersebut juga yang menjadikan si "Penjahat" ini menerima Anugerah Allah.

1.   Pengakuan dosa/Pertobatan. “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita,...”

         Perhatikan ayat 41. Dalam ayat tersebut, si Penjahat benar-benar menyadari kesalahannya dan dengan lapang dada bersedia menerima penghukuman yang diterimanya, baik penyaliban, maupun penghukuman Allah. Ini merupakan ciri dari Pertobatan yang sejati. Suatu pengakuan dosa yang tulus yang timbul dari isi hatinya yang terdalam. Perlu diperhatikan bahwa hanya mereka yang mengaku dosalah yang menyadari bahwa mereka membutuhkan juruselamat. Tanpa Kesadaran ini, manusia akan sangat sulit untuk menerima Kristus. 

          Dosa telah menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang selalu merasa "Benar", bahkan di hadapan Allah. Dalam ilmu psikologi terdapat rumusan Defense mechanism, suatu konsep pertahanan diri yang selalu berusaha untuk membenarkan diri meskipun salah. Kecenderungan ini memperlihatkan sisi gelap manusia untuk sulit mengakui dosa. Jika saudara merasa "benar" maka saudara tentu tidak membutuhkan Kristus, akan tetapi jika saudara merasa seperti si "Penjahat" ini, maka pandanglah salib Kristus, dan berserulah kepada-Nya!

2.   Iman Kepada Kristus. "... Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja."

        Prinsip Iman Kristen pertama adalah pertobatan yang sejati. Dan yang kedua adalah Iman kepada Kristus. Kristus adalah objek Iman kristiani. Ironi memang, di tengah-tengah keraguan murid-murid Kristus, si Penjahat tersebut justru lebih dulu menerima Anugerah sehingga Ia memahami bahwa Yesus adalah sang Mesias penyelamat dunia. Inilah Anugerah yang Ia terima dipenghujung hidupnya. Ia menyadari bahwa Kristus adalah Raja yang akan datang untuk menghakimi dunia.

      Iman selalu menutut penyerahan diri secara total. Kalimat "Ingatlah akan aku" merupakan pernyataan iman dan pengharapan, sekaligus merupakan kalimat penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Kalimat ini menunjukan pengharapan yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Ia yakin hanya di dalam Kristus lah, Ia akan memperoleh keselamatan. Perhatikan kata "Raja" dalam kalimat tersebut. Kata "Raja", mengkonfirmasikan kepada kita bahwa Kristus memiliki otoritas di dunia dan di surga ( Mat. 28:18, Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi). Itu sebabnya keyakinan Iman di dalam Kristus memiliki kekuatan serta jaminan yang mutlak bagi mereka yang percaya. Penjahat tersebut bukan asal beriman, ia tahu persis kepada siapa Ia percaya dan mempercayakan hidupnya. Di dunia ini tidak ada yang dapat memberikan jaminan keselamatan bagi manusia, selain di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 14:6, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku). 

       Kedua hal ini yang menjadikan si penjahat tersebut menerima janji hidup kekal. Selanjutnya, mari kita melihat Respon Kristus.

3.   Keselamatan di Dalam Kristus.Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

        Kalimat yang Tuhan Yesus ucapkan kepada si penjahat tersebut sangatlah sederhana namun memiliki kekuatan dan jaminan yang menyelamatkan, bukan hanya bagi dia, namun bagi semua umat manusia yang paling berdosa sekalipun. Di dunia ini, tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa ada seorang nabi atau pendiri agama yang mampu mengklaim dan memberikan jaminan keselamatan hal seperti Kristus, “...hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan aku di dalam Firdaus”. Apalagi yang dijamin tersebut adalah seorang penjahat. Bahkan para nabi yang terbesar di Perjanjian Lama seperti Musa dan pendiri agama manapun akan berpikir seribu kali untuk mengucapkan kalimat pendek tersebut! 

     Terdapat beberapa hal yang sangat mengagumkan jika Saudara dengan seksama mencermati perkataan Kristus tersebut.

Ø  “Aku berkata kepadamu...”

        Kata “Aku” dalam kalimat ini dalam bahasa Yunaninya adalah “ego”. Kata ini menjadi penting karena memiliki hubungan yang erat dengan janji yang akan diberikan. Jika yang berjanji adalah manusia, maka tentu saja pengharapan kita kepada Kristus adalah sia-sia, namun jika Kristus adalah Allah maka janji tersebut memiliki kekuatan secara hukum dan otoritas yang mampu memberikan jaminan secara mutlak. Kata “Aku” juga sering kali dipergunakan Kristus dalam Injil Yohanes untuk merujuk kepada hakikat-Nya sebagai yang Ilahi. Misalnya “Akulah roti hidup”, “Akulah terang dunia”, “Akulah gembala yang baik”, “Akulah Pokok anggur” Akulah Pintu, “Akulah Jalan kebenaran dan hidup”, dll. Perhatikan bahwa kata “Akulah” selalu menekankan pada keutamaan dan otoritas Kristus. Maka ketika Kristus mengatakan “Aku berkata kepadamu”, hal tersebut sedang merujuk kepada otoritas pribadinya yang empunya kerajaan Sorga. 

Ø   “... Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan aku di dalam Firdaus”.

     Penekanan kata “Aku” di atas akan semakin jelas ketika kita membaca lanjutan dari ayat ini. Perhatikan sekali lagi bahwa Kristus memberikan jaminan kepada si penjahat dengan kalimat yang sangat tegas, “Sesungguhnya hari ini juga!”. Seperti yang telah penulis sampaikan sebelumnya bahwa Saudara tidak akan pernah menjumpai klaim demikian oleh tokoh agama manapun sepanjang sejarah dunia, hanya Kristus seorang! Kemudian kata “Firdaus” dalam ayat ini dalam bahasa asliya adalah “Paradeiso” (Yun.), yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebaga “heaven”. Maka terjemahan Indonesia dapat juga menggunakan kata “Sorga”. Jika demikian maka semakin jelas otoritas Kristus. Mengapa Ia mampu mengklaim hal demikian? Jawabannya hanya satu, Ia adalah Sang Raja pemilik kerajaan Sorga itu sendiri. 

       Kemudian Kristus bukan hanya memberikan jaminan, namun seperti janjinya dalam Injil Yohanes “di mana Aku ada, di situ pun kamu berada” (Yoh. 14:3) menyatakan bahwa Ia adalah Imanuel—Allah yang menyertai umat-Nya, Allah yang eksis, selalu ada dan tidak pernah tidak ada! Ia adalah Allah yang bukan hanya setia mendampingi kita di dunia ini, bahkan lebih, Ia juga memberikan janji penyertaan kepada kita dalam kekalan nanti. Di mana Ia berada, kita pun disana. Ini merupakan persekutuan yang mengagumkan dengan Dia. Dapatkah saudara melihat kasih dan anugerah serta kesetiaan Tuhan yang begitu besar dalam hidup Saudara?

Penutup.

         Dipenghujung tulisan singkat ini, bertanyalah dengan serius; Jika para nabi sebelum Kristus saja tidak mampu menjamin keselamatan manusia, lantas mengapa Kristus mampu? Tidakkah hal ini menggetarkan hati saudara mengenai siapa Pribadi agung ini? Tidakkah seperti para Murid, kita semua gentar di hadapan-Nya dan berkata “Siapakah gerangan orang ini, sehingga badai topan pun tunduk kepada perintah-Nya?” (Luk.8:25). 

        Renungkanlah kasih Kristus serta otoritasnya yang menjamin dan memimpin hidup kita hingga menuju kepada kekekalan. Saudara akan menjumpai bahwa hanya di dalam kristuslah ada keselamatan serta jaminan hidup yang sejati! Datanglah pada-Nya dengan kerendahan hati dan terimalah Ia sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara. "Kekristenan tidak berbicara mengenai seberapa baik dan layaknya kita di hadapan Allah, tetapi sebaliknya, Kekristenan berbicara mengenai seberapa baiknya Allah di dalam Kristus bagi kita"

Salam,
yb.

Selamat merayakan Jumat Agung dan Paskah kemenangan Kristus!




Minggu, 09 April 2017

YOUTH SERVICE : “BE A PEACE MAKER"


 Khotbah Ibadah Pemuda, Sabtu, 08/04/2017.


Nats: Yoh. 20:21, Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 
____________

          Kalau saudara senang bernyanyi maka ada dua lagu yang mewakili pencarian umat manusia akan suasana kedamaian. Pertama adalah lagu kasidah jadul yang dipopulerkan kembali oleh grup band Gigi, “Perdamaian, perdamaian ... ... Banyak yang cinta damai tapi perang semakin ramai ... ... Bingung bingung ku memikirnya.” Lagu bergendre timur tengah yang sarat akan kritikan sosial-politik ini, dengan sangat jelas mencerminkan kerinduan terdalam umat manusia untuk hidup dengan damai namun “Bingung memikirnya.”Kedamaian memang merupakan kerinduan terdalam semua umat manusia, tidak terkecuali kita sebagai umat kristiani, namun banyak dari kita yang mendefinisikan kedamaian secara keliru, yaitu suatu keadaan yang berhubungan dengan suasana hati kita. Misalnya, “Damai itu kalau si Mama gak cerewet”, “Damai itu kalau bos gak marah-marah”, “Damai itu kalau lagi jalan bareng ma si dia”, “Damai itu kalau lagi deket ma kecengan”. Ada juga orang-orang Kristen yang terinspirasi dengan kata “damai” sampai-sampai anaknya dinamakan si “Damai”, tapi kerjaannya di sekolah berantem mulu. Ada juga yang punya toko martial namanya “Damai Jaya”, tapi di toko kerjaannya marah-marahin anak buah wae. Memang kedamaian itu didambakan namun sulit dicapai. Jika demikian apa sebenarnya makna dari kata “Damai” itu?... bingung ya?... Saudara tidak sendiri karena seperti lirik lagu di atas manusia zaman ini semua bingung memikirkannya.


         Apa sih sebenarnya “Damai/Damai Sejahtera” itu? (Baca, Yoh. 20:21). Tahu kah Saudara bahwa di dalam konsep Agama-agama, klaim-klaim sebagai  “Agama damai” seringkali kita dengar, namun satu-satunya agama yang paling sering mempraktekkan salam kedamaian adalah Kristen. Darimana kita tahu? Jawabannya ada pada kata "Syalom".  Kata “Syalom” yang Saudara ucapkan kepada Saudara seiman yang dijumpai ketika masuk ke ruangan Gereja atau di rumah dan di komunitas Kristen lainnya adalah ucapan yang sangat bermakna! Kata “Syalom” berasal dari kata Ibrani yang berarti Damai Sejahtera. “Suatu Salam persahabatan yang merujuk pada keyakinan iman bahwa saudara yang kita sapa itu dalam keadaan sehat, damai, sejahtera, tidak khawatir, dan tenteram dalam kasih Tuhan.” Sedangkan dalam ayat di atas yang barusan kita baca, kata “Damai Sejahtera” tersebut digunakan kata Yunani “Eirene”. Kata “Eirene” tersebut memiliki makna yang sama dengan “Syalom”, suatu salam yang bukan hanya ucapan formalitas namun merupakan doa iman yang dapat membangun dan juga meruntuhkan (Bdk. Luk. 10:5-6). Kita telah mengetahui makna dan pentingnya ucapan Syalom tersebut. Kita akan beranjak ke pembahasan yang lebih dalam.

           Pada pembukaan khotbah di atas, saya sempat menyinggung mengenai dua lagu yang mewakili pencarian umat manusia akan kedamaian. Dan lagu yang kedua, adalah lagu rohani jadul namun memiliki makna yang sangat dalam! Mari perhatikan kata-katanya, “Ke gunung tinggi kunaik ... naik ... naik ... naik, mencari damai, ke lembah jurang kuturn .... turun ... turun, mencari damai. Namun akhirnya juga, tiada ku dapati jua, kecuali hanya di dalam Yesus Tuhan.” Jika saudara menyimak dengan seksama, maka secara umum terdapat dua kebenaran yang kita jumpai dalam dua lagu tersebut.
  1. Umat manusia di muka bumi ini semua merindukan Damai Sejahtera, namun tidak tahu cara untuk mencapainya. 
  2. Umat Kristen sudah memperoleh Damai Sejahtera, namun justru seringkali tidak menyadari dan tidak tahu cara membagikannya kepada dunia.
          Dan Poin yang kedua ini adalah bagian yang akan kita geluti secara serius pada pertemuan kali ini. Mari perhatikan sekali lagi ayat Firman Tuhan di atas dan kita membaca satu kali lagi (Yoh. 20: 21). Ada tiga hal yang akan kita pelajari dari ayat ini.

1. Damai sejahtera yang sejati hanya ditemukan di dalam Kristus (“Damai sejahtera bagi kamu!”).

         Terdapat hal yang sangat penting pada ayat ini. Pada ayat tersebut dikatakan bahwa “Damai sejahtera bagi kamu!”. Dalam Injil Yohanes 14:27, dengan lebih jelas Tuhan Yesus mengatakan bahwa: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku, Ku berikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu!”. Perhatikan bahwa “Damai Sejahtera” dalam konsep Iman Kristen sangat berbeda dengan konsep “Damai Sejahtera” agama manapun. Bahkan Tuhan membandingkan Damai Sejahtera yang Ia berikan dengan “yang diberikan oleh dunia”, artinya semua hal yang dapat dunia berikan untuk mencapai damai sejahtera, tidaklah sebanding dengan apa yang Tuhan Yesus berikan! Damai sejahtera yang dunia berikan terbatas, dan sama sekali tidak menjamin kehidupan yang damai.

          Damai Sejahtera dalam Iman Kristen berhubungan erat dengan Pribadi Kristus. Artinya apa? Artinya Kristus adalah pusat dan sumber “Damai Sejahtera” yang dicari oleh umat manusia! Di luar Kristus tidak ada Damai Sejahtera. Di luar Kristus Saudara tidak akan menemukan kedamaian, di luar Kristus hanya ada kehampaan. Agustinus, seorang Filsuf  Kristen dan Bapa gereja yang sangat dihormati, dalam pencarian imannya, ia menyadari satu hal penting bahwa, Tuhan telah menciptakan kita dengan menaruh suatu ruang kosong yang hanya dapat di sisi oleh Pribadinya. Hanya di dalam pribadi Kristuslah kita akan menjumpai damai sejahtera yang sejati.

          Lantas mengapa kita masih khawatir, takut dan bimbang? Karena kita belum benar-benar mengerti mengenai kebenaran Firman Tuhan tersebut, bahwa kita telah berada dalam “Damai Sejahtera” Kristus. Kita belum memahami bahwa seperti para Rasul, Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa “Damai Sejahtera bagi Kamu!”. Bukankah satu-satunya tempat yang paling aman dan damai adalah ketika kita bernaung di dalam pelukan kasih serta pelindungan Allah? (Maz. 91), Bukankah Rasul Paulus mengatakan bahwa “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom. 8:31).  Jika saat ini Saudara sedang dalam keadaan takut, tertekan, dan hilang kedamaian, maka saya mengundang Saudara untuk datang kepada Kristus. Mintalah agar Ia memberikan damai sejahtera yang sejati, yang akan memimpin hidup Saudara untuk menghadapi tantangan demi tantangan hidup.

2. “We Are the Agent of Peace” (...Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu).

           Kita telah belajar mengenai kebenaran bahwa kita sebagai Orang percaya adalah orang-orang yang hidup dalam damai sejahtera Kristus. Namun tidak berhenti disitu. Damai sejahtera yang kita terima tersebut harus dibagikan kepada dunia. Kebenaran berikutnya adalah Kristus mengutus kita sebagai agen-agen pembawa damai Kristus ditengah-tengah dunia yang chaos—kacau, tanpa damai, serta tanpa pengharapan.

         Kata “Mengutus” dalam ayat ini berarti “Mengirim pergi”. Seperti seorang misionaris yang dikirim ke suatu daerah untuk memberitakan Injil, demikian halnya, kita diutus oleh Tuhan untuk pergi kedaerah kita masing-masing untuk membawa Damai SejahteraKristus bagi lingkungan dimana kita berada. Di rumah, di Kampus,di lingkungan sosial, di Gereja, di mana saja kita berada, kita dituntut untuk membawa damai sejahtera di sana.

         Bagaimana caranya? Terdapat tiga cara yang dapat kita lakukan.

         a. Membawa damai melalui komunikasi lisan.  Lisan berarti kita menjadi agen-agen pembawa damai sejahtera Kristus dengan perkataan yang membangun, dan mendamaikan, bukan bergosip dan menjadi pemecah-belah.

         b. Membawa damai melalui komunikasi tulisan. Tulisan, berarti kita menjadi agen Kristus melalui media sosial online yang kita miliki dengan tulisan-tulisan yang memberkati dan bukan mengutuk. Tulisan-tulisan yang menguatkan, bukan melemahkan. Tulisan-tulisan yang bermafaat dan membangun, bukan yang mencela.

         c. Membawa damai melalui tindakan/prilaku. Tindakan berarti melalui perbuatan kita sehari-hari orang merasakan pengaruh yang positif. Perbuatan yang menunjukan bahwa kita adalah agen-agen pembawa damai sehingga siapapun yang berada di dekat kita akan merasakan ketenangan bukan sebaliknya, menjadi trouble maker.

3. Alasan mengapa kita harus mewujudkan Damai Sejahtera.

 Ada tiga alasan mendasar mengapa kita harus mewujudkan damai sejahtera Kristus dalam hidup kita, (1). Karena kita diutus secara langsung oleh Tuhan (Yoh. 20:21). (2). Karena Damai Sejahtera berhubungan dengan Buah Roh (Gal. 5:22) yang merupakan salah satu buah yang harus nampak dalam kehidupan kristiani yang normal. (3). Karena kita adalah anak-anak Allah (Mat. 5:9).
 Kesadaran akan tanggung-jawab kita sebagai agen-agen dan generasi Muda Gereja sebagai pembawa damai sejahtera, akan membawa pengaruh positif bagi masa depan kita, lingkungan sosial kita dan juga mempermuliakan Kristus.


Penutup.

          Damai sejahtera dalam Iman kristen tidak terlepas dari pribadi Kristus. Maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, Pertama, Saudara tidak akan menemukan damai sejahtera di manapun selain di dalam Kristus! Kedua, kita bukan hanya telah menerima dan hidup di dalam damai sejahtera Allah, namun kita juga perlu menyadari bahwa kita diutus untuk menjadi pembawa damai di lingkungan dimana kita berada. Ketiga, Ucapkanlah “Syalom”, dalam pemaknaan yang benar sebagai suatu ungkapan kesungguhan iman dan doa kita kepada suadara seiman yang kita jumpai. Keempat, Sebagai penutup, sebagaimana kita telah diutus, maka langkah selanjutnya adalah marilah kita pergi, dan membagikan damai sejahtera Tuhan kita kepada semua orang melalui, perkataan lisan, tulisan, dan prilaku yang memberkati dan mempermuliakan Tuhan. 

           Semoga Tuhan menolong kita. Amin!...