Nas : “Pada mulanya Allah...” [Kejadian 1:1]
__________
Setiap kali kita merayakan dan memasuki tahun baru, kita sesungguhnya
sedang merayakan suatu fakta tentang realitas hidup umat manusia yang
terbatas dalam “ruang” dan “waktu”. Kita terikat dalam dua dimensi ini.
Tidak ada satu makhluk hidup di bawah kolong langit ini yang tidak
takhluk di dalam ruang dan waktu. Suatu fakta yang mengkonfirmasikan
bahwa Saudara dan saya memiliki keterbatasan eksistensial yang memaksa
kita untuk tunduk dan takhluk di hadapan dua realitas tersebut.
Merayakan tahun baru memang mengasikkan dan menggembirakan, namun
sekaligus juga mengekspresikan misteri mengenai keterbatasan kita
sebagai manusia di dunia fana ini.
Kebenaran ini mendorong kita untuk mau tidak mau harus bergantung pada Sang Khalik yang melampaui ruang dan waktu, dan yang kekal itu. Bukan suatu kebetulan jika di pasal pertama dan ayat pertama dalam Alkitab dimulai dengan satu pewahyuan kebenaran yang sahih sebagai jawaban dari kekosongan eksistensialis umat manusia. “Pada mulanya Allah...”, mengkonfirmasikan bahwa Ia selalu ada sebelum keberadaan yang berada, dan Ia juga yang menjadi satu-satunya penopang bagi kefanaan kita di dalam ruang dan waktu. Allah harus menjadi yang terutama dalam kehidupan kita, termasuk ketika kita membuka lembaran yang baru di tahun yang baru ini.
Seperti Alkitab yang memulai pewahyuan kebenaran dari keyakinan mendasar akan Allah yang hidup, yang mencipta, menopang, memelihara, dan mengendalikan perjalanan hidup manusia serta sejarah alam semesta, demikian halnya kita sebagai umat-Nya. Hari pertama di tahun yang baru ini kiranya kita tidak hanya berfokus dan larut dalam euforia perayaan sehingga melupakan esensi dan refleksi iman bahwa kita tidak dapat memulai sesuatu yang baru tanpa penyertaan, pimpinan dan anugerah Allah. Mulailah segala sesuatu dengan Allah, dengan demikian kita akan mampu menghadapi setiap kemungkinan hidup yang terburuk sekalipun hingga di akhir tahun baru ini, karena Ia bukan hanya Sang Alfa namun juga Sang Omega; Yang awal dan Yang akhir, dan Yang melampaui ruang dan waktu. Selamat tahun baru, sertakan Tuhan selaludalam segala langkah hidup kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati. (yb)_
Kebenaran ini mendorong kita untuk mau tidak mau harus bergantung pada Sang Khalik yang melampaui ruang dan waktu, dan yang kekal itu. Bukan suatu kebetulan jika di pasal pertama dan ayat pertama dalam Alkitab dimulai dengan satu pewahyuan kebenaran yang sahih sebagai jawaban dari kekosongan eksistensialis umat manusia. “Pada mulanya Allah...”, mengkonfirmasikan bahwa Ia selalu ada sebelum keberadaan yang berada, dan Ia juga yang menjadi satu-satunya penopang bagi kefanaan kita di dalam ruang dan waktu. Allah harus menjadi yang terutama dalam kehidupan kita, termasuk ketika kita membuka lembaran yang baru di tahun yang baru ini.
Seperti Alkitab yang memulai pewahyuan kebenaran dari keyakinan mendasar akan Allah yang hidup, yang mencipta, menopang, memelihara, dan mengendalikan perjalanan hidup manusia serta sejarah alam semesta, demikian halnya kita sebagai umat-Nya. Hari pertama di tahun yang baru ini kiranya kita tidak hanya berfokus dan larut dalam euforia perayaan sehingga melupakan esensi dan refleksi iman bahwa kita tidak dapat memulai sesuatu yang baru tanpa penyertaan, pimpinan dan anugerah Allah. Mulailah segala sesuatu dengan Allah, dengan demikian kita akan mampu menghadapi setiap kemungkinan hidup yang terburuk sekalipun hingga di akhir tahun baru ini, karena Ia bukan hanya Sang Alfa namun juga Sang Omega; Yang awal dan Yang akhir, dan Yang melampaui ruang dan waktu. Selamat tahun baru, sertakan Tuhan selaludalam segala langkah hidup kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati. (yb)_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar