Minggu, 15 Mei 2022

“’Ikutlah Aku!’: Panggilan Bagi yang Terpinggirkan”


 

GEKARI SOLA FIDE CIMAHI

Ringkasan Khotbah Minggu, 15 Mei 2022
“’Ikutlah Aku!’: Panggilan Bagi yang Terpinggirkan”
Nas: Matius 9:9-13

Oleh: Yosep Belay, M.Th

_________________________________________


Pendahuluan

            Dalam Injil Matius terdapat empat kali Tuhan Yesus mengatakan: “Ikutlah Aku.” Pertama, ketika  Ia memanggil Petrus, “Ikutlah Aku...” (Mat. 4:19). Kedua, kepada salah seorang murid-Nya, “Ikutlah Aku...” (Mat. 8:22). Ketiga, kepada Matius, “Ikutlah Aku….” (Mat. 9:9). Dan keempat, kepada seorang muda yang kaya, “Ikutlah Aku…” (Mat. 19:21). Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa disetiap panggilan itu diberikan terdapat syarat dan tuntutan radikal yang Tuhan kehendaki agar mereka lakukan. Panggilan kepada Petrus, menuntun ia dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Panggilan kepada salah seorang murid lainnya, menuntut ia memprioritaskan Kristus lebih dari pada keluarganya. Panggilan kepada orang muda yang kaya, menuntut ia untuk mengasihi Allah dan sesama lebih dari hartanya.

            Bagaimana dengan panggilan kepada Matius? Ini yang akan menjadi renungan kita.

Nas: Matius 9:9-13______________________________________________

9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.

9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.

9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"

9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.

9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (supaya mereka bertobat—Luk. 5:32).

______________________________________________________________________________

Eksposisi dan Bahasan

            Berkaitan dengan pembacaan firman Tuhan dalam perikop ini maka terdapat tiga pokok penting yang akan kita perlajari bersama, yaitu:

1.      Memahami Makna Panggilan Kristus: “Ikutlah Aku” (ay. 9a)

Menjadi pengikut Kristus bukanlah pilihan kita, tetapi pilihan Allah. Allah yang memilih, memanggil dan menyelamaknan kita, bukan kita yang memilih untuk percaya (ay. 9; Yoh. 15:16a). Di dalam panggillan itu tercermin jelas mengenai anugerah Allah yang besar bagi orang percaya. Terlebih besar lagi ketika anugerah itu dinyatakan bagi mereka yang terpinggirkan seperti Matius. Pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan yang tercela karena, si pemungut merupakan kaki tangan Romawi yang memeras bangsanya sendiri, orang Yahudi. Itu sebabnya mereka dikucilkan.

Dalam pelayanan Kristus secara umum akan kita jumpai bahwa Ia selalu memprioritaskan pelayanan-Nya bagi mereka yang terpinggirkan. Mereka yang menerima panggilan Kristus itu berasal dari masyarakat kelas bawah—orang-orang yang dikucilkan secara ekonomi, sosial dan agama. Mengapa demikian? Karena pada masa itu, orang-orang Farisi/Rabi menganggap bahwa orang yang miskin, sakit dan melarat adalah orang-orang yang berdosa dan sementara terkena hukuman Allah. Maka mereka dikucilkan, tidak memperoleh kesempatan untuk dilayani, bahkan mendapat diskriminasi (Lihat: ay. 11 dan Luk. 18:9-14; Doa Orang Farisi dan Pemungut Cukai).

Akan tetapi, inilah fokus pelayanan Kristus sehingga gereja saat ini perlu dengan serius mempertimbangkan fokus pelayanannya. Jika pelayanan gereja hanya beorientasi pada kalangan tertentu, maka kita perlu berhati-hati. Jangan-jangan kita sementara terjebak dalam bentuk lain dari Farisi-Farisi modern. Tidaklah salah melayani kalangan tertentu, namun adalah keliru jika orientasi pelayanannya hanya mengarah ke mereka dan mengabaikan lainya.

Berbeda dari cara pandang teologi yang keliru dari kalangan Farisi, Kristus justru mencari orang-orang yang terpiggirkan, itu sebabnya Ia tegas mengatakan, “bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit.”  (9:12). Kitalah orang-orang sakit itu. Orang-orang sakit yang begitu dikasihi Allah; Orang-orang sakit yang dicari dan panggil oleh Kristus; orang-orang sakit yang kini telah ditebus dan dimerdekakan menjadi anak-anak Allah. Puji Tuhan!

John Stott: “Yesus mengajar kita dalam perumpamaan-Nya bahwa, apakah kita sadar untuk mencari Allah atau tidak, Ia pasti mencari kita. Ia seperti seorang wanita yang menelusuri rumahnya untuk mencari dirman yang hilang; seperti gembala yang mempertaruhkan hidupnya melewati bahaya di padang gurun untuk mencari satu domba yang hilang; dan seperti seorang ayah yang merindukan anaknya yang susah dikendalikan dan mengijinkannya merakasan pahitnya kebodohan dirinya sendiri, namun siap di setiap saat untuk berlari menemuinya dan menyambutnya kembali pulang ke rumah.”

“Ikutlah Aku!” adalah panggilan yang menggerakkan kita pada kehidupan kekal dalam persekutuan dengan Bapa karena Kristuslah “jalan dan kebenaran dan hidup.” Amin?

2.      Meresponi Panggilan Kristus: “…bangkit lalu mengikut Dia” (ay. 9b).

Untuk menjadi pengikut Kristus, setidaknya kita perlu memulai dari dua hal: Pertama adalah keputusan untuk meresponi panggilan itu, dan kedua dan paling mendasar adalah pertobatan.

Matius melakukan kedua hal ini. Ketika undangan Kristus sampai kepadanya, ia kemudian merespons, “maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia.” (ay.9).  Walaupun kita mendapati bahwa murid-murid lain yang dulunya nelayan kadang-kadang masih menjala ikan lagi setelahnya, tetapi kita tidak pernah mendapati Matius kembali lagi ke rumah cukai. Mengikut Kristus merupakan sebuah keputusan untuk beranjak dari zona nyaman, kehidupan lama yang berdosa serta lingkungannya yang membelenggu kita. Karena tujuan panggilan Tuhan itu adalah: “supaya mereka bertobat/metanoia” (Luk. 5:32).

Ada perbedaan antara penggemar dan pengikut. Kita tidak dipangil Kristus untuk menjadi penggemar-Nya yang hanya menjadi penonton namun tidak bertanding. Tetapi kita dipanggil Kristus untuk mengikuti-Nya. Menjadi pengikut, berarti berjalan bersama dengan-Nya dan melakukan apa yang Ia kehendaki. Mengikut berarti, masuk dalam arena pertandingan iman dan bertanding hingga akhir (1 Tim. 6:12). Mengikut Kristus menuntut sebuah perubahan radikal dalam hidup kita. Perubahan yang membuat kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus yang berbeda dari kehidupan lama kita (2 Kor. 5:17).

Kyle Idleman: “Yesus tidak pernah tertarik untuk memiliki penggemar…ada banyak gereja di dunia maupun di Indonesia yang telah berubah—dari altar menjadi stadion. Setiap minggu para penggemar memasuki stadion itu. Mereka bersorak bagi Yesus, namun tidak benar-benar berminat untuk mengikuti Dia. Ancaman terbesar gereja hari ini adalah banyaknya gerombolan penggemar yang menyebut diri mereka Kristen namun tidak benar-benar berminat untuk mengikuti Kristus.”

Pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah: Saat ini kita sementara berdiri dalam kelompok yang mana? Penggemarkah atau Pengikut Kristus?

Untuk mempertegas posisi iman kita, maka saya hendak memberikan Bapak-Ibu sebuah tantangan, bersedia Bapak-Ibu? Tantangan: Ay. 9b, Maka berdirilah Matius ( …………………… ) lalu mengikut Dia.

3.      Mengikut Kristus berarti: Bersedia menjadi saksi-Nya (ay. 10; Yoh. 15:16b).

Menjadi saksi Kristus dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama, bersaksi melalui teladan hidup yang baik. Kedua, bersaksi melalui percakapan pemberitaan Injil kepada sesama. Dan keseluruhannya dapat secara efektif dimulai dari orang-orang terdekat  yang kita kasihi, yaitu keluarga, kerabat dan sahabat. 

Matius menjadi berkat bagi teman-temannya pemungut cukai dan orang-orang berdosa setelah ia mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan. Ia menjadi agen perantara yang mempertemukan teman-temannya dengan Kristus, sekaligus ia juga menjadi agen perantara bagi kita kepada Kristus ketika kita membaca Injil Matius.

Matius menjadi contoh yang paling baik bagi kita dalam menjadi saksi Kristus. Setelah perjumpaan dan tanggapan panggilannya, ia membuka rumahnya bagi Kristus dan mengundang kawan seprofesinya (orang-orang berdosa) untuk datang kepada Kristus. Tugas pelayanan Matius sederhana, hanya membuka rumahnya dan mengundang sahabat-sahabatnya kemudian mereka berjumpa dengan Kristus dan mengalami pemulihan. Sederhana namun sangat berdampak.

Akan tetapi teladan Matius yang menjadi saksi Kristus tidak hanya sampai di situ, melalui Maitus, kita menerima warisan dan menikmati berkat kebenaran firman Tuhan melalui Kitab Matius ini yang ditulis olehnya. Matius pemungkut cukai itu telah mengambil keputusan untuk mengikut Kristus dan telah mewariskan berkat rohani yang tak terhingga melalui tulisan Injilnya.

Fransiskus dari Asisi: “Beritakanlah Injil setiap waktu melalui perbuatan, namun jika memungkinkan, sampaikanlah dalam bentuk kata-kata.”

Kesimpulan

1.      Seperti Matius yang dipanggil Tuhan Yesus, maka melalui kebenaran firman ini, Tuhan Yesus juga sementara memanggil kita untuk masuk dalam persekutuan yang lebih intim dengan-Nya.

2.      Panggilan Tuhan itu menuntut kita untuk bangkit berdiri dan keluar dari kehidupan lama kita. Sebuah tuntutan untuk benar-benar bersedia memperbaharui kehidupan kita.

3.      Panggilan Tuhan itu juga sekaligus merupakan persiapan untuk masuk dalam misi Kristus, yaitu kehidupan yang menjadi saksi-Nya dalam perkataan, pikiran dan perbuatan. Kesaksian yang dimulai dari orang-orang terdekat kita di dalam rumah.

John Stott: “Jika kita sadar akan panggilan Kristus dan menyerah pada usaha melarikan diri dari-Nya, maka tidak ada ruang untuk menjadi sombong atas apa yang telah kita lakukan. Yang ada hanyalah rasa syukur yang teramat besar atas kasih karunia dan pengampunan-Nya, serta teguh berdiri dalam panggilan pelayanan sepanjang hidup kita.”

Soli Deo Gloria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar