Senin, 16 Oktober 2017

RENUNGAN : WAKTU [:Anugerah Allah yang Terabaikan!]

Nats : Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mazmur 90:12)


             "Waktu" merupakan anugerah umum yang Allah sediakan bagi semua umat manusia tanpa terkecuali, baik orang percaya maupun tidak. Baik orang saleh maupun penjahat. Semuanya memperoleh bagian yang sama dalam satu hari: 24 jam, 1440 menit, 86.400 detik. Segala sesuatu yang kita lakukan, semuanya dilakukan di dalam suatu rentan "waktu". Kita mandi, makan, bekerja, berdoa, memuji Tuhan, bahkan dalam membaca tulisan ini pun, Saudara sedang melakukannya di dalam suatu "waktu" tertentu. Pepatah dunia sekuler mengatakan, "Time is money". Tetapi sesungguhnya waktu tidak sama dengan uang, waktu memiliki harga yang sangat mahal! Mahalnya harga dari "waktu" yang dianugerahkan Tuhan akan sangat terasa ketika suatu saat Saudara mempertanggung-jawabkan segala sesuatu di hadapan Tuhan. pada saat itulah, waktu tidak dapat diukur dengan apapun. Uang dapat dicari gantinya, namun waktu yang telah lewat, tidak mungkin akan kembali dan ditebus dengan bayaran berapa pun. Itu sebabnya kita sering mendengarkan kalimat-kalimat seperti, "kalau saja waktu itu...", "kalau saja waktunya dapat diulang kembali...", "Kalau saja Tuhan masih memberi saya waktu", dll. Kalimat-kalimat ini merupakan ungkapan penyesalan yang diakibatkan karena keterbatasannya waktu dalam hidup manusia atau pun karena penggunaan waktu dengan tidak tepat. Meski pentingnya berkat yang satu ini, namun entah disadari atau pun tidak, waktu masih menjadi berkat Tuhan yang paling sering diabaikan.

                 Ketika kita memperingati hari ulang Tahun, itu berarti kita sedang mengenang waktu-waktu yang telah Tuhan anugerahkan. Seorang hamba Tuhan memberikan beberapa gambaran bagaimana manusia menghitung waktu-waktunya. Dua diantaranya adalah, menghitung waktu dengan cara menjumlahkan. Cara ini biasanya dipergunakan oleh anak-anak, dan kaum remaja, betapa bahagianya ketika mereka menyadari bahwa mereka telah menjadi dewasa. Usia mereka bertambah setahun. Cara berikutnya adalah dengan mengurangkan waktu. Jika yang pertama menyoroti dari depan, maka pola yang kedua dari belakang. Usia kita berkurang setahun. Pola ini hanya digunakan bagi mereka yang bijak, Musa serta para penulis Alkitab menggunakan pola ini (Mzm. 90:10; Yak. 4:14; Pkh. 3:5-8). Saudara terkasih jika kita memperhatikan pengajaran Musa dalam ayat di atas (Mzm. 90:12), Musa memulai pengajarannya dengan satu kalimat penting, "Ajarlah kami!". Mengapa Musa yang seorang hamba Allah masih membutuhkan pengajaran dari Tuhan? Musa benar-benar menyadari akan keterbatasannya sebagai manusia, dan ketidak mampuannya untuk memahami rencana dan maksud Tuhan dalam hidupnya. Meskipun ia sangat pandai dan bijaksana, namun ketika bersentuhan dengan makna dan tujuan hidup, ia harus berpaling pada tuntunan Tuhan. Seperti Musa, maka hanya dengan memohon pengajaran dari Allah, kita akan memahami betul mengenai maksud dan tujuan hidup kita. Tujuan hidup yang diorientasikan pada diri sendiri dapat berdampak pada pengelolaan waktu yang terbuang hanya untuk memuaskan ego semata. Hal ini tentu sangat berbahaya, karena kita akan menghabiskan sebagian besar waktu kita hanya untuk mengejar apa yang bukan menjadi prioritas yang terutama dalam hidup. Bertanyalah pada Tuhan, carilah kehendak-Nya, dan hiduplah di dalamnya. Ini merupakan prioritas utama umat Tuhan.

                Musa kemudian menghubungkan "hati yang bijaksana" dengan "menghitung hari-hari". Dengan kata lain, mereka yang menyadari akan keterbatasan waktu dan "menghitung" hari-hari masa hidupnya di dunia ini, pasti akan hidup dengan bijaksana serta memanfaatkan waktu yang Tuhan berikan dengan sebaik mungkin. Bayangkan saja jika waktu hidup Saudara hanya tersisa beberapa hari. Apa yang akan saudara lakukan?, Saudara pasti akan memilih untuk melakukan hal-hal yang paling penting, terbaik, terhormat, dan termulia dalam sisa waktu yang ada, dan semua hal ini merupakan suatu tindakan yang bijaksana. "Hati yang bijaksana" dalam ayat ini, berbicara mengenai keputusan-keputusan penting tersebut. Pada pemikiran yang penuh hikmat demikianlah seharusnya kita mempergunakan waktu yang Tuhan berikan.

                Seperti batas waktu (kadalwarsa) dalam suatu produk, masa hidup manusia juga demikian. Kita hidup di dalam ruang dan waktu yang terbatas, 70 sampai 80 tahun saja, jika lebih, hal itu merupakan anugerah Tuhan untuk kita. Salah seorang Teolog mengakatakan bahwa "waktu sangat kejam, Ia tidak memiliki belas kasihan." Untuk itu mari kita merefleksikan Firman Tuhan ini dengan serius, menghargai waktu-waktunya yang Tuhan berikan, dan mengisinya dengan melayani pekerjaan Tuhan di mana saja Tuhan tempatkan kita. Agar ketika waktu kita telah selesai, kita tidak menyesali apapun. Kita dapat dengan sukacita mengatakan seperti Tuhan Yesus, "Sudah selesai!". Amin, Tuhan Yesus memberkati kita! (yb).
___________
Nb. Tulisan ini merupakan ringkasan dari renungan yang pernah penulis sampaikan di PD Khairos Pharmindo Bdg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar