Dunia kita telah
dibudayakan dengn beragam jenis ide-ide mengenai kebenaran dan realitas. Latar belakang
perspektif saya berbeda dengan tetangga di sebelah saya, yang memiliki
beranekaragam asumsi, sama seperti tetangga di seberang jalan. Seseorang mungkin
percaya jawaban untuk permasalahan kita terletak pada apa yang dimaksudkan
sebagai kejahatan oleh orang-orang lain. Nirwana seseorang adalah neraka bagi
orang-orang lain. Pada inti tampilan yang berbeda ini terbentang pandangan
seseorang mengenai Allah dan bagaimana sifat-sifat ilahi itu berhubungan dengan
dunia. Lensa intelektual tempat kita mengamati dan menginterpretasikan segala
sesuatu ini disebut wawasan dunia (worldview), dan setiap orang telah
memilikinya.
Worldview adalah sekumpulan
asums-asumsi dasar yang menata penjelasan-penjelasan kita tentang hidup dan
segala sesuatu di dalamnya – sekumpulan pokok-pokok kepercayaan yang kita anut
dengan tanpa disadari ketika kita memilihnya. Cara pandang semesta kita
merupakan gambaran besar yang menuntun kita menempuh hidup, dan kita harapkan
juga akan menuntun kita melalui kematian. Landasaan kerangka acuan ini
menggarisbawahi filsafat hidup dan teologi kita.
Beberapa contoh worldview
sebagai berikut: Teisme. Teisme mempercayai sesuatu yang terbatas, Allah yang
berpribadi ada dan berhubungan dengan dunia ciptaan-Nya. Deisme. Deisme
menerima Allah menciptakan alam semesta, tetapi kemudian Ia dipercaya tidak lagi
berhubungan dengan ciptaan-ciptaan-Nya. Ateisme. Ateisme menolak sepenuhnya
kepercayaan kepada Allah. Panteisme. Panteisme percaya alam semesta adalah
Allah, tempat dimana Politeisme percaya kepada banyak allah.
Kata “worldview”
terdengar abstrak dan lepas dari kehidupan sehari-hari. Tetapi, sangatlah
penting bahwa sebuah wordlview perlu dipahami dan dibedakan dari
worldview-worldview lainnya. Setiap kepercayaan yang kita anut, setiap isu yang
kita pertimbangkan, setiap topik yang kita diskusikan, merupakan perpanjangan
dari wordlview kita. sebagain besar konflik manusia muncul dari benturan
antyar-worldview ini. Apakah kita telah memikirkannya dengan sadar atau tidak,
wordlview kita menembus kehidupan kita, menentukan nilai-nilai kita, dan menjadi
kompas kehidupan kita. Pikiran-pikiran kita dan pilihan-pilihannya disaring
melalui wordlview ini, dan tindakan-tindakan kita pun akan merefleksikannya.
___________
Sumber: Rick Cornish, 5 Menit Apologetika (Bandung: Pionir Jaya, 2007), 81.
Sumber: Rick Cornish, 5 Menit Apologetika (Bandung: Pionir Jaya, 2007), 81.